Melted


Bxb fanfiction of Hanma Shuuji x Kisaki Tetta

Tw // mention of death


Kisaki itu dingin

Ia ibarat salju di bulan Desember. Begitu dingin. Walaupun terlihat biasa saja, butiran salju bisa menumpuk jadi tumpukan. Tumpukan salju bisa mencelakai orang.

Kisaki itu dingin

Ia ibarat es di musim dingin. Di jalanan, jika tak berhati-hati, kau akan celaka. Bisa ringan, bisa fatal. Namun es di atas air lebih berbahaya. Salah langkah, kau akan tenggelam. Mati kedinginan seperti Jack dalam film Titanic.

Kisaki itu dingin

Ia ibarat gunung es di laut Arktik. Kuat, namun lemah di waktu yang bersamaan. Kokoh, namun rapuh di saat yang sama. Jangan sekali-kali tabrak dia.

Pertama kalinya Hanma melihat Kisaki, ia menganggap Kisaki itu gunung es. Mengapung di lautan. Terlihat kecil. Namun semakin dalam kau menyelam, semakin besar rahasia yang ia simpan.

Kisaki itu punya cita-cita yang kuat. Hanma Belum pernah bertemu orang yang begitu berdedikasi seperti Kisaki. Ia kagum untuk pertama kalinya.

Tapi ini bukan tentang Kisaki


“Kau sedang menonton apa?”

Hanma menoleh. Kisaki berdiri di belakangnya. Menatap Hanma dan layar komputer di hadapan Hanma.

“Ini? Tutorial membuat kardigan rajut”

“Kardigan rajut?” Kisaki mengernyitkan dahinya. Kardigan rajut? Seorang Hanma menonton cara membuat kardigan rajut?

“Ya… aku pikir punya kardigan rajut menyenangkan. Apalagi ini sudah memasuki musim dingin”

“Beli kan bisa…”

“Bisa saja, tapi harganya lebih mahal karena punya merk dagang. Kalau buat sendiri, bisa lebih murah” Hanma berdalih.

Kisaki melihat kotak di samping Hanma. Ada benang wol besar, jarum rajut, dan sekotak kancing besar. Hanma terlihat serius.

“Ngomong-ngomong, aku buat ini” Hanma menyodorkan syal merah pada Kisaki. “Untukmu, agar tak kedinginan”

“Hanma… apa kau sakit? Sejak kapan kau suka hal seperti ini?” Kisaki menyentuh dahi Hanma.

“Aku baik-baik saja! Ini rahasia kita ya, sebenarnya aku sangat suka pekerjaan rumah tangga”

“Hah?” Kisaki mengerutkan keningnya.

“Aku sudah tinggal sendirian sejak lama. Dan aku tidak bisa terus bergantung pada tetangga atau benda instant. Jadi aku belajar soal pekerjaan rumah tangga. Lama kelamaan, aku menyukainya”

“Hah??” Kisaki semakin bingung.

“Tapi ini hanya kau yang boleh tahu. Aku hanya menunjukkan ini didepanmu” Hanma tersenyum lebar. Kembali menonton video di layar.

Kisaki menatap syal merah di tangannya. Kisaki benar-benar tak menyangka, Hanma si reaper, si manusia beringas tak pandang bulu, punya sisi lembut seperti ini. Sisi hangat yang memeluk hati Kisaki.

“Aku mau ke supermarket. Kau mau Titip sesuatu?” Tanya Kisaki.

“Um… ya apapun.” Hanma tak menoleh

“Apapun?”

“Ya”

Kisaki mengangkat bahunya. Mengalungkan syal barunya dan pergi keluar. Menembus dinginnya kota Jepang.

Sudah mulai dingin. Salju sudah turun tipis-tipis. Kisaki ingat betapa bahagianya Hanma saat melihat salju pertama turun. Seperti anak kecil yang mendapat kado dari Sinterklas.

Hanma itu aneh, Kisaki semakin hari semakin sadar akan Hal itu. Aku rasa manusia memang selalu punya dua sisi. Batin Kisaki. Tapi Hanma, dia itu aneh.

Hanma punya semangat yang menggebu-gebu. Anak itu jarang merasa sedih atau lesu. Bosan sudah biasa tapi dia benar-benar bom waktu yang bisa meledak kapanpun. Darahnya adalah adrenalin.

Tapi Hari ini, Kisaki melihat hal aneh. Ia sering melihat Hanma bangun pagi. Melihat Hanma pergi ke supermarket untuk berbelanja. Melihat Hanma menyikat bak mandi jam satu malam, agar pagi hari Kisaki bisa mandi dengan nyaman.

Pacaran dengannya saja sudah aneh. Sekarang aku menemukan fakta dia bertingkah seperti Malewife setelah tinggal bersama? Ini konspirasi terbesar dalam hidup pikir Kisaki.

Hanma itu aneh. Dia bisa berubah dari satu kepribadian ke kepribadian satunya dengan sangat cepat, namun tak tentu waktunya. Sangat aneh.

Seperti Musim panas

Musim panas? Kalau Hanma adalah musim, ia adalah musim panas. Senyumnya selalu secerah mentari, walaupun panasnya bisa membakar kulit. Energi yang meluap-luap, seperti suhu udara sekitar di musim panas. Dan bisa berbahaya jika terlalu panas. Namun Hanma juga bisa diam, jadi dingin sebentar. Seperti hujan di musim panas.

Hanma itu seperti musim panas, tak menentu, namun tetap konsisten panasnya

“Kenapa aku bisa jadi pacarnya?” Gumam Kisaki.

Kisaki memasukkan beberapa barang ke dalam troli. Cemilan, bahan makanan, sabun pembersih, dan lainnya. Mencari yang menurutnya bagus.

“Anu… maaf… syal mu bagus” seorang pegawai memuji syal yang dipakai Kisaki.

“Oh… terimakasih… pacarku yang buat”

“Pacar? Waaah… pacar yang manis ya”

Kisaki terkekeh. Hanma? Manis? Orang mendengar namanya saja kadang sampai pingsan saking takutnya.

Kisaki berjalan pulang sambil memikirkan Keanehan Hanma.

Sejak berpacaran dengan Hanma, Kisaki jarang merasa stress. Karena Hanma selalu punya cara untuk menyenangkan hati Kisaki.

Sejak berpacaran dengan Hanma, Kisaki sering lebih berenergi berkat aura yang terpancar dari duri Hanma.

Sejak berpacaran dengan Hanma, Kisaki tidak takut untuk mengungkapkan perasaan yang ia rasakan. Alih-alih menyembunyikan sesuatu, ia akan cerita pada Hanma.

Kisaki sadar, Hanma merubahnya sedikit demi sedikit. Padahal kepribadian mereka bisa dibilang bertolak belakang. Hanma yang selalu ceria dan percaya diri, Kisaki yang lebih tenang dan penuh perencanaan hati-hati.

Padahal Musim dingin dan musim panas tidak bisa bersatu. Salju akan meleleh karena panasnya udara musim panas. Summer body mu tidak akan bertahan satu menit di dalam udara musim dingin. Dua hal bertolak belakang.

Tapi Hanma melengkapi Kisaki. Melelehkan hati dinginnya, memunculkan kehangatan baru dalam dirinya. Pun sama halnya dengan Kisaki. Ia melengkapi Hanma. Menenangkan Hanma yang selalu kesana kemari seperti angin dingin lembut yang bertiup di hari yang panas.

Kisaki tertawa. Hanma aneh. Tapi dirinya, sama anehnya. Orang aneh memang pantas dengan orang yang sama Anehnya.

“Aku pulang” Kisaki menaruh sepatu di rak. Terkejut karena Hanma sedang memasak. Ia bahkan pakai celemek warna biru bergambar bunga matahari.

“Oh, selamat datang saya– OUCH!” Kisaki melemparkan sandal rumah ke kepalanya. “Kenapa kau memukulku?!”

“KAU YANG ANEH!! HANMA ANEH! ANEH!!” Kisaki menaruh belanjaan dan pergi ke kamar. Menutup pintu dengan keras. Lalu menutup mulutnya, berusaha menahan tawa.

“Hihihi… Hanma terlihat seperti seorang istri” Kisaki cekikikan. Kisaki berusaha berhenti tertawa, mengalihkan perhatian dengan menatap sekitarnya. Lalu matanya menangkap sesuatu.

Di atas kasur, ada kardigan rajut yang belum selesai. Kisaki takjub. Kardigan itu tidak terlihat rapi, namun bentuknya sudah mulai terlihat. Ia takjub karena ditinggal beberapa saat, Progres Hanma sudah sampai situ.

“Jangan-jangan selama ini dia pura-pura bodoh di depanku”

Kisaki mengintip keluar kamar. Hanma masih sibuk memasak, menyiapkan meja makan untuk mereka berdua. Kisaki tertawa lagi.

Hanma itu aneh, seaneh musim panas yang kadang jadi hari hujan


Kisaki itu dingin

Ia ibarat salju di bulan Desember. Begitu dingin. Walaupun terlihat biasa saja, butiran salju bisa menumpuk jadi tumpukan. Tumpukan salju bisa mencelakai orang.

Tapi Hanma itu panas

Ia bisa melelehkan salju dengan mudahnya

Kisaki itu dingin

Ia ibarat es di musim dingin. Di jalanan, jika tak berhati-hati, kau akan celaka. Bisa ringan, bisa fatal. Namun es di atas air lebih berbahaya. Salah langkah, kau akan tenggelam. Mati kedinginan seperti Jack dalam film Titanic.

Tapi Hanma itu panas

Ia bisa mencairkan gunung es sebesar gunung dengan mudahnya

Kisaki itu dingin

Ia ibarat gunung es di laut Arktik. Kuat, namun lemah di waktu yang bersamaan. Kokoh, namun rapuh di saat yang sama. Jangan sekali-kali tabrak dia.

Tapi Hanma itu panas

Dengan panasnya, es sebesar apapun, ia tak takut

Ini bukan tentang Kisaki, tapi tentang Hanma yang merubah dunia Kisaki