Pajamas


Bxb fanfiction of Hanma Shuuji x Kisaki Tetta

Cw // suggestive


“Ini bodoh. Aku mau lepas” Kisaki berkacak pinggang. Menatap Hanma yang kini tengah cemberut.

“Tapi itu terlihat bagus dipakai di badanmu!”

“Aku tahu, tapi aku tidak mau. Aku akan lepas”

“Kisaki kumohooooon” Hanma cemberut. Menatap Kisaki dengan mata membulat mirip anak kucing.

Tatapan itu… tatapan sialan itu…

“Huff… iya iya aku tak akan lepas bajunya”

“Yeay!” Hanma bertepuk tangan senang.

Kisaki lemah dengan tatapan memohon Hanma. Kisaki mungkin terlihat seperti orang dingin. Tapi ia benar-benar tidak tahan dengan sesuatu yang menggemaskan. Dan Hanma, sialnya, punya kemampuan untuk menjadi gemas.

Kisaki menyesal. Menyesal membiarkan pertahanan dirinya runtuh. Menyesal membiarkan rahasianya diketahui Hanma. Sekarang, manusia setinggi enam kaki itu menggunakan jurus puppy eyes hampir setiap saat.

Dan selalu berhasil

Kali ini, Hanma memaksanya untuk menginap di rumah kecil Hanma.

“Aku ingin tidur berdua denganmu”

Aku tidak. Batin Kisaki.

Kisaki, dengan terpaksa mengikuti permintaan Hanma. Ia tak tega dengan wajah imut Hanma. Padahal aslinya, Hanma berwajah tengil.

Bukan hanya “terpaksa” menginap, Kisaki harus mengenakan piyama pasangan. Benar-benar piyama pasangan. Warna, model dan corak yang sama. Ukuran sedikit berbeda. Kisaki seolah anak kecil yang memakai baju ayahnya.

Kebesaran

Piyama jelek, setidaknya menurut Kisaki. Warna ungu dengan corak macan tutul. Piyama untuk suami istri. Entah darimana Hanma mendapatkannya. Kisaki sejatinya tak ingin tahu.

Kisaki merasa kurang nyaman. Piyama besarnya itu terus melorot memperlihatkan kulitnya. Yang langsung membuat Hanma bersiul.

“Cabul”

“Salah sendiri kulitmu cantik”

“CABUL!!!”

“Iya maaf… sini, kita menonton film”

Hanma menepuk-nepuk futon di depannya. Berbaring menyamping seperti ibu-ibu yang akan menyusui anaknya.

“Nonton apa?”

“Karena ini suasana Natal, kita nonton Home Alone”

“Hanma… natal masih lama”

“Natal dimulai tanggal satu November”

“Bagaimana dengan Thanksgiving?”

“Itu perayaan orang Amerika. Kita orang Jepang”

“Benar juga” Kisaki mengangkat bahunya. Duduk di depan Hanma yang masih berbaring menyamping.

“Kisaki~ ayo sini tiduran”

“Tidak. Kalau aku tiduran, kau akan menggerayangi tubuhku”

“Hehehehe”

Kisaki dan Hanma menonton film dengan tenang. Sambil memakan cemilan. Sesekali Kisaki menatap sekitar. Kamar berdinding gading itu terlihat begitu kontras dengan banyaknya benda berwarna ungu di kamar Hanma.

“Kau, suka sekali warna ungu ya?”

“Apa?” Hanma menoleh. Mulutnya penuh dengan keripik kentang.

“Baju, selimut, bantal, bahkan celana dalam milikmu warnanya ungu”

“Benar juga… aku tidak sadar” Hanma bangkit. Menegakkan punggungnya. “Aku tak pernah sengaja membeli barang berwarna ungu. Tapi setiap membeli barang, kebetulan selalu berwarna ungu”

Kisaki mengangguk-angguk “ungu bagus kok”

“Kisaki, arti warna ungu apa?”

“Hmm… biasanya warna ungu diasosiasikan sebagai warna kesetiaan, sesuatu yang misterius, dan memiliki selera tinggi”

“Oooh” Hanma mengangguk sebelum kembali berbaring.

Kisaki mencoba menarik piyamanya “Kau… tidak bisakah kau pilih piyama yang sedikit lebih kecil?? Kau tahu kan aku tidak sebesar dirimu”

“Maaf... tapi di tokonya hanya ada itu. Ada yang ukuran kecil tapi kalau aku beli, nanti aku tak bisa memakainya”

“Ya bagus. Jadi kita tidak serasi”

“Kisaki~” Hanma merengek.

Keesokan harinya, ketika Kisaki pergi jalan-jalan sendiri, ia merasa matanya kacau.

Melihat terlalu banyak warna ungu. Ornamen hiasan natal warna ungu. Lampu gantung ungu. Bunga warna ungu. Semua ungu.

Dan yang bisa ia ingat adalah suara tertawa Hanma. Hanma dan ungu.

Tapi jika dipikir secara mendalam, warna ungu memang cocok untuk Hanma. Seolah alam semesta menakdirkannya untuk menyatu dengan Hanma.

Ungu itu Langka

Langka, seperti Hanma. Semasa hidupnya, Kisaki baru pertama kali bertemu dengan orang seperti Hanma. Orang yang bertindak semaunya, tanpa arah, karena bosan.

Ungu itu Misterius

Misterius, seperti Hanma. Darimana asal Hanma, siapa orang tuanya, bagaimana kehidupannya sebelum bertemu Kisaki. Hanma adalah orang misterius yang masuk ke dalam kehidupan Kisaki.

Ungu itu setia

Kisaki kagum akan kesetiaan Hanma. Dari mulai menjadi pion sampai sekarang jadi kekasihnya, Hanma hanya menempel pada dirinya. Hanma tak tertarik sama sekali dengan orang lain. Dipikirannya, hanya ada Kisaki.

“Kurasa, Hanma memang cocok dengan warna ungu” gumam Kisaki.

Sedang asyik berjalan, Hanma mendadak muncul. Berlari menghampirinya.

“Kisaki! Kisaki!”

“Hanma? Sedang apa kau disini?”

“Oh! Aku melihat ada bakery yang sedang diskon. Jadi aku beli beberapa. Mau makan bersamaku?”

Kisaki terdiam. Hanma terlihat sangat senang. Senang karena berhasil membeli barang dari uangnya yang tak terlalu banyak.

Wajah yang akan selalu teringat di dalam otak Kisaki sampai akhir hayat

“Kisaki, hey… kau baik-baik saja?”

“Huh? Ya… kenapa?” Kisaki terbuyarkan dari lamunannya.

“Mau makan bersama?”

“Um… ya”

Hanma menarik Kisaki. Mencari tempat duduk untuk menikmati cemilan yang baru saja ia beli.

Kisaki menatap kedua tangan Hanma. Ujung jarinya diperban. Apa terjadi sesuatu?

“Hanma, tanganmu… kenapa?”

“Hm? Oh… aku bertengkar, kau tahu? Hal biasa”

Tidak. Kisaki tahu betul Hanma tak pernah membalut luka bekas pertengkaran. Dia lebih suka menyombongkan lukanya

Selain itu, pertengkaran macam apa yang membuat ujung jarinya diperban?

“Bertengkar?”

“Ya… sudahlah aku tidak apa-apa! Ayo makan!” Ajak Hanma.

Kisaki menghela nafas. Sudah jelas Hanma menyembunyikan sesuatu. Tapi itu mungkin memang hal yang Hanma tak ingin Kisaki ketahui. Jadi Kisaki memikirkan hal lain dan melupakan semuanya.

“Kisaki, malam ini menginap di rumahku lagi mau?”

“Tidak bisa. Aku ada pekerjaan malam ini”

“Yah…” Hanma menunduk kecewa.

Ah sial, habis ini pasti dia akan menunjukkan jurus puppy eyes nya lagi . Batin Kisaki.

“Kalau besok?” Tanya Hanma.

“Besok? Kurasa bisa”

Senyum Hanma yang hilang kembali merekah. Ia terlihat sangat senang. Aneh. Padahal biasanya dia akan memaksa Kisaki dengan rengekannya.

“Baiklah, besok ya. Malam ini aku akan siapkan Piyama pasangan kita”

“Kau mencucinya kan?”

“Tentu saja! Aku tidak akan membiarkan Kisaki sayangku tidur dengan baju kotor”

“Bagus. Kalau sampai aku gatal-gatal aku akan meninggalkanmu”

“Hehe iya” Hanma tertawa.

Malamnya, Kisaki tak bisa tidur. Ia masih memikirkan Hanma yang seperti menyembunyikan sesuatu.

Misterius, seperti warnanya

“Dasar orang aneh” gumam Kisaki. Kisaki kesal, kenapa Hanma mendadak seperti itu. Dan kenapa sekarang dia tak bisa tidur.

Esoknya, Hanma datang. Membawa Kisaki jalan-jalan. Dan lagi-lagi mata Kisaki dipenuhi dengan warna ungu.

“Hei Hanma, kenapa kulitmu warnanya tidak ungu?” Kisaki sarkas

“Hah? Apa?” Hanma tak paham

“Lupakan. Aku mau Boba”

“Rasa Taro?”

“BISAKAH KITA BERHENTI MENATAP WARNA UNGU?! AKU LELAH!” Bentak Kisaki

“Taro warna ungu ya?” Tanya Hanma

“Ya…”

“Kalau begitu mau rasa apa?” Tanya Hanma.

Sialnya, Kisaki tak suka rasa lain selain Taro. Dan Taro berwarna ungu.

“Eum… taro… tidak apa-apa” Kisaki menunduk malu. Menyesal sudah membentak Hanma. Hanma, hanya tersenyum.

“Aku rasa, selama kau masih jadi pacarku, kau akan terus melihat warna ungu…”

“Ya… baiklah… lagipula, warna ungu itu Langka”

Kisaki menghabiskan waktu sepanjang hari bersama Hanma. Sepulang dari bermain mereka kembali ke rumah Hanma. Hanma menyuruh Kisaki mandi terlebih dahulu sementara ia beres-beres.

“Bajunya aku simpan di atas mesin cuci”

Kisaki menatap piyama nyentrik itu. Piyama ungu dengan corak macan tutul. Piyama khas Hanma. Kisaki menghela nafas dan segera membersihkan diri. Lalu memakai baju piyamanya.

“HANMA!!”

Terdengar derap langkah Hanma yang berlari dari ruang tengah ke kamar mandi.

“Ada apa?!”

“Piyamanya… muat!”

“Oh?! Baguslah! Aku takut terlalu kecil”

Kisaki keheranan “terlalu kecil?” Ia menatap sekitar. Ada jarum, benang, dan gunting di dekat mesin cuci. Juga beberapa potongan Kain dari piyamanya.

“Eum.. anu… karena kau merasa tidak nyaman, jadi piyamanya aku rombak sedikit. Mengikuti ukuran tubuhmu. Aku tidak terlalu pandai menjahit tapi menurut tukang jahit di ujung jalan, itu sudah bagus kok”

Kisaki takjub. Hanma benar-benar melakukan apapun agar dirinya nyaman. Sekarang Kisaki tahu, kenapa ujung jarinya diperban. Hanma rela tertusuk beberapa kali demi piyama Kisaki.

Kisaki berlari menuju Hanma. Memeluknya erat. Membenamkan wajahnya di dada Hanma yang hangat.

“Sama-sama” Hanma tersenyum. Mengecup ubun-ubun Kisaki sembari memeluknya erat.

Kisaki tak peduli lagi kalau habis ini dia hanya bisa Melihat warna ungu. Asalkan ada Hanma disana, ia tak masalah.

“Aku mencintaimu, Shuuji”