a little chaos


keduanya sampai lebih cepat dari perkiraan. jalan yang lengang begitu pula dengan cuaca yang cukup cerah itu seakan mendukung bertemunya kedua lelaki itu dengan orang tua salah satunya.

seperti yang biasa ia lakukan, adnan keluar dari mobil terlebih dahulu kemudian mengitari mobilnya untuk mencapai pintu bagian berlawanan, tempat ken berada.

tangannya mengulur meminta ken untuk menyambutnya dalam genggaman, yang tentu dituruti oleh si manis.

keduanya kini berjalan beriringan, dengan satu tangan adnan yang menenteng dua kotak sushi kesukaan mama dan juga karin.

sayangnya, begitu keduanya membuka pintu utama, yang menyambut mereka adalah ruang tamu yang sepi. sesekali adnan mengecek kembali, mobil papanya masih terparkir rapi di garasi, menandakan orang tuanya pasti ada di dalam.

sayup-sayup ia dengan denting oven, begitu pula langkah kaki pelan dan senandung kecil khas mamanya mengalun dari arah dapur.

dengan sedikit berlari kedua kakinya melangkah, membawa ken mengikuti tingkahnya yang terlalu tiba-tiba.

“mam, adnan pulang!”

“KEN SAYANG!!”

iya, tadi itu bukan salah salah telinga adnan mendengar pekikan mamanya yang kini merasa amat bahagia menyadari ia, ah, tepatnya ken yang kini tengah berdiri canggung dengan senyum kecil yang selalu menggemaskan.

tanpa menunggu lama, ken telah berada dalam pelukan mamanya. walaupun sedikit berjinjit karena tinggi ken yang sebenarnya termasuk bertubuh jangkung, tapi tak menyurutkan niat mamanya untuk mengelus surai lembut ken dan membubuhkan kecupan kecil di pipi kirinya.

sabar sabar, lo gak boleh cemburu, nan.

tak lama setelah sesi kangen-kangenannya, mama adnan pamit untuk membersihkan diri terlebih dahulu sekaligus memanggil papa adnan yang kini tengah berkutat di ruang kerjanya.

tangan ken tengah sibuk merapikan beberapa kekacauan di pantry dapur saat kedua lengan adnan melingkar apik di pinggang kecilnya.

“seneng gak ketemu mama?”

ken mengangguk antusias, “mama kamu wangi banget padahal belum mandi, rasanya aku bisa betah dipelukin seharian sama mama kamu.”

tentu saja jawaban itu membuat adnan memasang raut ajah kecut, “gausah niat gebet mamaku deh, udah dapet anaknya yang cakep gini juga.”

sontak ken terkekeh geli, adnan dan sifat cemburunya yang tak masuk akal memang selalu melekat kapanpun dan dimanapun. dan beruntungnya ken sudah terbiasa.

malah kini ia memilih untuk lanjut menjaili adnan.

“mending kamu mandi sana, bau banget pake peluk-peluk aku. tadi di apart juga bilangnya nanti-nanti, gitu mulu.”

bukannya melepaskan pelukannya, adnan malah demakin mengeratkan tautan tangannya dan menenggelamkan wajah tepat pada ceruk leher ken yang wangi buah melon.

“aku lagi musuhan sama air, mending pake cara praktis peluk kamu kayak gini nanti juga ikut wangi kok.”

tak

“ADOHH!! sayang kok aku dipukullll?”

pukulan sendok sayur itu mendarat sempurna di dahi mulus adnan, bersamaan dengan wajah marah ken dengan bibir mengerucut yang jatuhnya malah menggemaskan di mata adnan. ck, bucin.

“mandi atau gak ada peluk-peluk lagi satu minggu?”

dan berakhir adnan yang berlari tergesa ke kamar mandi bawah sebelum sempat terkena lemparan sendok karena masib sempat mencuri sebuah kecupan kecil di bibir mengerucut milik ken.

tak tau saja, kini ken tengah menghentak-hentakkan kakinya salah tingkah dengan pipi yang merona sempurna.


“hm udah lo bilangin biar anaknya turun hm?”

“ck, lo udah nanya itu hampir sepuluh kali bian, cerewet amat sih!”

“nama gue sian hm lo minta gue pites ya hm?!”

kegaduhan kecil berasal dari kamar karin, dengan seorang sian di dalamnya. mereka tengah melaksanakan rencana abal-abal milik sian demi terwujudnya baku hantam yang mereka harapkan.

“lo yakin ini bakal berhasil?”

“hm tentu gue kan pinter hm gak kayak lo hm hm.”

karin mencubit kecil tangan sian yang menganggur. dan tentu dibalas sian dengan cubitan yang lebih keras, haduh.

mereka yang kini tengah bersembunyi di balik sofa lantai dua, segera menutup mulut saat terdengar langkah kaki tergesa menuju ke lantai bawah.

“hm warna kuenya udah beneran sama kan hm?”

“udah elahhh, lo bisa diem gak sih?!”

sian memutar bola matanya kesal dan kembali memperhatikan dua orang yang sedang di bawah.

sebenarnya ia takut ken akan kenapa-kenapa karena rencananya ini, membuat ia harus siap siaga untuk turun melindungi ken jika saja adnan tidak muncul secepat dugaannya.

samar ia lihat ken sedang memutar, memperhatikan cheesecake buatan mama adnan yang lengkap dengan buah stroberi kesukaannya dengan seksama, hingga tak menyadari bahwa seseorang tengah berdiri tepat di belakangnya.

tangannya yang hendak mengambil salah satu irisan buah stroberi itu mendadak terhenti saat pergelangan tangannya digenggam kuat oleh dion yang tampak menahan amarah,

“LO MAU APAIN KUENYA NARA HAH?!”

ken yang terkejut karena pekikan dion yang tiba-tiba itu membuatnya tak sengaja menyenggol kue buatan mama adnan, membuat kue cantik itu kini tak berbentuk berserakan di lantai dapur.

“SIALAN!”

bukk

belum sempat kepalan tangan dion mengenai ken, lebih dulu ia tersungkur akibat adnan yang masih dengan kausnya yang belum terpasang dengan benar memukul dagunya pun menendang kakinya dengan kasar.

“berani-beraninya tangan kotor lo itu nyentuh pacar gue sialan!”

tangan adnan telah terkepal, badannya bergetar akibat emosi, tangan satunya tengah mencengkram kerah baju dion sebelum ken menghentikan baku hantam itu agar tidak berlanjut.

“k-kak, kak please stop, j-jangan..”

menyadari ken yang kini tengah menahan tangisnya membuat adnan mau tak mau melepas cengkramannya dan beralih memeluk ken sambil menenangkannya.

tangannya mengelus punggung ken perlahan sembari mengecup pelipis si manis berulang kali, berharap ken segera tenang.

“a-aku jatuhin kue buatan m-mama, m-mama pasti m-marah, m-mama pasti gasuka a-aku..”

adnan masih setiap memeluk ken dan memilih membawa lelaki manis itu duduk di sofa ruang tamu, meninggalkan dion yang kini tengah menatap keduanya kosong.

karin dan sian yang melihat kejadian itu, terlebih ide mereka dan yang tak mereka sangka akan membuat ken menjadi menangis tersedu-sedu pun segera menuju ke bawah.

karin memilih menghampiri dion hanya untuk membisikkan kenyataan yang sesungguhnya, “kue lo buat nara di kulkas bego, yang jatoh itu buatan mama buat ken.”

karin kemudian berlalu menghampiri sian yang kini ikut duduk di samping ken setelah membawakannya secangkir teh madu.

“ken, ayo minum dulu, udahan dong nangisnya nanti gue jajanin bapao biar pipi lo makin mbull hehe..”

karin mengaduh saat sian dengan kesal memukul lengannya, dan seperti biasa keduanya malah saling memukul membuat suasana makin gaduh, namun beruntung ken kembali tersenyum melihat pertengkaran keduanya.

mama yang saat itu berjalan beriringan dengan papa adnan mempercepat langkahnya menyadari keributan kecil di area ruang tamu.

“eh kenapa ini? ken kamu diapain sama adnan sini bilang sama mama sayang?”

sudah adnan bilang kan kalau mamanya itu bahkan lebih sayang pada ken daripada dirinya.

ken tidak menjawab melainkan segera menghambur pada pelukan mama, “mama, kuenya jatoh gara-gara ken hiks mama maafin ken huwaa!”

semua orang di ruang tamu terkejut akibat tangisan ken yang tiba-tiba makin keras, tak terkecuali papa adnan yang kini juga menggelengkan kepalanya melihat istrinya mencium gemas pipi gembil ken yang kemerahan akibat menangis,

“huh, papa kan juga mau cium pipi ken..”

“PAPA JANGAN MACEM-MACEM!!”

itu teriakan adnan yang hampir saja melayangkan bantal sofa ke wajah ayahnya sendiri.