beautiful morning


setelah perdebatan tak penting antara dirinya dan jian terhenti, ken kembali memperhatikan kemasan susu bubuk di hadapannya itu. sebenarnya ia sedikit tergoda, apalagi jian membelikan dengan rasa kesukaannya.

dengan ragu ia membuka kemasan hingga setelahnya memilih menyeduh susu bubuk itu. tidak buruk, rasanya mirip susu kemasan biasa. bahkan cenderung cocok dengan lidahnya.

setelah mencuci gelas dan mengecek jam yang terpasang di dinding dapurnya, ia bergegas bersiap menuju rumah pram sesuai janjinya tadi pada temannya itu.

tepat saat ia membuka pintu pagar rumahnya dan hendak menutup kembali, maniknya menangkap sebuah mobil hitam yang tampak tak asing. belum sempat mengira-ngira pemilik mobil itu, seorang lelaki tinggi keluar kemudian melambai kecil ke arahnya.

“hai, kita ketemu lagi.”

ken mengerjapkan matanya tak santai, kenapa orang yang ingin ia hindari ini bisa ada tepat dihadapannya?

“lo mau kemana? mau gue temenin aja?”

lagi-lagi ken tak menyahut, pandangannya kosong bahkan ia juga bingung harus menjawab seperti apa.

hal itu membuat lelaki di hadapannya mengambil inisiatif menarik pelan pergelangan tangan kanan ken, mengarahkan lelaki itu untuk masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi penumpang disampingnya.

begitu keduanya berada dalam mobil, melihat ken yang masih juga tak bereaksi membuat lelaki itu mendekatkan dirinya, menarik seatbelt yang ada di belakang ken hingga kini terpasang benar melindungi tubuhnya.

ken sempat terkejut, apalagi saat hangat nafas lelaki dihadapannya itu menerpa lembut wajahnya. ia bahkan menahan nafas, saat lelaki itu memilih mendekatkan kembali wajahnya, hanya untuk merapikan poni depan miliknya yang sedikit berantakan.

“nafas dong, nanti lo bisa mati.”

ken mendengus kesal, ini reaksi pertama yang ia berikan sejak tadi sebelum memasuki mobil. lelaki di sampingnya hanya terkekeh kecil mendengarnya.

sorry gue tiba-tiba nyamperin lo ke rumah, lo juga gak bales chat gue beberapa hari lalu.”

ken memilih membuang pandangannya, mengarahkan kepalanya ke jendela samping.

“kita muter-muter bentar gaapa ya? mumpung libur juga.”

ajakan itu kemudian menarik perhatian ken yang kini memasang raut wajah kesal, “gak bisa, gue mau ke rumah temen sekarang, lo gak bisa seenaknya nyulik gue gini, kak!”

“akhirnya lo ngomong juga.”

adnan, lelaki yang ken anggap menyuliknya pagi ini tak menggubris tolakan dari ken, malah sekarang ia melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang sambil mencoba menghidupkan radio untuk sedikit mengusir kecanggungan antara keduanya.

“gue gak suka denger lagu pagi-pagi.”

tangan kirinya terhenti mendadak, ia memilih mengurungkan niat dan menuruti perkataan ken tadi.

“lo udah makan belum?”

pertanyaan adnan lagi-lagi tak ia jawab, membuat adnan menyimpulkan bahwa lelaki di sampingnya itu memang belum sarapan sama sekali.

kendaraan roda empat itu kemudian terhenti di jalanan cukup sepi, tepat di seberang sungai besar yang tampak jernih dan sedikit memantulkan sinar matahari pagi.

setelah mematikan mesin dan membuka sedikit jendela bagian kanan dan kiri, adnan melepas seatbeltnya, kemudian mengarahkan tangannya ke jok belakang, mengambil sebuah totebag kertas yang didalamnya terdapat kotak makan berwarna biru tua.

adnan menyerahkan kotak makan yang telah ia buka tutupnya itu perlahan pada lelaki disampingnya, yang dibalas tatapan heran oleh ken,

“ini nasi goreng buatan gue, ada daging ayam sama telurnya. itu juga udah ada sayur supaya lo sehat, ayo sekarang dimakan.”

ken berniat menolak, namun aroma nasi goreng itu benar-benar menggodanya. hingga saat adnan menyodorkan sebuah sendok makan, ia pun menerimanya dengan semangat.

“enak banget ya, sampai lo lahap gini makannya?”

kekehan kecil keluar dari bilah bibir adnan, dengan ibu jarinya yang kini membersihkan sisa nasi di sudut bibir ken. tangannya yang lain juga ikut membersihkan beberapa remahan daging di sekitar baju yang ken kenakan akibat sempat tersedak tadi.

ken tak menolak, ia masih fokus dengan makanannya. ini tak bohong, makanan buatan adnan sangat enak dan sesuai dengan selera ken yang tergolong pemilih dalam makanan. bahkan ia sempat bersendawa kecil setelah makanan dalam kotak itu tandas masuk ke dalam perutnya.

“makasih.”

adnan yang sedang merapikan kotak makan itu menoleh saat ken berbicara pendek, yang ia balas dengan tepukan kecil di pucuk kepala lelaki itu sebagai penghargaan telah menghabiskan makanan buatannya.

ken tertegun, namun tak berani menatap ke arah adnan yang ia yakini masih melihat ke arahnya. jari-jarinya kini bertautan akibat gugup, ia bingung harus melakukan apa sekarang.

“santai aja, maksud gue buat ketemu lo sebenernya cuman buat ngilangin kangen, kok.”

kangen? kangen katanya? bahkan mereka baru bertemu tiga kali, dan tidak pernah berkenalan dengan benar bagaimana bisa lelaki itu mengatakan alasan tadi? ken menggeleng tak percaya dibuatnya.

menyadarinya membuat adnan berkata lagi,

“mungkin ini kedengeran aneh, tapi gue beneran pengen banget ketemu lo lagi setelah yang terakhir kali. kalo lo lupa, gue yang waktu itu lo tenangin di restoran abis putus—”

iya, ken ingat sekarang. lelaki disampingnya ini adalah lelaki yang sama yang menangis dalam pelukannya setelah putus cinta.

“—kedua waktu di kedai makan, ketiga waktu lo anter pulang, dan terakhir waktu di rumah pram.”

kini ken mengingat jelas semua pertemuan mereka, yang walaupun didominasi dengan keadaan adnan yang mabuk, tapi ken dibuat takjub lelaki itu dapat mengingat semua pertemuan mereka.

“waktu di rumah pram, itu bener lo kan?”

meskipun ragu, ken tetap mengangguk kecil mengiyakan.

“lo pasti tau soal video yang beredar di kampus, gue mau minta maaf karena bawa lo ke dalam masalah kayak gini. gue pastiin bakal nemu siapa dalang yang nyebarin video itu, dan lo bisa balik kuliah dengan aman kayak sebelumnya.”

ken membalas tatapan adnan setelah sebelumnya memilih menunduk mendengarkan, “gue bakal bantu lo kak, kita cari orang yang nyebarin video itu sama-sama.”

sebenarnya ini bukan salah adnan, ken sadar itu. ciuman itu tak disengaja, dan video itu ada layaknya jebakan untuk keduanya. itulah yang membuat ken juga bertekad untuk menemukan siapa dalang dibalik ini semua.

adnan tersenyum lebar, mendengar ken yang ingin membantu membuat beban yang ditanggungnya terangkat sedikit demi sedikit. tangannya refleks menggenggam tangan mungil milik ken, menyampaikan rasa senangnya yang tak terhingga hanya karena ucapan ken tadi.

ken merespon seadanya, ia hanya membalas senyum yang diberi adnan, sebenarnya ia masih tak percaya akan bertemu kembali bahkan berbincang dalam keadaan sepenuhnya sadar dengan orang dihadapannya itu.

hingga sebuah pertanyaan dari adnan menyadarkannya dari lamunan,

“gue boleh peluk lo?”

tidak menunggu persetujuan ken, adnan langsung menarik lelaki yang lebih kecil darinya itu ke dalam pelukan. aroma strawberry yang manis menguar dari perpotongan leher ken, begitu membuat adnan terlena hingga tak ingin rasanya melepas pelukannya itu.

ia merasakan sepasang tangan melingkar di pinggangnya, menyadari ken membalas pelukannya itu, semakin membuat adnan gembira. ia pikir ini akan jadi permulaan yang bagus untuk hubungan keduanya.

karena merasa sedikit sesak, ken akhirnya berdeham untuk menyadarkan adnan, dan nampaknya lelaki itu mengerti, karena setelahnya ia menguraikan pelukan itu walau sedikit tidak rela. namun senyum di wajahnya tak luntur saat ia kembali berbicara,

“makasih udah mau ketemu sama gue hari ini.”

ken mengangkat bahunya acuh, “lo nyulik gue ya kak, gue nolak juga gak mungkin bisa.”

adnan tertawa puas mendengarnya. setelah beberapa hari ini hanya dihiasi oleh wajahnya yang muram dan penat akibat memikirkan masalahnya, hari ini ia bisa sedikit bebas. berkat lelaki manis di sampingnya ini, ia bisa kembali tertawa.

saat ia bersiap memasang seatbeltnya, begitupun dengan ken, adnan tiba-tiba teringat dengan percakapannya dengan karin tempo hari. ia seketika menghentikan kegiatannya, mengarahkan tubuhnya menghadap kesamping tepat pada ken yang kini terkaget karena pergerakannya yang tiba-tiba.

“kenapa?”

belum usai dari keterkejutannya barusan, ken kembali tersentak saat adnan membawa tangan kanannya mengelus lembut perut ken yang kini tertutup kemeja berwarna biru muda.

bukannya menampik atau mendorong tangan itu, ken memilih diam. entah mengapa ia merasa nyaman, pipinya terasa memanas akibat perlakuan lembut adnan yang tiba-tiba padanya.

masih dengan tangannya yang mengelus perut ken perlahan, adnan menatap ken penuh arti dengan senyum lebar melekat di bibirnya,

“lo inget jaga kesehatan ya, banyak-banyak makan sayur. kurangin makan junkfoodnya, kalau ada apa-apa lo bisa telpon gue langsung ok? gue usahain ada 24/7 buat lo.”

ken hanya mengangguk, ia memilih menunduk menyembunyikan rona di wajahnya. namun terlambat, adnan telah lebih dulu menyadari itu, membuat lelaki itu terkikik geli, tak bisa menahan gemas hingga akhirnya mencubit kecil kedua pipi tembam itu.

ken merengut kesal, ia mendorong main-main bahu adnan agar menjauh untuk menyembunyikan salah tingkahnya. masih dengan senyum tampannya, adnan memilih mengalah. tangannya mengelus rambut ken dengan sayang sebelum akhirnya mengemudikan mobilnya menuju arah rumah ken, menghiraukan ken yang masih merengut dan kini bergumam kecil,

“haish, bikin ribet hati gue aja ni orang satu!”