Confession


pagi yang lumayan terik di hari senin ini telah menghasilkan banyak keluhan yang keluar dari siswa-siswi yang kala itu telah berbaris rapi membentuk huruf U memenuhi lapangan.

setelah sepuluh menit telah terlewati, kini tahapan upacara bendera itu telah sampai pada bagian pengarahan dari kepala sekolah. dan hal ini, lagi-lagi menghasilkan decakan dan bisik-bisik ribut di bagian belakang barisan.

penyebabnya tak lain ialah waktu mereka akan dihabiskan dengan mendengarkan arahan—garis miring cerita pribadi—si kepala sekolah, yang biasanya memakan waktu melebihi lima belas menit.

namun sepertinya siswa-siswi hari ini bisa bernapas lega, karena arahan dari kepala sekolah itu diwakili oleh salah satu guru, yang kemudian menyerahkan sebagian waktu pengarahan untuk memberikan apresiasi pada salah satu murid berprestasinya. yang tak lain ialah, haruto.

kaki jenjangnya menyusuri pinggiran lapangan, menuju podium depan, kemudian menempatkan dirinya di belakang stand mic yang telah disediakan.

kehadiran salah satu siswa berprestasi di atas podium tengah lapangan, dengan wajah yang luar biasa tampan itu, kemudian berhasil menghipnotis hampir seluruh peserta upacara, untuk memfokuskan pandangan padanya. benar-benar kharisma yang luar biasa.

tentu saja, dengan wajah tampan dan tinggi semampai, seragam yang melekat pas pada tubuh jangkung itu, rambutnya yang hari ini ditata lebih rapi, tidak ada yang sudi menyia-nyiakan pemandangan sebegitu menarik, bahkan para guru sekalipun.

hening dua menit ia gunakan untuk menyiapkan suaranya, menyiapkan pidatonya, menyiapkan dirinya dengan semua rencana yang telah tersusun rapi dalam kepala.

dan begitu jari-jari panjangnya meraih mic berwarna hitam itu, ia berdeham kecil mengusir keheningan di sekitar.

“sebelumnya selamat pagi untuk guru-guru, dan juga teman-teman yang ada di hadapan saya. terima kasih atas waktu yang diberikan, dan di kesempatan kali ini, saya ingin mengucapkan terima kasih atas dukungan kalian, sehingga saya bisa mewujudkan harapan dan keinginan saya untuk memenangkan lomba fotografi UYG tempo hari.”

senyumnya semakin lebar melihat tatapan yang teman-temannya berikan, tatapan bangga yang diberikan padanya itu membuatnya bahagia.

“terimakasih pada kepala sekolah dan guru-guru yang mendukung saya, terutama bu lilis yang telah melatih hingga saya sampai di titik ini. teman-teman yang memberi dukungan moral, saya sangat bersyukur dan berharap bisa membalasnya di lain kesempatan.”

kini manik tajamnya mengarah pada seorang pemuda jangkung di belakang barisan pojok kanan, “tidak lupa untuk sunghoon, yang telah menjadi partner dan lawan saya, semoga lain kali kita ada kesempatan lain untuk saling bertukar ilmu dan pengalaman lagi, terima kasih atas bantuan dan juga dukungannya.”

senyum tipis menjadi balasan atas ucapannya itu, membuat dirinya entah mengapa menjadi lebih lega.

“terakhir, saya ingin mengucapkan terima kasih khusus untuk seorang yang berpengaruh besar atas kemenangan saya kemarin, kim junkyu.”

tak sulit untuk menemukan lelaki manis itu, ia berada di bagian tengah barisan, yang kini seketika terbuka, membuatnya menjadi pusat perhatian.

“pemuda manis yang selalu menemani saya latihan, memberi saya support secara langsung, memberi perhatian yang tak ada habisnya,” haruto menjeda sebentar ucapannya, kini ia menatap junkyu dengan binar bahagia, tak lupa satu kedipan lolos untuk pemuda manis itu begitu ia melanjutkan sambutannya, “..hingga memberi penyemangat khusus di hari lomba berlangsung.”

mengingat apa yang terjadi hari itu lantas membuat wajah junkyu memerah, malu namun tak bisa bohong ia juga sama bahagianya. bahkan hanya dengan mengingat hari itu saja rasanya mampu menerbangkan kupu-kupu dalam perutnya.

kini keduanya bertatapan, mengabaikan seluruh peserta upacara lainnya, seakan hanya ada keduanya di lapangan pagi itu. berniat mengakhiri sambutannya, haruto memfokuskan pandangan hanya untuk pemuda manis di seberang, berharap apa yang akan ia ucapkan setelah ini bisa menjadi bukti keseriusan perasaannya.

“junkyu, terima kasih karena sudah hadir saat aku ingin menyerah. meyakinkan kemampuan yang aku miliki, terutama untuk lomba yang mungkin terakhir kali akan aku ikuti mengingat telah berada di kelas akhir. sekarang, di depan semua warga sekolah, guru-guru dan juga teman-teman yang ada di sini, aku akan jujur. junkyu, i love you so much. i love you and i really do. would you be my boyfriend?”

entah siapa yang memulai, gemuruh suara itu mulai saling bersaut-sautan, menyerukan satu kata dengan lantang, memaksa junkyu yang sebelumnya masih mengira ini semua mimpi, mengangkat kedua telapak tangan guna menutup wajahnya malu,

“terima! terima! terima!!”

ia mencoba mengintip di balik cela jari-jarinya, melihat ke depan sana tempat haruto kini berdiri dengan gagahnya, tak lupa senyum itu masih sama lebarnya dengan tadi.

melihat itu membuat junkyu sadar, apa yang ia harapkan telah ada di hadapannya. dan tak ada lagi alasan junkyu menolak itu semua, hingga berakhir menyesali keputusannya.

bibir tipis itu tidak mengeluarkan suara, jujur ia amat malu, namun senyum yang ia lemparkan kini bisa menandingi lebar senyum yang terpasang pada wajah haruto. telapak tangan yang semula menutupi wajahnya telah diturunkan, kepalanya kini mengangguk kecil sebagai jawaban atas pertanyaan yang diberi haruto.

barisan siswa-siswi itu kini berseru riang, ikut bergembira atas kabar bahagia yang mereka dapatkan pagi ini. walaupun diantara mereka ada saja kata tak setuju, namun tak apa, lambat laun kontra itu akan tak bersisa.

guru-guru bahkan kepala sekolah menggeleng tak habis pikir memandang kejadian di depan sana, namun tak ada diantara mereka yang berniat menghancurkan euforia itu.

menyadari waktu untuk sambutannya telah habis, dan karena sudah kepalang malu namun ia bangga dengan apa yang ia lakukan, haruto menyempatkan diri memberikan flying kiss untuk pemuda manis yang kini menjadi kekasihnya di tengah barisan sana, yang kembali mendapat sorakan meriah dari siswa-siswi lainnya.

ah, doakan saja semoga haruto selamat dari pukulan maut junkyu setelah ini karena aksi nekatnya itu.