.

.

.

“Huft…bosennn!”

Entah sudah berapa kali lelaki manis itu menghela nafas gusar. Semenjak kalah pada permainan awal yang mengharuskannya untuk menunggu permainan itu sampai selesai, membuat Junkyu tidak tahan lagi. Bisa-bisa ia mati kebosanan.

Sebenarnya bisa saja ia mencari makan terlebih dahulu, namun untuk bergerak pun ia sudah tidak ada energi lagi. Padahal sedari tadi perutnya berteriak minta untuk diisi, namun berakhir tidak ia hiraukan.

Ia tak menyadari bahwa sedari tadi ada yang memperhatikannya dari kejauhan.

Haruto, laki-laki yang juga telah kalah dalam permainan duduk berjarak lima kursi dari tempat Junkyu. Memperhatikan Junkyu yang sedari tadi menekuk wajahnya, membuat Haruto menggerakkan kakinya menghampiri si manis.

Tak lupa juga sebelumnya ia sudah mengambil salah satu jajanan yang ada di atas meja. Mungkin ini bisa membantu menaikkan mood Junkyu, pikirnya.

“Ngelamun aja lo.”

“Rutoooooo lo kemana aja sih dari tadi, gue bosen sendirian disini”, ucap Junkyu seraya mencebik kesal.

“Nih nih mending makan ini dulu dah, mukak lo udah mirip orang gak makan seminggu.”

“Ish!!”

Walaupun kesal, Junkyu tetap menerima makanan itu dan mulai melahapnya. Melihat Junkyu yang makan dengan semangat dan mulutnya yang penuh dengan makanan itu membuat Haruto tersenyum kecil, ah Junkyunya sangat menggemaskan.

Setelah selesai makan, Junkyu tiba-tiba berdiri.

“Ruto, coba sini deh”

Begitu Haruto berdiri, Junkyu mulai memberikan instruksi-instruksi padanya, seperti melipat tangan sampai mengangkat kakinya. Haruto menuruti semua arahan Junkyu itu dengan wajah yang polos. Sampai akhirnya Junkyu tertawa melihat tingkah Haruto, ia baru sadar bahwa Junkyu sedang mengerjainya.

Teman-teman di sekitar mereka yang melihat itu pun ikut menertawai tingkah keduanya, terlebih Haruto yang terkenal dingin itu tiba-tiba berpose manis, sepertinya hari itu perlu dimasukkan dalam sejarah.

Namun bukannya marah atau kesal, Haruto justru ikut tertawa menyadari apa yang ia lakukan. Sungguh, melihat Junkyu yang tertawa lebar dan ia yang menjadi alasan dari kebahagiaan Junkyu itu adalah suatu kebanggaan sendiri. Ia rela melakukan hal-hal bodoh jika itu dapat membuatnya melihat senyum Junkyu.

Menyadari mood Junkyu yang sudah lebih baik, Haruto meminta ijin untuk menghampiri Jaehyuk yang sudah mencarinya sejak tadi.

Jaehyuk yang melihat Haruto menghampirinya segera melambaikan tangan. Di tengah keheningan kegiatan yang mereka lakukan, Jaehyuk tiba-tiba bertanya,

“Mau sampai kapan lo kayak gini?”

“Entah.”

“Lo gak malu bertingkah bodoh kayak tadi?”

“Gapapa, asal dia seneng.”

Selalu jawaban ini yang Jaehyuk dapatkan. Tapi ia juga tak bisa memaksakan keadaan antara dua laki-laki yang saling denial dengan perasaannya itu.

Bagi Haruto, walaupun status mereka saat ini tak bisa lebih dari teman, tak apa. Karena selama Junkyunya bahagia, itu cukup untuknya.

Terus bahagia kayak gini ya, kyu.