First Fall

.

.

.

Sekitar lima belas menit, akhirnya orang yang ditunggu Junkyu datang juga. Memakai kaos putih dengan jaket jeans hitam dan celana jeans senada, Junkyu hampir saja terang-terangan mengagumi visual teman adik sepupunya yang kini akan menjadi tutornya untuk mendapatkan pacar.

Haruto tidak kesulitan untuk menemukan Junkyu, karena dilihat langsung pun laki-laki itu 100% sama dengan foto profilnya. Setelah memesan menu, Haruto langsung saja menghampiri meja Junkyu.

Sorry ya agak lama, tadi macet.”

“Gaapa kok, kyu juga sambil abisin es krim.”

Setelahnya mereka sama-sama diam, menatap ponsel masing-masing sembari menunggu pesanan Haruto datang. Haruto tidak menyangka ia akan gugup berhadapan langsung dengan Junkyu, karena dilihat dari jarak dekat seperti ini, Junkyu sangatlah tipenya. Manis, cantik dan tampan sekaligus.

Minus tingkah polosnya dan pengalaman yang nol besar dalam berpacaran, tentunya.

Begitu pesanan Haruto datang, ia mencoba memulai percakapan.

“Jadi kenapa lo minta cepet-cepet buat belajar? Pasti ada alasannya kan yang belum lo sampaiin?”

Junkyu terdiam, menimbang apakah lebih baik menceritakan hal tadi atau tidak. Tapi percuma juga kalau dia mengutamakan gengsi karena takut ditertawai Haruto, harusnya memang ia terbuka pada tutornya sendiri.

Maka, ia menceritakan dengan detail mulai dari saat ia bertemu perempuan yang ditabraknya di dalam cafe tadi, sampai perempuan itu marah dan meninggalkan Junkyu yang kebingungan.

“Lo beneran sama sekali gapernah deket sama cewek?”

“Pernah kok, sama mama.”

“Bukan itu, Junkyu.”

Hah, harusnya Haruto tau kalau ia memang harus ekstra sabar.

“Yaudah gue ajarin dasar-dasarnya dulu. Kalau kejadian kayak tadi, ini kan lo pakai kemeja luaran, dipinjemin aja, lo harus menunjukkan rasa tanggung jawab lo. Dengan itu, cewek tadi pasti tertarik deh sama lo karena manner lo bagus.”

“Kemejanya dikasihin gitu? Tapi iya sih, tadi pakaian dia kayak kekurangan kain gitu, pasti dia gapunya uang cukup untuk beli, harusnya kyu kasih aja kemeja kyu hmm..”

“Bukan..”

Haruto bingung menjelaskannya.

“Intinya, kalau lo salah, lo harus tanggung jawab. Karena itu penting, banyak cewek yang tertarik sama cowok yang punya manner bagus.”

“Oke, kyu bakal inget itu. Ruto pasti tanggung jawab banget ya orangnya?”

“Hmm bisa dibilang gitu. Oh iya, lo gak pulang? Kayaknya kesorean buat jam main lo keluar.”

“Ini mau pulang kok.”

“Sendiri?”

“Bentar dijemput kakak. Ruto mau pulang sekarang?”

“Nungguin lo aja dulu.”

“Oh iya kyu, ini juga bisa dijadiin pelajaran. Kalau lo lagi sama cewek, pastiin dia pulang dengan aman, kalau perlu lo yang anterin. Itu termasuk tanggung jawab.”

Sore itu, Junkyu banyak belajar dari Haruto. Pikirannya tentang Haruto yang akan bermain-main dengannya seketika hilang karena pertemuan kali ini. Haruto pun yang awalnya gugup menjadi lebih nyaman berhadapan dengan Junkyu.

Tentang ketertarikan pada lelaki manis di hadapannya ini, Haruto juga bingung. Nanti, ia akan membuktikannya, itu pasti.