First Fall

.

.

.

.

Malam itu, sesuai rencana kemarin, Junkyu akan menginap di apartemen Haruto. Saking senangnya, ia berangkat 30 menit lebih awal dari jam yang ditentukan.

Sayangnya, begitu ia sampai di apartemen laki-laki itu, yang ia dapati adalah Haruto yang sedang tidur-tiduran di sofa depan televisi.

“Ruto?”

“Loh, cepet amat lo datengnya?”

“Iya, kyu laper mau makan ramen buatan ruto.”

Mendengar jawaban Junkyu, Haruto menampilkan wajah bersalah, “Ah sorry kyu, kayaknya kita makan ramen di luar aja deh. Gue traktir!”

Junkyu yang awalnya ingin marah jadi mengurungkan niatnya, “Yaudah ayo, kyu udah laper banget.”

Let's go!!”

***

Dua jam mereka habiskan untuk mengisi perut mereka. Tentu, perjalanan mereka tidak lah damai karena ada saja pertengkaran-pertengkaran kecil diantara keduanya. Namun untungnya setelah kenyang, mereka tidak saling emosi lagi.

Setibanya di apartemen, Haruto meminta ijin untuk membersihkan dirinya. Junkyu yang sudah kekenyangan karena dua mangkuk ramen itu pun langsung merebahkan dirinya di kasur empuk Haruto.

“Ah nyamannya, mungkin bentar lagi kyu ketiduran,” gumam Junkyu.

Haruto yang sudah selesai dengan ritual mandinya, tersenyum kecil melihat Junkyu yang sudah bergelung dengan selimut di atas kasurnya.

Setelah berpakaian lengkap, ia pun memutuskan untuk bergabung dengan ikut menyelip ke dalam gumpalan selimut tersebut. Melihat Junkyu yang memejamkan mata, muncul ide jahil Haruto untuk membangunkan si manis.

Mengambil posisi yang pas, ia pun mulai menggelitiki pinggang Junkyu sampai si manis terbangun dan terbatuk-batuk akibat terlalu banyak tertawa kegelian. Melihat itu, Haruto pun menyudahi aksinya.

“Ish, ruto jahil banget sih. Kyu ngambek nih!”

Junkyu memasang wajah kesal yang jatuhnya malah menggemaskan di mata Haruto.

“Iya iya, maaf ya kecil. Sini dong jangan jauh-jauh sama gue. Gamau peluk nih?”

Mendengar tawaran Haruto, membuatnya goyah. Dan berakhir ia yang beringsut ke dalam pelukan Haruto yang sejak tadi siap menyambutnya.

Menyamankan posisi dengan kepalanya yang berbantalkan lengan Haruto, tangan Junkyu yang menganggur mulai menggapai jari-jari Haruto untuk ia mainkan. Malam itu, dengan posisi nyaman mereka, Junkyu banyak bercerita tentang harinya dengan Haruto yang mendengarkan sambil sesekali mengelus pelan rambut belakang Junkyu.

Sampai akhirnya Junkyu ingat hal yang harus ia tanyakan, ia mendongakkan kepalanya menghadap Haruto.

“Ruto, kapan ruto mau kenalin kyu ke temennya ruto? Kyu mau cepet-cepet punya pacar..”

Haruto yang ditanya tiba-tiba awalnya kebingungan, namun akhirnya menjawab, “Besok gue kirimin kontak temen gue ya? Baik kok, nanti langsung lo chat aja orangnya.”

“Wah, serius? Beneran ya ruto, kyu gak sabar!!”

Wajah Junkyu saat bahagia benar-benar membuat Haruto tertegun. Matanya yang berbinar, belum lagi pipinya yang sedikit kemerahan itu mampu membuatnya lupa bahwa ia sudah memiliki pacar. Belum lagi bibir pink tipis Junkyu yang menjadi fokusnya sedari tadi. Tanpa sadar, tangannya mengelus pelan bibir itu.

“Ruto ngapain?” tanya Junkyu yang kebingungan.

”...”

“Ruto?”

“Eh? Sorry sorry

Begitu kesadaranya pulih, Haruto langsung mengalihkan pandangannya dari Junkyu. Hampir saja pertahanannya goyah.

“Kyu, gue udah ngantuk. Tidur yuk?”

“Iya kyu juga ngantuk. Hoamm..”

Malam itu, dua laki-laki yang bingung dengan perasaannya masing-masing, memilih untuk segera membawa diri ke alam mimpi dengan saling berpelukan, menghangatkan satu sama lain.