First Fall

.

.

.

.

cw // kissing

Suara-suara di hadapannya itu masih dapat ia dengar dengan jelas. Walau sudah hampir menghabiskan dua botol wine, namun ini belum seberapa dari batas minumnya dulu.

Masih tersisa kekagetannya tadi saat orang yang ia tunggu-tunggu itu menyebutkan namanya. Sunghoon, ia masih ingat orang itu adalah orang yang menyatakan perasaannya secara tiba-tiba di kantin, dan dihadapan temannya yang lain. Dan ia juga ingat jelas bagaimana penolakan yang ia berikan. Apa iya Sunghoon dendam dengannya karena penolakan itu?

Terlarut dalam pikirannya, ia sampai tak menyadari bahwa ketiga orang yang tadi berbincang dihadapannya itu sekarang sudah mengambil posisi di sampingnya, bersiap mengangkut ia menuju tempat yang mereka siapkan.

Jujur saja, sebenarnya Junkyu takut dengan hal yang akan ia hadapi nanti. Namun, demi mengetahui orang-orang yang menjebaknya ini, ia nekat menuju club yang sama yang bahkan sudah ia tinggalkan bertahun-tahun lalu.

Lagi pula, ada orang yang bisa ia andalkan disini, tepatnya ada di belakangnya, jadi ia merasa aman.

“Lo gabisa angkat dia sendiri, hoon?”

“Terus kalian berdua ngapain?”

“Bantu doa.”

Sunghoon memutar bola matanya malas mendengar jawaban dua wanita di hadapannya ini. Yah, mau tak mau memang ia sendiri yang harus mengangkut Junkyu menuju lantai atas.

Menunggu Shasa yang memimpin jalan mereka sambil menunjukkan arah, Sunghoon mengambil posisi menaruh satu tangan Junkyu untuk melingkari lehernya dari belakang, sedangkan satu tangan melingkari pinggang Junkyu dari belakang. Nana yang saat itu ada disampingnya hanya bertugas memastikan keadaan sekeliling aman.

Namun belum sempat melangkahkan kaki dari meja tadi, sebuah suara menghentikan langkah mereka bertiga,

“Oke, udah habis waktu buat kita bersenang-senang kawan. Kyu, mending lo bangun sekarang, lihat orang-orang yang udah ngejebak lo ini.”

Nana dan Sunghoon yang berada tepat satu langkah di depan orang itu segera membalikkan badan, merasa suara yang mereka dengan itu tidak asing.

“J-jaehyuk?”

“L-lo..kok bisa ada disini?”

Kedua orang itu tampak gelagapan, seperti pencuri ayam yang ketahuan pemiliknya. Sunghoon yang menyadari bahwa Junkyu sedari tadi berpura-pura tidak sadar segera menjauhkan dirinya.

“Gimana? Udah puas ngejebak gue kayak gini? Sebenernya yang kalian mau tuh apa sih dari gue? Gue bahkan gak pernah mengusik kalian!”

Mereka berempat, termasuk Jaehyuk, tentu kaget karena tiba-tiba saja Junkyu mengeluarkan suaranya dengan nada tinggi. Wajahnya semakin memerah, karena setengah mabuk dan juga menahan amarahnya sedari tadi.

Seakan sadar ia kelepasan berteriak, Junkyu menarik nafasnya perlahan sebelum bertanya kembali.

“Gue tau na, lo pasti benci gue karena gue deket sama Haruto, iya kan? Tapi bahkan dia udah punya pacar lain setelah putus dari lo. Kenapa lo masih marah sama gue?”

“Dan lo hoon, gue ada salah apa sama lo? Gara-gara gue tolak lo, iya?”

Sunghoon yang awalnya ragu memilih membeberkan semuanya.

“Iya, karena lo nolak gue, gue malu. Itu di kantin dan bahkan disana ada banyak orang, lo tega nolak gue begitu aja. Dan karena lo nolak gue juga, gue kalah taruhan sama Haruto.”

“Taruhan?”

“Lo gak sadar kan, niat awal Haruto sama lo aja udah salah. Dia dari awal mau jadiin lo bahan taruhan!”

Mendengar kenyataan yang sebenarnya bahkan dari orang yang tidak ia duga, membuat Junkyu sakit hati. Tak bohong, ia benar-benar merasa kecewa pada Haruto, yang bahkan ia kira memiliki niat tulus baik padanya.

Suasana seketika hening, Sunghoon dan Nana tak berkata apa-apa lagi, karena memang niat dan alasan mereka sudah diketahui Junkyu. Shasa juga memilih mengundurkan diri dari sana, terlebih ia tidak tahu apa-apa mengenai masalah di antara mereka.

Jaehyuk yang melihat manik Junkyu sedikit berembun, dan terlihat sebentar lagi akan menumpahkan air matanya, memilih mendekat. Dengan perlahan ia mengangkat dagu Junkyu agar wajah itu mengarah padanya.

Cup

Tidak hanya Sunghoon dan Nana yang kaget dengan gerakan tiba-tiba itu, bahkan Junkyu pun hanya bisa melebarkan matanya, mencoba memahami apa yang baru saja terjadi.

Masih dalam keterkejutannya, ia bertanya pelan, “Jae, lo ngapain cium gue?”

“Gue nolong lo.”

Hanya kalimat pendek itu yang menjadi jawaban Jaehyuk. Merasa tidak puas, akhirnya Junkyu mengangkat wajahnya untuk menatap Jaehyuk yang kini pandangannya terfokus pada suatu hal di belakangnya. Junkyu mengikuti arah pandang itu sembari membalikkan badan, membuatnya entah harus berterima kasih atau malah melampiaskan marah pada laki-laki yang tadi mengaku menyelamatkannya itu.

“Ruto?”