First Fall

.

.

.

.

Selepas bel pulang sekolah berbunyi, Haruto segera menuju kelas Junkyu dan menuntunnya ke parkir motor untuk pulang bersama.

“Akhirnya aku bisa pulang sekolah sama kamu, cil.”

Haruto berseru senang, karena niatnya pulang bersama Junkyu akhirnya kesampaian.

“Kenapa sih kok kayaknya seneng banget?”

“Tau gak, waktu kamu balik pake bus waktu itu, maunya aku ajak kamu pulang bareng, tapi malah berakhir aku ikutan naik bus sama kamu terus ketiduran, sedih lah pokoknya..”

“Pantesan waktu itu kayak ada yang melototin aku dari kursi belakang, kirain om-om mesum.”

Haruto yang mendengar itu menampilkan senyum masam. Sudahlah, lagipula ia malas mengenang kesialannya beberapa hari itu.

Haruto segera menyerahkan helm untuk Junkyu, namun belum sampai di tangan si manis, ia langsung mengarahkan tangannya untuk memasangkan helm itu pada kepala mungil Junkyu.

Menyadari jarak wajahnya dengan wajah Haruto yang terlalu dekat, membuat pipi Junkyu memerah bak tomat yang terlalu matang. Hal itu pun tak luput dari pandangan Haruto, dan melihatnya membuat ia tersenyum lebar menggoda si manis,

“Nafas dong cil, belum juga aku cium.”

Alhasil satu pukulan mendarat di lengan atas Haruto, siapa lagi pelakunya kalau bukan si manis yang sedang malu-malu itu.

Kini keduanya telah menaiki motor Haruto, jari-jari lentik milik Junkyu pun telah terkait erat di depan perut si tampan. Terjadi begitu saja, seperti sudah seharusnya. Senyum lebar tak pernah lepas dari bibir Haruto, begitu pula Junkyu yang juga menikmati situasi ini.

Perlahan kendaraan yang membawa keduanya melenggang ke tengah jalan, membelah hiruk pikuk siang kala itu. Lajunya tak begitu cepat ataupun pelan, biasa saja. Memberi keduanya waktu untuk menikmati kebersamaan yang mungkin akan menjadi awal bagi keduanya.

Begitu lumayan jauh dari sekolah, Junkyu memajukan tubuhnya, menaruh dagunya di atas bahu lebar Haruto,

“Kamu mau anter aku kemana?”

Agar suaranya tak teredam, Haruto membuka kaca helmnya sedikit, membawa pandangannya menuju kaca spion kiri untuk dapat berkomunikasi dengan si manis,

“Keliling-keliling aja, nanti aku ajak makan di tempat yang baru aku temuin lusa deh. Ada cake kesukaan kamu disana.”

Junkyu hanya mengangguk sebagai jawaban, namun tak merubah posisinya ke semula. Ia malah mengeratkan pelukan pada tubuh Haruto sembari menghirup aroma khas lelaki itu yang menguar dari jaketnya, membuat lelaki yang ia peluk itu hampir saja oleng membawa motornya.

Tepat saat lampu lalu lintas menyala merah, motor yang membawa keduanya berhenti paling depan. Siang itu cukup terik, dan beruntung keduanya mengenakan jaket. Sesekali, Haruto mengelus lutut si manis dengan tangan kirinya.

“Panes ya?”

“Sedikit, tapi gak apa.”

“Harusnya tadi aku bawa mobil buat anter kamu, cil.”

“Kalo pake mobil gabisa peluk kamu kayak gini, tau.”

Haruto terkekeh kecil mendengar jawaban itu.

“Kamu manis banget dah cil, pacar siapa sih?”

“Gatau, gak punya pacar.”

Bilangnya saja begitu, tapi jari-jarinya bergerak abstrak diatas perut Haruto yang terlapisi jaket, membuat lelaki itu menggeliat kegelian.

I love you, cil.”

“Apa? Gak denger.”

“I. Love. You. Kecil.”

“Ngomong apasih, kumur-kumur ya?”

Merasa gemas dengan jawaban Junkyu, membuat Haruto membuka lebar kaca helmnya, bersiap untuk berteriak,

“I LOVE YOU KIM JUNKYU!!”

Ah, nampaknya Haruto melupakan mereka yang kini berada di tengah jalan, terhenti oleh lampu lalu lintas. Junkyu yang awalnya terkaget oleh tingkah laku Haruto, begitu mendapat kesadarannya ia pun memukul bahu lelaki di depannya itu beberapa kali.

“Ish rutoo malu tauu!!”

Mengabaikan tatapan pengendara lain yang kini tertuju pada mereka berdua, lelaki yang sedang dipukuli itu sesekali mengaduh, diikuti dengan tawa renyah yang keluar dari dua bilah bibirnya.

“Ahahaha siapa yang tadi bilang gak denger?”

Junkyu tak menjawab dan memilih menyembunyikan wajahnya di balik punggung lebar Haruto, yang dibalas usapan lembut menenangkan dari ibu jari lelaki itu pada punggung tangannya yang masih betah terkait berada di posisi semula.

Sebelum lampu lalu lintas itu benar-benar berubah menjadi hijau, Haruto menyempatkan bertanya pada seorang pengendara yang berada tepat di sebelah kanannya,

“Mas, pacar saya cantik kan?”

“HARUTOOO!!”

.

.

—fin.