First Fall

.

.

.

.

“Coba sini deketan deh, kyu.”

Suara Jeongwoo terdengar jelas di taman belakang sekolah siang itu. Tentu saja, taman belakang bukanlah salah satu tempat yang menjadi tujuan saat istirahat tiba, maka dari itu kini disana cukup sepi.

Sesuai arahan Jeongwoo, Junkyu pun memilih mendekat. Jarak mereka saat ini mungkin cukup ambigu jika dilihat dari kejauhan, dan tentu dapat menyebabkan kesalahpahaman. Seperti yang terjadi kali ini.

Dari kejauhan, seorang laki-laki berjalan tergesa menuju ke arah dua orang yang saat itu menempati kursi taman. Dengan wajah yang memerah akibat menahan emosi, segera laki-laki itu ulurkan tangan kanannya lalu menarik kerah belakang Jeongwoo.

Bukk

Satu pukulan mendarat di pipi kanan Jeongwoo, menyebabkan ia yang saat itu tak siap menjadi oleng dan terjatuh ke sebelah kursi.

Junkyu yang masih kaget karena hal yang ada dihadapannya itu segera tersadar, begitu melihat laki-laki yang tadi memukul Jeongwoo hendak melayangkan pukulannya kembali.

“Haruto, stopp!!”

Laki-laki itu, Haruto, mengacuhkan larangan dari Junkyu tadi dan kembali memukul pipi kiri Jeongwoo hingga sudut bibirnya mengeluarkan sedikit darah.

“Gue udah diem aja ya selama ini, tapi sekarang bisa-bisanya lo mau cium Junkyu? Lo beneran nusuk gue dari belakang wo??”

Jeongwoo yang terkena pukulan tiba-tiba sebanyak dua kali itu masih tak mampu menjawab pertanyaan Haruto. Haruto yang sedang dikuasai amarah itu pun kembali mengangkat kepalan tangannya, namun terhenti begitu Junkyu memeluk tubuhnya dari depan.

Please ruto, lo jangan gini, lo jangan emosi. Gue takut...”

Merasakan badan Junkyu yang mendekapnya itu bergetar, membuat kesadaran Haruto dalam sekejap kembali. Amarahnya seketika meluap tergantikan kepanikan karena mendengar isakan kecil Junkyu.

Ia pun membalas pelukan itu, “Hei, cil jangan nangis dong, maafin gue ya? Gue gak sengaja, gue tadi emosi, gue—”

Cup

Perkataanya terhenti karena Junkyu yang mengecup pipinya tiba-tiba.

“Iya iya, jangan marah lagi. Jangan pukul-pukul orang lagi. Gue gak suka”

Haruto tak menjawab namun memilih mengeratkan pelukannya pada Junkyu. Dagunya ia bawa menumpu di puncak kepala Junkyu, beberapa kali mengusaknya lembut hingga aroma shampoo Junkyu yang manis menguar memenuhi indra penciumnya.

Adegan berpelukan keduanya terus berlanjut, sampai mereka melupakan sesosok laki-laki yang telah terdampar di rumput taman sejak tadi.

“Udah pacaran cuma gara-gara dare Jungwon, kena bogem dua kali, sekarang gue malah nontonin orang uwu-uwu pula, sedih pangeran..”