First Fall

.

.

.

.

Suasana di apartemen Haruto siang itu sangat hening. Dua orang yang kini duduk berjarak di sofa ruang tengah itu belum ada yang mengeluarkan suara. Mereka masih asyik dengan cola di tangan masing-masing.

Bagaimana mereka bisa bersama? Jadi, tadi saat pulang sekolah, Haruto tiba-tiba mengirimkan pesan untuk mengajak Junkyu ke apartemennya. Mengingat kalau hari ini ia ada jadwal belajar dengan Haruto, maka Junkyu mengiyakan hal itu. Sayangnya, ia tak mengabari Jungwon terlebih dahulu.

Begitu kaleng cola di tangannya sudah kosong, Haruto memulai percakapan terlebih dahulu.

“Mau sekarang belajarnya?”

Junkyu yang ditanya pun mengangguk, “Boleh, hari ini belajar apa ruto?”

“Lo maunya apa? Gue bakal ajarin sebisa gue.”

“Pelukan? Ah iya, kyu mau tau gimana caranya pelukan yang baik dan benar.”

“Yaudah, lo kesini deh deketan.”

Begitu Junkyu berpindah tempat menjadi tepat di samping dan menghadap ke arah Haruto yang juga sekarang menghadapnya, Haruto pun memajukan tubuhnya dan menarik Junkyu untuk membawanya ke dalam pelukan.

“Eh?”

“Sekarang dengerin gue ya?”

Junkyu pun mengangguk pelan. Ini pertama kalinya Junkyu dipeluk teman laki-lakinya jadi ia sedikit terkejut. Bahkan dengan Jungwon pun tidak pernah. Terakhir kali, ia berpelukan dengan ayahnya.

“Karena gue lebih tinggi dari lo, posisi paling nyaman kalo pelukan kayak gini tu dagu gue bisa bertumpu di puncak kepala lo. Tangan gue posisinya meluk pinggang lo—

“—biasanya, biar orang dalam pelukan kita lebih nyaman, usap-usap punggungnya, rambutnya juga. Pokoknya lakuin dengan pelan, harus lembut dan penuh perhatian. Sekarang gue tanya, lo ngerasa nyaman gak?”

Iyalah, pakai nanya lagi, batin Junkyu.

“Hmm, nyaman banget.”

Junkyu merasakan dadanya berdebar, suatu euforia tersendiri berada dalam pelukan seseorang. Dan lagi, aroma tubuh Haruto mungkin akan membuatnya mabuk kepayang jika berlama-lama dalam posisi ini.

Saking nyamannya, Junkyu mengusak-ngusakkan kepalanya pada dada Haruto, persis seperti kucing yang manja. Haruto yang merasa geli beberapa kali meminta Junkyu berhenti, walaupun Junkyu malah semakin menjadi.

Akhirnya, ia menyerah dan membiarkan Junkyu bermanja-manja dalam pelukannya.

Biasanya, setiap memeluk pacar-pacarnya yang dulu, Haruto tidak pernah merasakan perasaan senang yang seperti ini. Junkyu seperti mendatangkan kebahagiaan yang berbeda. Namun, sekalipun Haruto menyadarinya, ia berusaha segera mengenyahkan rasa itu.

Di tengah kenyamanan yang mereka bagi, ponsel Junkyu bergetar menandakan pesan masuk. Dan saat itulah ia juga mendapat pesan dari orang yang sama, memberi tahu untuk segera membawa Junkyu pulang. Ah, bahkan ia tak sadar hari sudah menjelang sore saking nyamannya pelukan tadi.

Kedua laki-laki itu melepaskan pelukan dengan perasaan yang sama-sama tidak rela. Namun tak apa, masih ada hari lain, batin masing-masing. Setelahnya, mereka pun bersiap untuk menuju rumah Junkyu.

'Harusnya lo sadar to, tujuan lo cuma jadi tutor dan biro jodoh untuk Junkyu, gak lebih.'