First Fall

.

.

.

.

“Gamau pegangan sama gue aja sekalian?”

Suara berat Haruto terdengar pelan di telinga Junkyu karena teredam kaca helm. Ya, mereka akhirnya pulang bersama siang ini.

Tadinya Junkyu tidak ingin berbohong pada Jungwon, namun karena hubungan Haruto dan Jungwon yang masih tidak baik-baik saja, jadi ia terpaksa melakukan itu.

Kini, motor ninja milik Haruto yang ditumpangi keduanya telah membelah jalanan besar yang biasa mereka lewati. Laju motor itu tidak terlalu cepat, namun tidak juga lambat. Junkyu yang awalnya hanya mencengkram jaket Haruto, terpaksa menyerahkan tangannya untuk dilingkarkan di pinggang Haruto agar lebih aman.

Haruto tersenyum kecil begitu melihat wajah Junkyu yang memberengut terpantul di kaca spion kirinya.

Beberapa kali ia mengusap lutut Junkyu dengan salah satu tangannya, memberi rasa nyaman sekaligus mampu membuat pipi Junkyu merona hangat. Untunglah, pipinya terhalangi helm yang ia pakai, jadi Haruto tak bisa dengan jelas melihatnya.

Begitu motornya berhenti karena lampu merah yang menyala, Haruto bertanya, “Mau makan dulu gak? Gue ada tempat bagus.”

“Boleh, gue juga laper banget.”

Hanya percakapan pendek, karena setelahnya lampu telah menyala hijau kembali dan Haruto melajukan motornya ke tempat tujuan.

Selama perjalanan, satu tangannya yang tak memegang kemudi aktif mengelus punggung tangan Junkyu yang terkait di depan perutnya. Mungkin saking nyamannya, si manis juga menyandarkan kepalanya pada punggung lebar Haruto.

“Cil, nyandar di punggung gue bentaran lagi ya, ini kita udah sampai,” ia mengucapkan itu sembari menepuk pelan punggung tangan Junkyu yang ia elus sedari tadi.

Junkyu yang kesadarannya tinggal setengah akibat mengantuk buru-buru mengangkat kepalanya, merasa malu. Ia pun segera turun dan membuang muka, agar Haruto tak menangkap basah pipinya yang masih merona sejak tadi.

“Kayaknya punggung gue nyaman juga ya, lain kali gue sering-sering deh bawa motor, biar bisa lo peluk erat kayak tadi, hehe.”

Menahan malu yang semakin menjadi, Junkyu memukul kecil bahu Haruto sampai sang empunya mengaduh kesakitan.

“Iya iya gak gue godain lagi, mana sini tangannya pegangan dulu, di dalem rame nanti lo hilang.”

“Gue bukan anak kecil ya!”

Haruto memajukan tubuhnya, membuat tubuh keduanya hampir menempel. Ia menjatuhkan dagunya di atas kepala Junkyu, “Tuh kan, kecil.”

Segera pukulan-pukulan cepat dari tangan kecil Junkyu melayang di atas dadanya, membuat Haruto tertawa kecil walaupun beberapa kali terbatuk-batuk. Akhirnya, ia menarik tangan Junkyu cepat untuk masuk ke tempat yang mereka tuju.

***

“Tunggu disini ya, gue mau pesen dulu.”

Setelahnya Haruto menuju tempat pemesanan makanan di bagian depan, meninggalkan Junkyu seorang diri di meja yang bersampingan dengan kaca besar, lokasi favorit Junkyu.

Tak sampai lima menit, Haruto kembali dan langsung mendudukkan dirinya di kursi di hadapan Junkyu.

“Loh, gak sekalian ditungguin disana?”

“Enggak, nanti ada yang panggil kok.”

Junkyu hanya mengangguk tanda mengerti. Kemudian mereka terlibat percakapan kecil, mulai dari tugas sekolah dan segala kerandoman Haruto yang tak ada habisnya menggoda Junkyu.

Tiba-tiba saja percakapan mereka diinterupsi panggilan yang cukup keras,

Atas nama Kim Junkyu pacar kecilnya Haruto!

Junkyu yang mendengarnya kaget, berbeda dengan Haruto yang memasang senyum lebar menikmati ekspresi menggemaskan si manis.

Atas nama Kim Junkyu pacar kecilnya Haruto!!

Panggilan kedua kalinya itu seketika membawa kesadarannya kembali, Junkyu melotot gemas pada laki-laki di hadapannya, namun hanya dibalas kekehan kecil.

Atas nama Kim Junkyu—

“Ya ya saya.”

Cepat-cepat Junkyu menuju tempat pengambilan makanan mereka, sambil menutup wajah malu karena yang benar saja, siang itu pelanggan di tempat mereka makan sedang ramai-ramainya. Beberapa menampakkan wajah menggoda Junkyu, membuat ia menjadi semakin malu.

Tergesa-gesa membawa makanannya, hingga hampir saja ia tersandung kaki meja sebelum Haruto dengan sigap menangkap pinggangnya.

“Hati-hati, kecil.”

Tak tahu lagi semerah apa wajah Junkyu saat ini, membuat ia cepat-cepat mengalihkan pandangan dari Haruto dan mulai melahap makanannya dengan semangat.

Lagi-lagi tingkah si manis membuat ia tersenyum lebar, ah, Junkyu kecilnya ini memang happy pill yang diciptakan khusus untuknya.

“Pelan-pelan dong, sayang.”

Hampir saja tersedak, buru-buru Junkyu meminum iced tea yang ia pesan tadi untuk meredakan degupan keras di dadanya akibat panggilan sayang yang mengalun lembut dari laki-laki di hadapannya.

Masih sambil menatap Junkyu yang kini fokus pada minumannya, Haruto mulai berbicara lagi,

“Cil, gue harap setelah ini lo gak bakal sedih-sedih lagi. Gue janji bakal datangin kebahagiaan yang gak ada habisnya buat lo. I know you love me so much, but do you know anything new? You're not alone with that feeling, because i already love you as much as you love me.”

Mendengarnya, membuat benteng pertahanan Junkyu seketika rubuh. Soal meyakinkan diri, jauh dari dalam hati kecilnya ia sudah mempercayai Haruto sebesar itu. Ia tahu, Haruto kini benar-benar mencintainya.

Senyum lebar itu kini tak hanya tersemat di bibir Haruto, namun menular pada Junkyu yang kini pipinya merona kembali. Membuat Haruto tak tahan untuk mengelus pipi chubby itu dengan ibu jarinya.

Suasana hangat di antara mereka itu tak bertahan lama, karena tiba-tiba panggilan keras kembali menginterupsi kegiatan mereka,

Atas nama Kim Junkyu pacar kecilnya Haruto, silahkan mengambil bonus es krim sesuai pesanan pacar tampan Anda!

Ah, rasanya Junkyu ingin memukul gemas kepala Haruto sekarang juga.