First Meet


Dengan alasan bahwa ia sudah merasa lapar, Lena akhirnya membawa papanya pergi ke cafe tempat ia sering menghabiskan waktu untuk membuat tugas atau sekadar memperhatikan kakak gantengnya.

Siang itu, begitu mereka sampai, keadaan cafe cukup lengang. Lena mengedarkan pandangannya untuk mencari sosok yang ingin ia kenalkan pada papanya, namun sampai kini batang hidungnya tak nampak sama sekali. Ia pun menghela nafas berat.

“Kenapa, dear?”

“Ah gak apa-apa pa, yuk pesan dulu.”

Setelah memesan beberapa makanan berat untuk menghilangkan lapar keduanya, Lena mengajak papanya menuju tempat duduk di dekat jendela.

“Kamu sudah sering kemari ya?”

Lena mengangguk semangat, “Iya pa, ini cafe punya bundanya temen aku yang aku ceritain waktu itu. Tempatnya juga tenang, aku suka. Menurut papa gimana?”

“Bagus, anak cantik papa emang pinter pilih tempat.”

Lena tersenyum lebar begitu mendapat pujian dari papanya. Sejenak, rasa sedihnya tak bertemu sosok yang ia cari itu terhapus karena quality time yang akhirnya ia dapatkan bersama papanya itu.

Bel pada pintu cafe berbunyi gemerincing, membuat Lena yang saat itu fokus mendengar cerita papanya teralihkan pandangannya. Muncul sosok yang ia cari sejak tadi, dan kini berjalan menuju bagian depan untuk membawa pesanan pada pelanggan.

Beruntungnya, pesanan yang ia bawa itu adalah pesanan Lena dan papanya.

Senyum Lena semakin lebar melihat kakak gantengnya itu sampai di meja milik ia dan papanya. Laki-laki yang sedari tadi merasa diperhatikan itu sempat kaget dan berucap kecil,

“Loh ketemu lagi?”

“Hai kakak ganteng, aku yang waktu ini minta nomor telpon kakak di toko bunga di sebelah, hehe.”

Junkyu yang melihat anaknya bercengkrama dengan orang asing, mengerutkan dahi bingung.

“Ini siapa, dear?”

“Oh iya pa, ini kakak ganteng yang waktu itu kasih bucket daisy buat papa. Nah kak, kenalin ini papaku yang waktu itu mau aku kenalin ke kakak.”

Keduanya refleks mengulurkan tangan guna berkenalan dengan resmi.

“Kim Junkyu.”

“Watanabe Haruto.”

Beneran cantik ternyata papanya, batin Haruto.

“Kak, gabung sama kita dulu dong, sambil ngobrol-ngobrol sama papa.”

Haruto yang awalnya kaget, tapi akhirnya memilih untuk ikut mendudukkan diri tepat di kursi samping milik Junkyu.

Suasana diantara mereka bertiga, atau tepatnya antara Junkyu dan Haruto yang awalnya canggung, lama kelamaan berubah menjadi pembicaraan seru akibat topik-topik yang Lena bawa.

Beberapa kali Lena menatap wajah papanya yang tersenyum lebar, sangat manis dan cocok dengan kakak ganteng yang baru ia kenalkan itu. Dalam hati ia berdoa, semoga usahanya itu membawa hasil agar papanya bisa bangkit dari kesedihan yang selama ini ia pendam.

Hampir setengah jam berbincang bersama, tiba-tiba pembicaraan mereka diinterupsi nada dering yang berasal dari ponsel Junkyu.

“Ya halo?”

”...”

“Ah harus sekarang?”

”...”

“Tapi aku lagi gak bawa kendaraan, tadi habis jalan-jalan sama Lena.”

”...”

“Di depan? Mobil putih itu?”

”...”

“Iya sekarang kesana.”

Panggilan itu terputus, dan Lena segera menyuarakan rasa penasarannya,

“Siapa pa?”

“Itu temen papa yang waktu ini sempet ke rumah, dia jemput kita soalnya papa harus ke butik sekarang. Ayo, kita pulang.”

Lena seketika menampakkan wajah ingin menangis, “Yah, padahal aku masih mau disini pa..”

Dear?”

Haruto yang berada di antara pembicaraan anak dan papanya itu memilih membantu membujuk Lena,

“Besok-besok kan masih bisa main ke sini, Lena. Nanti ngobrol sama kakak lagi, janji.”

“Kakak janji ya, nanti kita ngobrol lagi. Nanti aku pasti bawa papa kesini, atau aku ajak kakak ke rumahku buat cari papa!”

Junkyu yang melihat anaknya merajuk itu merasa sedikit malu, apalagi dengan Haruto yang baru ia kenal hari ini. Namun melihat Lena yang sepertinya nyaman dengan Haruto, ia urungkan untuk menegur anaknya itu.

Akhirnya Lena pergi mengikuti papanya, setelah sebelumnya berpamitan dengan Haruto.

Haruto yang saat itu penasaran dengan teman yang menjemput Junkyu pun mengarahkan pandangannya mengikuti langkah kaki Junkyu dan Lena.

Sampai akhirnya, sesosok lelaki tegap keluar dari mobil mewah yang sejak tadi terparkir di seberang cafe, membukakan pintu untuk Lena dan juga Junkyu. Tak lama setelahnya, mobil itu pun melaju meninggalkan tempatnya tadi.

Melihat hal itu, entah mengapa rasa senang Haruto tadi akibat diterima baik diantara Lena dan Junkyu, tergantikan rasa kecil hati yang kini terus-menerus memenuhi hatinya.