Free Coupon


cw // kiss

.

lelaki dengan paras tampan itu kini tengah berdiri di depan sebuah kamar. ia menunduk, menetralkan napasnya yang terengah akibat berlarian dari ruang tengah rumah milik kekasihnya ini.

lima belas menit lalu, saat ia sampai, setelah menyapa pak lee yang sedang memangkas daun pohon bonsai berukuran sedang milik keluarga kim, pun membungkukkan sedikit tubuhnya guna menyapa bibi park yang sedang mengelap meja kaca di depan sofa, ia diintili makhluk kecil menggemaskan.

bubu, anjing jenis maltese dengan bulu putih panjang dan wajah kecil itu, entah mengapa sangat suka mengikutinya. namun di luar dugaan, saat tadi ia ajak bermain, anjing itu menggigit gemas ujung celananya. kaget tentu saja, menbuatnya memilih berlari menuju lantai dua, tempatnya berdiri kali ini.

terakhir kali ia kemari, di depan pintu itu masih ada gantungan boneka kecil berbentuk koala. namun sepertinya benda itu telah disingkirkan pemiliknya, tergantikan sebuah dreamcatcher berwarna putih tulang berukuran sedang. cantik, seperti kekasihnya.

tangan kanannya mengetuk pintu kayu itu tiga kali. karena hanya sunyi yang menyapanya, ia putuskan membuka langsung pintu itu, yang beruntungnya tak terkunci.

keadaan dalam kamar kekasihnya juga masih sama saat terakhir kali ia datang, hanya saja, kali ini terdapat buntalan selimut ditengah sebuah kasur empuk, nampak membelakangi tubuhnya.

dengan perlahan ia berjalan, bahkan sedikit berjinjit agar langkahnya tak menimbulkan suara.

dan begitu dirinya berada tepat di samping kiri kasur, buntalan selimut itu berbalik. menampakkan wajah sembab seorang lelaki manis, yang tak lain adalah kekasih kecilnya, junkyu.

raut wajahnya yang semula datar kini berubah sedikit panik. ia mengambil posisi duduk di ujung kasur, satu tangannya menangkup wajah si manis.

“kenapa nangis, hm?”

si manis merengut, memalingkan sedikit wajahnya, “dilarang sentuh, aku lagi ngambek.”

hal itu tak lantas membuat si tampan takut, kini jari telunjuknya menusuk main-main pipi gembil milik junkyu.

“gitu aja nangis, wuu!”

melihat tingkah haruto yang semakin menjadi, junkyu seketika duduk, menyingkirkan selimut yang sedari tadi melingkupi hampir seluruh tubuhnya, menyisakan surai coklat miliknya yang jauh dari kata rapi,

“haruto jelek! haruto anak anjing!”

takk

“huweee kok bibir aku disentil sih!!”

bibir bagian bawahnya terasa perih, memancing air mata yang sedari tadi ia tahan mulai membasahi pipi gembilnya. si manis menangis tersedu-sedu.

puas menjahili kekasihnya itu, haruto menggeser duduknya lebih ke tengah, menarik tubuh si manis yang bergetar ke dalam dekapan hangatnya. tangisan nyaring tadi kini sedikit teredam.

“kecil kok nangis, laper ya?”

“ruto jelek!”

“aku cakep, hari ini banyak cewek yang taruh hadiah di lokerku.”

“huwaaaa..”

nah kan, tangisan junkyu kini bertambah nyaring lagi.

menyadari kini kekasihnya itu kesulitan bernapas, haruto meregangkan sedikit pelukannya, beralih menangkup pipi junkyu dengan kedua telapak tangannya yang lebar,

“sayang, dengerin aku.”

tangis junkyu masih tersisa, napasnya pun tersendat beberapa kali. melihat mata si manis yang makin sembab akibat ulahnya, membuat haruto merasa bersalah.

sembari mengelus pipi itu lembut, haruto kembali berbicara,

“maaf, maaf karena selama ini aku kurang perhatian ke kamu. kurang luangin waktu, aku juga gak romantis. maaf karena udah bikin kamu nangis. maaf karena pacarmu itu aku.”

kini hening menghampiri keduanya, tak ada yang mau bersuara. mereka memilih menatap manik satu sama lain, berbicara dari hati ke hati, mencoba meyakinkan perasaan masing-masing bahwa hanya nama satu sama lain yang menjadi pemilik hati.

elusan di pipinya itu membuat si manis nyaman, pun beberapa kali memejamkan matanya mengantuk.

dan kesempatan itu tak mungkin disia-siakan haruto.

cup

kecupan pelan mendarat di kedua kelopak matanya, begitu lembut hingga mampu membuat pipi junkyu kembali merona.

“jangan nangis lagi, aku gak suka.”

junkyu hanya mengangguk kecil sebagai jawaban, maniknya yang terpejam masih enggan terbuka.

cup

kecupan kedua singgah di keningnya, sedikit lebih lama, namun junkyu menyukainya.

begitu pula kecupan selanjutnya pada kedua pipi gembilnya. diluar sifat cuek dan jahil, haruto selalu memperlakukannya dengan lembut. selalu mampu menerbangkan kupu-kupu dalam perutnya, menciptakan euforia yang manis.

lama ia memejam, tak ada pergerakan dari kekasihnya. membuat ia memutuskan membuka mata, dan dihadiahi kecupan cepat di bibir.

“kuponnya pakai sekarang aja ya, nanggung.”

dan setelahnya haruto menempelkan bibir tebalnya pada bibir milik si manis, mulai mengecap satu persatu bilah bibir milik kekasihnya.

bibir itu manis, selalu menjadi favoritnya. bibir itu manis, selalu membuat ia jatuh cinta. bibir itu manis, bibir milik junkyu, kekasihnya.

waktu berjalan singkat ketika keduanya begitu menikmati lumatan satu sama lain. hingga si manis yang terlebih dulu menepuk bahu lebar milik kekasihnya, membuat haruto dengan enggan memutus tautan keduanya.

“kamu mau bunuh aku ya?”

haruto terkekeh kecil, lalu mengusakkan ujung hidung bangirnya pada pucuk hidung milik junkyu.

“manis sih, tadi mah kurang.”

pukulan kecil di lengan berototnya menjadi balasan dari si manis akibat jawaban terlalu jujur itu.

dan walaupun junkyu kini kembali mengerucutkan bibirnya, dapat ia sadari kekasihnya salah tingkah.

sehingga membuat haruto, yang keduanya tangannya masih menangkup pipi si manis itu berucap pelan,

“karena kuponnya gak bisa expired, mau lagi gak?”