Halloween Party


Pesta halloween yang diadakan sekolah kali ini berlangsung meriah, bahkan jauh lebih meriah dibandingkan tahun lalu. Nampaknya, panitia acara ini pintar untuk menggaet siswa-siswa Treasure High School untuk meramaikan acara, salah satunya dengan mendatangkan guest star idola remaja, Kuburan Band.

Tidak hanya itu, di bagian loket kedatangan tadi, ada panitia yang membagi-bagikan souvenir kecil berbentuk labu yang khas untuk perayaan halloween ini, usaha yang patut diacungi jempol.

Jam menunjukkan pukul tujuh, yang berarti 15 menit lagi acara akan dimulai. Siswa-siswi masih berpencar, entah itu di aula, di lapangan, di parkiran, dan juga di toilet. Untuk yang terakhir, toilet menjadi tempat yang diburu untuk merapikan make up dan kostum halloween yang mereka pakai.

Omong-omong tentang kostum, siswa-siswi yang datang melakukan kreasinya sendiri karena tidak ada batasan dari panitia. Entah itu kostum hantu insternasional, sampai hantu nasional pun ada. Mungkin jika ada masyarakat luar yang datang, acara ini lebih seperti reuni hantu dari berbagai daerah, ya.

Kembali ke aula, tempat acara halloween party ini akan dimulai, keriuhan kini tercipta dari suka cita masing-masing orang yang datang. Semua bergembira, terlebih di bagian depan aula tadi mereka semua telah dibagikan panganan secara gratis. Siapa yang tak senang kalau begitu?

Tak terkecuali seorang lelaki yang sedang berdiam diri di bagian dinding pojok kanan aula. Lelaki dengan manik tajam itu sedari tadi mengecek satu-persatu orang yang datang melalui pandangannya, mencari pujaan hati yang tadi sempat memberi kode bahwa ia akan menggunakan kostum berwarna hitam.

Tadi, waktu ia sampai di tengah aula, ia sempat mengecek ponselnya. Namun kabar dari Abin, nama calon pacarnya itu tidak kunjung tiba. Sehingga ia memilih untuk berdiam di pojok yang lebih sedikit orangnya, dan memperhatikan orang yang berlalu lalang satu-persatu.

Hingga satu jam berjalan acara, ia masih tak menemukan orang yang ia cari. Membuat ia memutuskan maju sedikit, menerobos kerumunan orang yang sedang asik menikmati pesta dengan minuman di masing-masing tangan mereka.

Sialnya, ia juga tak menemukan teman-temannya. Ah, atau tepatnya ia yang tak minat mencari? Sebenarnya fokusnya sedari tadi sudah tersita untuk mencari Abin dan mempersiapkan diri untuk menyatakan perasaannya pada gadis itu.

Hingga akhirnya ia menemukan seorang dengan postur mirip gadis yang ia cari. Menggunakan kostum serba hitam, orang itu sedang berdiam diri di bagian kanan dekat pintu aula. Dan kabar baiknya, ia seorang diri. Membuat Haruto yang bagaikan mendapat jackpot itu berteriak senang dalam hati, pun memutuskan untuk menghampiri.

Kalau ia lihat dari belakang, kostum yang digunakan oleh orang yang ia sangka Abin itu adalah kaonashi, ah sangat menggemaskan. Dibanding ia yang menggunakan kostum demon itu nampak gagah, seorang yang kini ada tepat di hadapannya itu menggunakan kostum lucu yang membuat badannya hampir tenggelam. Ingatkan Haruto untuk menyubit pipinya gemas nanti.

Entah dorongan dari mana, Haruto yang saat itu diliputi kegembiraan tiba-tiba saja melingkarkan tangannya ke pinggang orang yang ia sangka Abin. Pinggangnya yang ramping, membuat orang itu tenggelam dalam pelukan yang diberikan Haruto.

Sempat ia rasakan orang yang ia peluk itu sedikit terkejut, namun kini telah rileks kembali. Membuat Haruto dengan santai meletakkan dagunya di puncak kepala orang di hadapannya.

“Gue cariin lo dari tadi tau,” ucapnya setengah berbisik karena keadaan aula yang kini bertambah riuh.

Orang itu masih diam, tidak memberi jawaban apapun. Hingga Haruto yang sudah kepalang gemas, memutar tubuhnya. Pandangan mereka bertubrukan, ah, nampaknya Haruto baru menyadari bahwa orang dihadapannya ini bukan orang yang ia cari. Bahkan bukannya perempuan, melainkan seorang lelaki manis dengan bedak tebal di wajahnya dan hiasan hitam di sekitar mata.

Namun, walaupun ia menyadarinya, pelukan yang ia berikan tidak ia lepas, bahkan kini lebih erat.

“Lo, kenapa diem aja waktu gue peluk?”, Haruto memasang raut wajah pura-pura bingung.

“Gue...kaget.”

Mendengar suara orang itu yang terdengar imut di indra pendengarnya, membuat Haruto tersenyum kecil. Sepertinya, ia mengenal orang yang berada dalam dekapannya itu.

“Lo, Kim Junkyu kan? Yang pernah gue gotong ke UKS tahun lalu gara-gara kena bola basket?”

“Lo inget gue?”

“Gimana gue gak inget, lo kayaknya tiap hari ngeliatin gue mulu.”

Perkataan blak-blakan yang keluar dari mulut Haruto itu otomatis membuat wajah Junkyu, lelaki manis yang berada dalam dekapannya merona. Ah, bahkan sekarang wajahnya telah total memerah akibat malu.

Iya, pertemuan keduanya memang terjadi tahun lalu. Dan setelah kejadian “terkena bola basket” itu, mereka tak pernah bertegur sapa lagi. Namun, jujur saja, Junkyu mulai memperhatikan penolongnya sejak saat itu. Tentu saja, secara sembunyi-sembunyi. Karena, yah, Haruto itu siswa populer, yang bahkan selalu dikelilingi temannya baik laki-laki atau perempuan.

Dan kenyataan bahwa Haruto mengetahui kegiatan sembunyi-sembunyinya itu, membuat Junkyu sangat malu. Bisa-bisanya ia tertangkap basah, padahal ia pikir sudah bersembunyi dengan rapi.

Haruto yang menyadari jika orang yang memperhatikannya selama ini adalah Junkyu, dilihat dari lelaki itu yang tak mengelak bahkan sekarang menunduk malu, membuat ia terkekeh geli.

Ah, lelaki yang masih dalam pelukannya itu sangat lucu dan menggemaskan. Melebihi Abin, calon pacarnya. Bahkan sekarang ia telah sepenuhnya lupa dengan perempuan itu.

Satu tangannya ia gunakan menangkup wajah si manis, hingga kini keduanya saling bertatapan langsung. Manik jernih milih Junkyu seperti memiliki pesona tersendiri, membuat Haruto tak henti-hentinya tersenyum. Juga membuatnya jatuh hati, dalam sekejap.

Berlatarkan riuh ramai pesta halloween yang berlangsung, keduanya tenggelam dalam pesona masing-masing. Hingga tanpa sadar keduanya menipiskan jarak, sampai bibir Junkyu yang mencapai bibir Haruto terlebih dahulu.

Kecupan singkat itu mengagetkan keduanya, membuat wajah si manis semakin memerah. Namun sebelum ia menyembunyikan wajahnya, Haruto lebih dulu menempelkan bibir keduanya kembali. Mencecap manis strawberry lipbalm milik lelaki manis dalam dekapannya, begitu manis hingga ia tak ingin melepasnya.

“Woi, Haruto!”

Pekikan lumayan keras itu masuk dalam indra pendengar keduanya, menarik kesadaran mereka ke permukaan. Si manis lebih dulu memalingkan wajah, mencoba melepaskan tangan Haruto yang masih melingkar di pinggangnya. Namun nihil, Haruto makin mengeratkan pelukannya.

“Nanti temuin gue di depan perpus, lo pulang bareng gue.”

Sebelum melepas pelukannya, Haruto menyempatkan mengecup bibir Junkyu kembali, membuat manik si manis membola kaget. Diakhiri tepukan di puncak kepalanya, Haruto pergi menyusul temannya yang kini memasang wajah bingung melihat keduanya, sesekali mengedipkan satu matanya, memberi senyum lebar pada Junkyu.

Junkyu, yang nampaknya kesadarannya baru terkumpul setengah setelah sedari tadi dikagetkan oleh tingkah laku Haruto, yang selama satu tahun lebih ini menjadi orang yang ia sukai, berulang kali memukul kepalanya gemas,

“Sial, kenapa dia cium gue waktu muka gue cemong gini?”