; harukyu au

Setelah bersiap sekitar tiga puluh menit lamanya, akhirnya Haruto sudah siap 100% untuk menghampiri doinya, tak lain dan tak bukan adalah Junkyu, sahabatnya sedari kecil.

Kisah mereka sebenarnya lumayan rumit, dari sisi Haruto tentu saja. Karena tanpa diduga perasaan yang seharusnya tidak tumbuh antara ia dan Junkyu kini semakin besar tiap harinya. Dan sialnya lagi, Junkyu bukanlah orang yang peka dengan bentuk-bentuk perhatian Haruto yang lebih dari sekadar sahabat.

Kembali pada Haruto yang kini telah memarkirkan motor kesayangannya di hadapan rumah Junkyu. Setelah merapikan rambutnya yang khusus hari ini ia ubah gayanya, dengan harapan akan menarik perhatian Junkyu.

Entahlah, walaupun ia tahu Junkyu orang yang tidak peka, namun dengan berbekal doa dari Yoshi, ia memantapkan hatinya untuk berusaha kembali.

Tak lama setelah membunyikan bel, si pria manis pemilik rumah kini sudah ada di hadapannya. Katakan saja Haruto yang bucin, di matanya Junkyu selalu bertambah manis tiap harinya.

Setelah meminta ijin pada Bunda, mereka akhirnya berangkat menuju taman sesuai arahan Junkyu.

Tiba di taman, Junkyu segera turun dan berlari menuju salah satu ayunan yang telah menjadi spot favoritnya disini.

Haruto hanya terkekeh pelan melihat tingkah laku Junkyu, ya setidaknya di hari ulang tahunnya ini, ia dapat menghabiskan waktunya dengan sahabat yang ia cintai itu.

Mengambil tempat di ayunan sebelah Junkyu, Haruto memandang lurus ke depan dimana anak-anak kecil sedang berlarian dengan cerianya.

“Lihat mereka lari-lari, gue jadi inget masa kecil dulu deh, Ru.”

“Lo dulu hiperaktif banget, susah disuruhin diem, udah gitu suka ngeledekin gue. Udah aja gue kejar, lo nya jatuh terus nangis”, timpal Haruto sambil tersenyum kecil.

“Dipikir-pikir kita udah lama juga ya sahabatan, dari yang sekecil mereka, sekarang lo udah kayak tiang gini.”

“Lo juga tiang kali.”

“Tapi lo jauh lebih tinggi, lihat kaki lo sampai nekuk kayak gitu buat main ayunannya.”

“Bagus kali gue tinggi gini.”

“Apa bagusnya?”

“Kalo lagi berdiri sama lo, cocok aja gitu. Apalagi kalau gue peluk lo, pas hehe.”

Junkyu hanya mendengus mendengar perkataan yang mirip gombalan dari Haruto itu. Mungkin saking terbiasanya ya.

“Gue sayang sama lo, kyu.”

“Gue tau.”

“Terus?”

“Ya gaada terusannya.”

”...”

Karena tiba-tiba tak ada sautan, akhirnya Junkyu melihat ke arah Haruto. Dapat ia lihat sahabatnya itu sedang menunduk lesu. Ah, lucunyaa.

Ia jadi tak tega, dan akhirnya memutuskan sandiwaranya ini.

“Haru..”

“Ya?”

“Happy birthday.”

“Kirain lupa. Mana nih mana hadiah buat gue?”

“Ayo pacaran.”

“HAH?”

“Ayo. Pacaran.”

“Kyu?”

”...”

Tak ada jawaban dari Junkyu, dan akhirnya membuat Haruto yang semula senang, berpikir kalau Junkyu hanya bermain-main, seperti hari-hari sebelumnya. Ia putuskan untuk kembali fokus melihat anak-anak kecil di seberang yang kini sudah berkurang jumlahnya.

Cup

“Eh?”, kaget Haruto yang tiba-tiba merasakan bibir lembut Junkyu megecup pelan pipi kirinya.

“Hehe”, kekagetan Haruto hanya dibalas senyum polos oleh Junkyu.

”...”

”...”

“Kyu, lagi dong.”

.

.

-fin.