–; harukyu au

Malam itu junkyu memilih untuk membawa tubuhnnya untuk berbarin di ranjangnya yang empuk. Entahlah ia merasa lelah, padahal ia hanya pergi keluar untuk makan bersama teman-temannya.

Kamar itu terasa hening karena pemiliknya yang tiba-tiba melamun, pikirannya kembali mengingat apa yang terjad beberapa jam yang lalu di depan rumahnya.

.

.

Flashback

Jam sudah menunjukkan pukul setengah 9 malam, hingga akhirnya mereka bersiap-siap untuk kembali ke rumah masing-masing. Setelah berpamitan singkat, kemudian junkyu mengikuti yoshi menuju mobilnya.

Keduanya kini sudah ada di dalam mobil, kemudian yoshi melajukan mobilnya menuju rumah junkyu. Tidsk seperti jalur yang tadi dilaluinya, kini ia mengambil jalur yang lebih dekat agar lebih cepat untuk mengantarkan laki-laki manis di sampingnya ini.

Tidak sampai tiga puluh menit mereka kini sudah berada di depan rumah junkyu. Junkyu sedikit bingung karena yoshi yang tiba-tiba pendiam dibandingkan sore tadi namun memilih tidak ambil pusing, mungkin yoshi lelah, pikirnya.

Ia memilih untuk mengucapkan terimakasih dan berpamitan dengan laki-laki itu. Namun belum sempat ia membuka pintu mobil, tangannya sudah ditahan terlebih dahulu oleh yoshi.

Keadaan tiba-tiba canggung dan junkyu masih kaget karena perlakuan yoshi yang mendadak menahannya. Tapi ia kemudian memilih untuk bertanya apa yang yoshi inginkan.

“Kenapa yoshi? Ada yang mau kau bicarakan padaku?”, tanyanya pelan. Kini di hadapannya yoshi terlihat ingin menjawan namun ada keraguan disana.

“Yosh?”, panggilnya sekali lagi.

“E-eh anu, itu, aku sebenernya mau ngomong kyu”

“Soal apa?”

“Kyu, aku mau jujur sama kamu, selama ini aku itu deketin kamu karena aku ada rasa sama kamu, awalnya aku ragu, tapi setelah pertemuan pertama kita waktu kamu nabrak aku depan perpustakaan, rasanya aku mulai tertarik dalam pesona yang kamu punya.

Dan akhinya waktu di cafe itu kita punya kesempatan ketemu lagi, kenalan, dan tahu satu sama lain lebih dekat lagi. Aku tau ini mungkin terlalu cepat, bahkan belum genap seminggu dari pertemuan kita di cafe, tapi aku serius kyu, i'm in love with you, so would you be mine?”

Junkyu kaget tentu saja, ia tak menyangka bahwa yoshi memendam perasaan padanya dan mengungkapkannya secepat ini. Terlebih saat hatinya masih terpaku pada satu orang yang belakangan ini tiba-tiba menghilang.

Ia menatap mata itu, tatapan yoshi yang teduh dan sarat akan keseriusan dari tiap kata-kata yang diucapkannya tadi. Ia tak menyangkal bahwa ia tertarik pads yoshi, namun beda artian dengan ketertarikan yoshi padanya.

Lagi pula ia tak bisa menerima yoshi saat rasa sukanya masih sepenuhnya pada haruto, dan berujung menjadikan yoshi pelarian saja. Yoshi pantas untuk orang yang lebih darinya.

“Maaf..”, ucap junkyu pelan, meyakinkan diri untuk menjawab pernyataan yoshi.

Mendengar satu kata itu dari mulut junkyu, yoshi tahu apa keputusan dan jawaban junkyu. Ia tak bisa menyembunyikan kekecewaan yang tampak di raut wajahnya.

“Sekali lagi maaf yoshi, aku tidak bisa”, junkyu masih mengulangi kata maafnya namun ia tak mampu melihat yoshi kali ini.

“Kenapa kyu?”, pikir yoshi kali ini ia harus memastikan alasan apa yang membuat junkyu menolaknya.

“Apa kau menyukai orang lain?”, lanjutnya, yang meskipun berat hati ia ucapkan karena takut akan apa yang ada di pikirannya benar-benar harus ia hadapi.

“Mungkin, aku tidak bisa mengatakannya karena aku juga perlu memastikan perasaanku yoshi, aku tidak bisa menerimamu dalam kondisi yang dimana hatiku juga sedang bingung kepada siapa rasa sukanya akan berlabuh

Aku harap kamu mengerti ini, maafkan aku jika memang perlakuanku padamu membuat kesalahpahaman, aku hanya ingin jujur dengan diri sendiri, begitu pula padamu.”

Junkyu menatap mata yoshi dalam, berusaha menyampaikan apa yang ada di benaknya dengan hati-hati dengan harapan laki-laki di hadapannya ini mengerti perasaannya.

Yoshi masih tak bisa menerima alasan itu, namun ia tak ingin sampai berkata kasar atau melakukan hal di luar kendalinya pada laki-laki manis di hadapannya.

Karena itu, ia mengakhiri hening di antara mereka dengan mempersilahkan junkyu untuk masuk dan mengucapkan selamat malam tanpa perlakuan tambahan atau senyum manis yang biasa ia berikan pada junkyu.

Junkyu segera menurut dan turun dari mobil, kemudian memperhatikan mobil itu melaju sampai hilang di balik persimpangan kompleknya.

Ya, semoga saja ini keputusan yang benar, batinnya.