kakak kelas

.

.

.

waktu terlewat begitu cepat, sudah hampir empat puluh lima menit siswa-siswi di ruang itu berkutat dengan lembar jawaban dan soal, serta sebuah pulpen di tangan.

tak terkecuali, kedua lelaki yang duduk di pojok belakang sebelah kanan samping jendela.

satunya nampak tenang, lembar jawabannya telah tertata rapi di atas meja, lengkap dengan coretan dan jawaban yang ia temukan semudah menjentikkan jari.

berbeda dengan lelaki satunya, yang kini sedang menunduk, mengetuk-ngetukkan kakinya berulang kali pada lantai yang dingin entah dengan tujuan apa. saat hendak mengangkat wajahnya, sebuah tisu disodorkan begitu saja di hadapannya.

“lo mimisan, kak.”

bisikan itu terdengar lirih, namun mampu membuat junkyu sadar dan segera mengambil tisu tadi sebelum darah ikut mengotori seragamnya. bisa habis ia jika bundanya mengetahui hal itu, maka sebisa mungkin ia mengatasinya.

tak bohong saat darah itu telah berhenti keluar dari hidungnya, kepalanya menjadi sedikit pusing. sedikit yang lama-kelamaan semakin menguasai kepala, membuat ia tak fokus lagi dengan lembar soal di hadapannya.

puk

“biarin gini dulu ya, kepala gue pusing banget.”

kepalanya telah bersandar sempurna pada bahu lebar milik haruto, bahu yang dulunya selalu menjadi tempat ia bersandar saat bercerita tentang remidial yang tak ada hentinya, atau saat ia harus mengurangi makan manis karena diet suruhan bundanya.

haruto hanya diam, namun tubuhnya bergerak mendekat agar junkyu lebih nyaman. satu tangannya beralih menggenggam tangan mungil junkyu, yang kini terasa lebih mungil dibanding terakhir kali mereka berpegangan tangan.

tangannya yang lain bergerak menggeser lembar jawaban junkyu lebih dekat, mengisi baris-baris kosong itu dengan jawaban yang ia pikir tepat. jari tangan kanannya terus bergerak aktif diatas lembar, pun dengan ibu jari tangan kirinya yang kini mengelus lembut punggung tangan milik junkyu.

“jangan nunduk, nanti kamu mimisan lagi.”

wajah junkyu kini sedikit mendongak, memperhatikan wajah serius nan tampan milik haruto saat mengerjakan soal ujiannya. pikirnya berubah menjadi melankolis, harutonya masih sama seperti dulu, tak banyak bicara, namun selalu punya banyak cara yang membuat junkyu bahagia dengan perlakuan kecilnya.

lama memandangi wajah serius itu, junkyu kini mendapati wajahnya telah bergerak maju, hanya untuk mendaratkan kecupan kilat di rahang tegas milik mantan kekasihnya itu.

“makasih, haru.”

.

jauh di depan sana, seorang perempuan yang bertugas sebagai pengawas ujian di ruangan itu menggelengkan kepalanya tak habis pikir, giginya bergemeletuk menahan teriakan yang hampir saja keluar dari tenggorokan, ia tak ingin mengacaukan momen indah dihadapannya itu hingga hanya bisa memekik lirih,

“sial kapal gue gemes banget arghh!”