Little Daisy


Begitu bel berbunyi, dengan tidak sabarnya Lena segera menuju tempat dimana biasanya ia menunggu jemputan dari papanya.

Dalam benaknya kini dipenuhi, apa surprise yang menantinya setelah ini. Walaupun beberapa menit yang lalu ia sempat sedih dan kecewa akibat janji yang dibatalkan tiba-tiba oleh papanya, namun semua kini menguap tergantian antusias yang tinggi.

Dari kejauhan dapat ia lihat sebuah mobil berhenti tepat di tempat janji temu ia dengan papanya. Berbeda, itu bukan mobil papa, ataupun sopir yang biasanya menjemput ia pulang.

Walaupun ragu, ia memberanikan mengetuk kaca jendela samping kemudi.

Tok tok

Tak sampai semenit, kaca jendela itu terbuka, menampilkan wajah tampan seseorang yang tak mungkin ia tak kenal.

“Kakak ganteng!!”

Wajah gembira yang Lena tampilkan dibalas senyuman lebar oleh Haruto, orang yang sedari tadi berada di dalam mobil putih yang diperhatikan Lena dari kejauhan.

Lelaki tampan itu segera membuka pintu kemudi, pun menuntun Lena menuju mobil bagian kanan untuk membukakan pintu dan mempersilahkannya masuk.

Begitu keduanya telah berada di dalam mobil, sebelumnya lelaki itu mengecek seatbelt yang dipakai anak perempuan di sampingnya, kemudian setelah sudah siap, ia mulai menjalankan kemudinya.

“Kok bisa kakak ganteng yang jemput? Papa yang suruh ya?”

Haruto mengangguk kecil sebagai balasan, “Gimana surprisenya?”

“Seneng!! Aku kaget kirain Pak Lee yang bakal jemput.”

Haruto mengulurkan tangannya, mengelus surai bagian depan Lena yang sedikit berantakan, “Syukur deh kalo seneng, jangan marah sama papamu ya. Papamu pasti sedih kalo kamu marah lama-lama.”

“Enggak kok, Lena gak marah, serius!”

Melihat sekilas wajah serius Lena, membuat lelaki di belakang kemudi itu terkekeh kecil. Lena yang merengut benar-benar seperti Junkyu versi perempuan.

Ditengah pembicaraan kecil mereka, Lena sempat meminta ijin untuk menghidupkan radio dalam mobil. Dan begitu saluran yang ia pilih memutarkan lagi boyband kesukaannya, ia pun ikut bersenandung pelan.

Tak disangka, seseorang di sampingnya pun ikut bernyanyi.

“Kakak tau lagu ini?”

“Tau dong, di cafe kan suka puter lagu kayak gini.”

Tak disangka selera keduanya begitu cocok, membuat mereka pun akhirnya terlarut dalam suasana yang ceria, bernyanyi bersama mengikuti lagu-lagu yang terputar dari saluran yang dipilih Lena.

***

“Ayo turun dulu.”

Lena yang tak sempat menanyakan tujuan mereka baru mengedarkan pandangnya, mendapati keduanya telah berada di salah satu kedai es krim.

Melihat ekspresi Lena yang seakan meminta penjelasan, membuat Haruto yang telah melepaskan seatbelt menatap ke arahnya, “Sekarang makan es krimnya sama kakak dulu oke? Nanti lain kali kita makan bertiga sama papa kamu.”

Mendengarnya tentu membuat Lena mengangguk senang, dengan cekatan melepas seatbeltnya dan membuka pintu untuk segera menuju ke dalam kedai es krim.

Haruto yang melihatnya hanya menggeleng pelan, memilih mengikuti Lena dari belakang sembari mengirim pesan mengabari lelaki manis yang menunggu pesannya dari beberapa menit yang lalu.

Kini keduanya telah duduk berhadapan di salah satu meja bagian kiri pintu, Lena yang memilihnya. Di hadapan mereka telah tersaji masing-masing satu mangkuk es krim yang menarik meminta untuk segera dicicipi.

Melihat anak perempuan dihadapannya menyendok es krim miliknya dengan semangat, lagi-lagi menarik senyum lebar milik Haruto.

“Pelan-pelan aja, cantik. Gak ada yang mau ambil kok.”

Lena hanya tersenyum kecil, sedikit malu akibat antusiasnya yang tinggi melihat es krim di hadapannya. Sesekali ia menatap Haruto yang juga menyantap es krim miliknya dengan tenang, tampan sekali. Cocok dengan papanya.

“Kakak ganteng lagi gak punya pacar kan?”

“Eh? Kok tiba-tiba?”

“Kakak cocoknya sama papaku.”

Hampir saja es krim dalam mulutnya tersembur keluar, untung saja Haruto bisa menahannya.

Ia baru sadar, sepertinya Junkyu belum menjelaskan hubungan antara keduanya pada Lena. Pantas saja tadi Junkyu meminta bantuan padanya.

“Kakak udah punya pacar...”

Raut wajah Lena yang semula berbinar bahagia dalam sekejap berubah menjadi muram. Namun sebelum ia sempat bertanya, Haruto menambahkan,

“Pacar kakak itu papamu.”

Kaget, tentu saja. Bisa-bisanya papa tersayangnya itu tak mengatakan apa-apa padanya. Padahal niatnya setelah ini adalah memaksa kakak gantengnya itu untuk menjadi pacar papanya, eh ternyata ia sudah keduluan.

“Kok diem? Gak suka ya?”

Lena menggeleng rusuh, bukan itu maksud keterdiamannya. Ia hanya kaget, dan sedang mengumpulkan kesadaran. Kini wajah muramnya tadi sudah berganti senyum lebar, jauh lebih bahagia dibanding saat tadi mendapati kakak gantengnya itu yang menjemputnya di sekolah.

“Berarti sekarang aku bisa panggil kakak daddy, kan?”