; harukyu au!

Makrab tahun ini diadakan 2 hari, yaitu hari Sabtu dan Minggu di salah satu villa milik orang tua Jeongwoo, si wakil ketua OSIS. Makrab sudah menjadi salah satu kegiatan tahunan, untuk memberikan wadah mengakrabkan diri bagi siswa siswi SMA YG School.

Semua angkatan berangkat pukul setengah 8 pagi menggunakan bus yang totalnya ada sepuluh bus, bersamaan dengan beberapa guru yang menjadi penanggung jawab kegiatan.

Kembali pada sie acara kita, susunan acara telah disiapkan secara matang dari beberapa hari sebelumnya. Makrab sebagai puncak acara, sedangkan sebelumnya akan dilaksanakan berbagai macam outbound.

Junkyu yang pertama kalinya mengikuti kepanitiaan di sekolah, mulai merasakan pegal-pegal pada beberapa bagian tubuhnya. Bagaimana tidak, ia yang tiap harinya lebih banyak rebahan kali ini harus menggunakan banyak tenaganya untuk berkeliling mengecek apakah kegiatan yang berlangsung telah sesuai dengan susunan acaranya.

“Keren juga ya kita, makasih banyak guys akhirya outbound yang kita ulang dari awal konsepnya bisa berjalan lancar”, ucap Yoshi sembari mengistirahatkan tubuhnya di salah satu kursi.

“Yoi, ganyangka gue bisa sesukses ini. Kyu, lo yang semangat dong, loyo banget gue liat-liat”, ejek Jaehyuk sambil mencubit pelan lengan Junkyu yang ada di sampingnya.

Hanya dehaman yang menjadi jawaban, nampaknya energi Junkyu kini sudah tinggal seperempatnya.

Junghwan menimpali, “Itu Kak Kyu ga semangat karena dari tadi gak liat Kak Ruto, mukanya aja nambah kusut gitu”.

Benar, sedari pagi Haruto, si Ketua OSIS yang menjadi crush Junkyu tidak menampakkan batang hidungnya. Hingga akhirnya, Junkyu merasa perjuangannya untuk ikut kepanitiaan ini sia-sia.

Yoshi segera menengahi sebelum terjadi perang ketiga diantara mereka, “Udah-udah, Wan mending lo siap-siap buat cek sie perkap di tempat makrabnya.”

“Siap kak, Wawan berangkat dulu”, saut Junghwan dan mereka berempat akhirnya kembali memisahkan diri.


Malam itu tampak lebih meriah dari kegiatan sebelumnya, dengan dekorasi yang cukup mewah untuk sekadar kegiatan makrab antar angkatan. Para siswa-siswi membentuk lingkaran dan mengelilingi api unggun yang ada di tengah mereka, memberikan kehangatan di tengah malam yang cukup dingin di sekitar villa ini.

Sie acara dibagi menjadi 2, Yoshi bersama Junghwan sedangkan Junkyu bersama Jaehyuk. Awalnya Junkyu hendak memprotes, namun berujung wajah yang lebih muram dari sebelumnya.

“Jae, Ruto beneran gak dateng ke makrab ini ya?”

“Gue seriusan gatau Kyu, kemaren gue udah pesen buat dateng, tapi lo liat sendiri kan yang sambutan tadi si Jeongwoo.”

“Huh, tau gini gue gabakal ikut ni kepanitiaan. Udah waktu rebahan gue keambil, badan gue berasa remuk semua pula”, keluh Junkyu lagi.

Jaehyuk tak minat menimpali, dan akhirnya melanjutkan tugas mereka agar lebih cepat mendapat waktu untuk beristirahat.

Makrab berakhir pukul 9 malam, setelahnya Hyunsuk, ketua panitia dari kegiatan ini pun melakukan evaluasi. Tidak banyak, karena memang makrab kali ini berjalan dengan sukses.

Sampai akhirnya mereka diberikan waktu untuk beristirahat. Dalam sekejap, ruang tamu lantai 1 itu sepi, hanya beberapa siswa yang berlalu lalang entah untuk apa.

Begitu pula Junkyu, yang sebelumnya mengeluh ingin cepat istirahat namun kini sedang berada di pantry dekat toilet. Walaupun suasana sepi ini bukan hal yang disukainya, tetapi ia sangat memerlukan susu saat ini.

Dengan wajah lelah, ia menuangkan susu bubuk dan berniat menambahkan air hangat, sebelum listrik di daerah sekitar villa seketika padam dan diiringi dengan teriakan siswa-siswi yang kaget dengan hal ini.

Mengabaikan gelas susunya, Junkyu mencoba mencari ponsel yang tadi ia kantongi untuk menghidupkan senter. Sialnya, daya baterai ponselnya lemah, dan membuatnya mengurungkan niat awal.

Tak kehabisan akal, ia mencoba menghubungi Junghwan, tetapi sepertinya kesialan masih ada padanya karena dalam sekejap ponselnya ikut mati.

“Huh, apa iya gue mesti bermalam di pantry malam ini? Ni perasaan gue apa gimana deh kok tambah dingin disini ya”, monolog Junkyu sambil memikirkan rencana bermalamnya.

Sebenarnya, Junkyu memiliki kebiasaan yang unik. Saat ia mulai merasa panik, ia akan bernyanyi untuk menenangkan dirinya. Dan di saat seperti ini, yang ia lakukan adalah..

“Seperti mati lampu ya sayang, seperti mati lampu Cintaku tanpamu ya sayang...

bentar, kok gue lupa lirik deh. Coba ulang,

Seperti mati lampu ya sayang, seperti mati lampu Cintaku tanpamu ya sayang...

aish, gue lupa lirik anjir. Nassar hyung, maafin gue ya, nanti gue apalin bener-bener deh lagunya”, monolognya sedih lengkap dengan wajah yang ditekuk dalam.

Beberapa menit ia habiskan dengan mengulang lirik yang ingat saja, listrik masih padam dan udara pun semakin dingin.

Sedari tadi, Junkyu telah meringkuk dan menenggelamkan wajah di antara kedua lipatan kakinya. Suara nyanyiannya masih terdengar jelas, karena ia bersikeras mengingat lirik yang ia lupakan.

Tanpa ia sadari, nyanyiannya itu mengundang rasa penasaran seseorang. Laki-laki yang sedari tadi juga berada di sekitar ruang tamu, dan perlahan mendekat karena merasa mengenal suara dan lantuanan yang disuarakannya.

Saat suara itu mulai memelan, ia sudah ada di hadapan Junkyu, menunduk menyamakan tinggi mereka, dan tanpa aba-aba mulai merengkuh tubuh Junkyu yang menggigil.

Junkyu yang diliputi keterkejutan, memberanikan diri mengangkat wajahnya. Tak disangka, tampak wajah sempurna Haruto yang kini hanya berjarak satu jengkal dari wajahnya.

Mengamati wajah kaget Junkyu yang sangat menggemaskan dengan jarak sedekat ini, membuat Haruto mati-matian menahan diri untuk tidak menggesekkan hidungnya pada hidung Junkyu.

Seakan kembali ingat akan tujuannya, ia menunduk dan membisikkan sesuatu pada telinga Junkyu yang perlahan menyamankan diri dalam pelukannya,

“Seperti mati lampu ya sayang, seperti mati lampu Cintaku tanpamu ya sayang bagai malam tiada berlalu—”, ucap Haruto pelan.

Junkyu berniat untuk menimpali ucapan Haruto, seperti menanyakan mengapa ia bisa hapal lirik lagu yang Junkyu nyanyikan, sebelum akhirnya terdiam karena kalimat lanjutan laki-laki itu,

“—itu lirik yang bener ya, sayang?”