Mine

.

.

.

Jika Jaehyuk percaya bahwa Haruto sekarang berada di rooftop, ia sudah tertipu. Faktanya, kini Haruto sedang bersantai di salah satu bed yang ada di UKS sekolah, sembari mendengarkan keluh kesah seseorang yang berada di bed sebelah. Ah, lebih tepatnya menguping.

“Kenapa hiks, aku tidak punya hiks, teman, hiks

“Apa yang hiks, mereka inginkan hiks, sebenarnya, hiks

Sungguh, Haruto membenci isakan tangis yang masuk ke dalam indra pendengarnya. Namun, ia mencoba menahan diri untuk tidak menghampiri seseorang yang sedang menangis itu.

Tadinya, ia berada di UKS hanya untuk mengantar seragam atasan baru untuk Junkyu sebagai pengganti seragam yang sudah basah akibat ulahnya. Entah mendapat dorongan dari mana ia melakukan hal itu, ia hanya mengikuti kata hatinya untuk kali ini.

Setelah menyerahkan seragam yang diterima dengan bingung oleh Junkyu, Haruto bergegas keluar dari UKS, namun beberapa menit kemudian kembali dan menidurkan diri di salah satu bed samping milik Junkyu. Beruntung, tirai bed milik Junkyu sedang tertutup, jadi ia tidak perlu masuk dengan sembunyi-sembunyi.

Sekitar 30 menit telah ia habiskan untuk berdiam diri disana, karena sedari tadi ia memainkan ponselnya, ia pun baru menyadari bahwa suara isakan Junkyu sudah tak terdengar lagi. Namun kali ini tergantikan dengan suara gemeletuk gigi layaknya orang yang sedang kedinginan.

Menyadari hal itu, Haruto memberanikan diri untuk menghampiri Junkyu. Ia menarik pelan tirai yang ada di hadapannya, dan yang ia dapati adalah lelaki manis yang meringkuk menghadap ke arahnya dengan mata tertutup dan selimut yang ditarik hingga lehernya. Tubuh itu pun tampak gemetaran.

Persetan dengan gengsi yang Haruto pertahankan selama ini, tanpa basa-basi ia menurunkan selimut Junkyu dan langsung menarik lelaki itu masuk ke dalam pelukannya. Junkyu yang diperlakukan seperti itu sedikit terkejut, namun tepukan pelan di punggung dan eratnya pelukan tersebut membuatnya mengurungkan niat untuk menjauh.

Keheningan memenuhi ruangan, tidak ada tanda-tanda akan memulai percakapan antara kedua lelaki yang sebenarnya tidak kenal cukup dekat itu. Sampai akhirnya Haruto menyadari kecanggungan yang ada, dan memberanikan diri untuk bertanya pada si manis yang ada dalam pelukannya.

“Masih kedinginan, nggak?”

Samar-samar ia rasakan kepala Junkyu mengangguk kecil. Hal itu membuat Haruto memperbaiki posisi agar Junkyu lebih nyaman dalam pelukannya. Tangannya refleks merapikan rambut depan Junkyu yang sedikit berantakan, membuat Junkyu menatapnya bingung.

“Kenapa?”

“Kenapa apanya?”

“Kenapa kamu peluk aku? Kenapa kamu kasih seragam baru ke aku? Sedangkan tadi…”

Junkyu terdiam, hampir saja ia mengungkit kejadian di kantin tadi. Ia tak mau salah bicara dan membuatnya mendapat perlakuan kasar seperti tadi. Ia sudah lelah menghadapi semua ini, ia perlu beristirahat.

Haruto yang menyadari Junkyu terdiam, mengelus pelan rambut belakang Junkyu. Ia hanya ingin memberikan kenyamanan pada si manis sebelum ia lanjut berbicara.

“Lo gak sadar kan seragam lo tadi kotor bagian belakangnya? Ada yang coret baju lo waktu ketiduran di perpus. Gue kesel, gue bingung harus ngelakuin apa buat ngasihin pengganti seragam lo itu.”

“Tapi nggak gitu caranya..”

“Iya, maafin Haruto ya? Junkyu mau kan maafin Haruto?”

Junkyu kaget mendengar kalimat itu, begitu pula Haruto. Entah apa yang membuat ia berbicara seperti tadi, ia juga bingung.

Haruto mengelus pelan pipi Junkyu yang memerah saat ia mendongakkan kepala untuk menatap Haruto. Junkyu mencari kesungguhan dari permintaan maaf yang terlontar, dan yang ia dapatkan hanya ketulusan pada manik Haruto yang menatapnya dalam.

Junkyu mengangguk tanda menerima permintaan maaf itu, membuat Haruto merasa lebih lega dan hampir saja mengecup pipi gembil di hadapannya, jika saja ia tak ingat untuk tak membuat kecanggungan diantara mereka lagi.

“Mulai sekarang, gue bakal selalu sama lo. Gue bakal lindungin lo, gue bakal balas semua orang yang udah nyakitin lo dan berani gangguin lo lagi. Gue janji.”

Mungkin Junkyu pernah bermimpi untuk mendapatkan kalimat itu selama masa sekolahnya, namun kali ini kalimat indah itu benar-benar ditujukan pada dirinya, dari orang yang tak terduga pula, membuat maniknya berkaca-kaca.

“Kenapa?”

“Karena gue suka lo, Kim Junkyu. Maaf selama ini gue terlalu pengecut buat deketin lo, tapi gue gak mau nyia-nyiain waktu lagi. Jadi pacar gue, ya?”

Ketulusan dalam tiap kalimat yang Haruto lontarkan padanya benar-benar bisa Junkyu rasakan, membuat perasaan senang yang entah kapan kali terakhir ia dapatkan kembali memenuhi hatinya.

Cup

Saking senangnya, Junkyu refleks mengecup bibir Haruto yang masih setia memberinya senyuman. Sebelum Junkyu menundukkan kepalanya karena malu, Haruto lebih cepat memberi kecupan-kecupan tipis yang membuat pipi Junkyu semakin merona. Haruto tak pernah merasa sebahagia ini sebelumnya, dan kini ia sadar Junkyu adalah kebahagiaan yang selama ini ia cari.

Haruto menundukkan kepalanya, mengecup bibir manis dihadapannya sekali lagi sembari menggumam pelan,

Mine.”