Morning, love


Pagi yang damai. Matahari yang telah sepenuhnya bersinar itu mengintip malu dibalik tirai tipis yang menghiasi jendela suatu kamar. Sinarnya terpantul masuk, mencoba mengusik ketenangan yang ada.

Ranjang cukup lebar itu berderit pelan. Seorang lelaki susah payah menarik selimut, mencoba menghalau sinar yang tepat mengenai wajahnya.

“Akhh aku masih mengantuk...”

Suara serak khas bangun tidur itu terdengar memenuhi ruangan yang hening. Namun bukannya kembali terlelap, ia mengarahkan tubuhnya kesamping kiri, tepat menghadap seorang laki-laki berparas tampan, yang kini masih mengarungi mimpi indahnya.

Jari lentiknya mulai menyentuh pahatan wajah tampan itu, menyusuri mulai ujung rambut, dahi, pelipis, pipinya yang sedikit tirus, hingga dagunya yang lumayan lancip.

Pelan sekali ia gerakkan jarinya, menikmati degupan jantungnya yang mulai lebih cepat, menciptakan euforia yang mampu membuat pipi chubbynya merona manis.

“Morning, love.”

Suara serak yang berasal dari laki-laki tampan yang ia sangka masih tidur itu, menghentikan pergerakan jarinya. Perlahan manik tajam milik si tampan terbuka, menangkap raut terkejut milik si manis.

“Kenapa, hm?”

Si manis menggeleng kecil, “Gapapa.”

“Masih marah?”

Si manis yang ditanyai tiba-tiba itu tak menjawab sama sekali. Ia memilih menatap balik manik tajam yang kini terfokus pada dirinya, seakan menjawab pertanyaan tadi lewat matanya.

Menyadari raut wajah Junkyu, nama si manis, yang nampak lebih bersahabat dibanding kemarin malam, membuat Haruto menarik senyum tipis. Jari-jari panjangnya terangkat, mengelus pelan pipi berisi milik kekasihnya. Junkyu yang mendapat perlakuan itu menutup matanya, menikmati afeksi lembut yang membuat ia nyaman.

“Jangan tidur lagi.”

“Nggak kok.”

“Kamu udah gak marah kan? Maaf ya, kemarin pulang telat, kamu jadi ngerayain ulang tahun ruby sendirian.”

Iya, jadi kemarin Junkyu merajuk karena Haruto yang sudah berjanji akan merayakan hari bertambahnya usia ruby bersamanya itu malah mengingkari janjinya. Sehingga kemarin saat Haruto pulang, ia mendapati wajah Junkyu yang ditekuk tebal, sangat tidak enak dipandang. Ah, dia kapok membuat Junkyu kesal seperti kemarin, tak akan ia ulangi lagi.

“Aku juga minta maaf, kamu pasti capek kemarin pulang kerja.”

“Jadi, aku dimaafin?”

“Iya sayang, tapi janji, lain kali harus berkabar dulu.” Junkyu memasang wajah garang, namun terlihat gemas di mata Haruto. Wajar, namanya juga bucin.

Haruto tak dapat lagi menahan rasa gemasnya, membuat ia memajukan wajahnya, menggigit gemas pucuk hidung mungil milik Junkyu. Dan itu membuatnya mendapat hadiah cubitan kecil di pinggang, dari siapa lagi kalau bukan si manis.

Nampaknya kini suasana hati kekasihnya itu sangat baik, terlihat dari ia yang menarik tubuh besarnya mendekat, kemudian membenamkan wajahnya di ceruk leher Haruto yang nyaman. Sesekali mengusakkan wajahnya, membuat ujung-ujung surai halusnya menggelitik leher si tampan.

Bukannya menghentikan kegiatan si manis, Haruto malah tersenyum semakin lebar, ah, kekasihnya itu sedang dalam mode manja, pikirnya.

“Hari ini aku gak kerja, mau cuddle seharian sama kamu.”

Mendengarnya membuat Junkyu terlonjak girang, mengangkat wajahnya dari posisi semula untuk mengecek kesungguhan perkataan itu pada wajah Haruto.

“Beneran??”

“Iya, mau manjain pacarku yang manis ini.”

“Kalo gitu cium.”

Junkyunya memang selalu sulit ditebak.

“Gamau ya?”

Melihat Junkyu yang memunculkan tanda-tanda akan merajuk lagi membuat Haruto cekatan membawa sebelah tangannya untuk menangkup wajah kecil Junkyu, memberi kecupan-kecupan kilat pada bibir tipis itu. Sebelah tangannya lagi bergerak mengelus lembut pinggang ramping si manis, berusaha memberi afeksi sebanyak yang ia bisa.

Hingga bibir yang awalnya mengerucut kesal itu kini tergantikan senyum manis, bahkan lesung pipinya timbul tenggelam tertutupi telapak tangan si tampan yang masih mengelus lembut pipinya.

Begitupun saat diakhiri dengan kecupan yang lebih lama, yang selalu mampu menghangatkan hati keduanya yang sedang dimabuk asmara.

Dan begitulah, pagi mereka yang damai.