New Journey


cw // kiss

.

pintu kayu itu terbuka lebar, menampilkan sosok lelaki jangkung yang kurang lebih empat tahun ini menemani harinya.

lelaki dengan umur tujuh tahun lebih muda, namun pembawaan dan pemikiran dewasanya selalu mampu membuat ia terpukau. membuatnya merasakan rasanya jatuh cinta berkali-kali, bahkan setiap hari. merasakan kasih sayang yang membuat hati kosongnya selalu merasa penuh. sungguh, ia bahagia.

lelaki itu melemparkan senyum teduh, seteduh lembayung senja di ufuk barat, seraya menghampiri ia yang sedang bersandar di atas kasur empuk keduanya,

“kenapa belum tidur? kan aku udah bilang biar aku aja yang tungguin lena pulang.”

“aku nunggu haru. gak bisa tidur kalo gak dipeluk, hungg.”

lelaki di seberangnya terkekeh kecil dengan tangan yang terulur mengusak surai lembutnya. membuat bibirnya semakin mengerucut sebal.

menyadari itu, haruto segera mengembalikan tatanan rambut kesayangannya, seraya mendudukkan diri di sisi kasur sebelah junkyu.

tangan yang lebih tua digenggam tak erat, hanya mengelus lembut, berusaha memancing senyum manis yang sebelumnya sempat terpasang di wajah awet muda itu. dan tak perlu waktu lama, usahanya itu pun membuahkan hasil.

“sekarang anak-anak udah tidur?”

haruto menjawab dengan anggukan sekali, masih memfokuskan pandangannya pada wajah manis kesayangannya.

“kenapa liatin aku terus sih? suka ya?”

lelaki yang diberi pertanyaan tersenyum lebar sebelum menjawabnya, “bukan cuma suka, tapi udah cinta segede dunia. emang aku kurang bucin ya sama kamu?”

pukulan kecil mendarat di dada bidangnya sebagai tanggapan. junkyu memilih memalingkan wajah, menyembunyikan rona merah yang tercetak jelas di kedua pipi gembilnya.

“kamu vampir ya? kok bisa gak nambah tua sih, malah makin gemesin?”

“apasihh haruu!”

“kalo kamu vampir, gigit aku dong sayang. request tapi, di leher, dipenuhin aja gapapa aku kan kuat, hehe.”

“HARUUU DIEMM GAK!!”

tawa haruto menggema memenuhi kamar keduanya, jujur saja, salah satu kebiasaan yang tak bisa ditinggalkannya adalah menjahili junkyu tiap ada kesempatan. bahkan reaksi si manis pun ia sudah hapal, junkyu akan memukulinya dengan brutal, yang akan berhenti setelah ia peluk erat dan si manis tenggelam dalam dekapannya.

***

how's your day, love?”

junkyu yang berada dalam dekapan hangat yang lebih muda, yang kini berbaring tepat di sebelahnya, menengadahkan kepala, hingga pucuk hidungnya mengenai rahang tajam milik haruto. manik tajam itu menatap maniknya lekat, menunggu jawaban keluar dari bibir mungilnya.

“tadi di butik ada ibu-ibu nangis, awalnya dia masuk butik sama anaknya terus tiba-tiba hilang, jadi aku sama pegawai yang lain ikut bantu cari. tau gak anaknya dimana? ternyata anaknya sembunyi di ruang ganti paling pojok, lagi ngambek sama mamanya katanya.”

jari-jari haruto betah mengelus surai belakang kesayangannya sambil terus mendengarkan cerita itu,

“aku antara mau nangis sama ketawa. tapi sebenernya aku lebih ke khawatir, aku takut kalau aku ada di posisi ibu itu. aku pasti nangis kalau eunseo hilang, aku gak bisa bayangin itu, aku takut..”

melihat bibir yang semula melengkung ke atas itu mulai berubah arah, haruto buru-buru mengangkat dagu kesayangannya sebelum sepenuhnya menunduk, sorot matanya mencoba menenangkan sebelum ia memberi tanggapan,

“hei, kamu gak sendirian jaga eunseo, sayang. ada aku, ada lena, kita semua bakal jaga eunseo sama-sama. kita bakal selalu ada buat eunseo sampai dia dewasa dan ketemu sama cinta sejatinya nanti. aku udah janji sama kak yoshi juga keluarga dan temen-temen kamu buat selalu mastiin kamu aman, keluarga kita aman. jadi jangan khawatir lagi, ya?”

sepertinya kata-kata tadi mampu memberi sedikit pengaruh pada junkyu, terbukti kini sorot matanya tak sepanik sebelumnya.

kedua lengannya mengeratkan pelukan pada pinggang yang lebih muda, pun wajahnya yang kini terbenam sempurna pada dada bidang itu, hangat. aroma tubuh haruto pun selalu menjadi favoritnya.

“haru..”

“hmm?”

“makasih..”

“buat apa?”

“buat semuanya. makasih udah nerima aku dan selalu ada di samping aku sampai sekarang.”

beberapa kali junkyu mengusakkan wajahnya dalam dekapan hangat itu, membuat haruto terkikik geli akibat ujung surai si manis yang mengenai dagunya.

“begitupun aku. makasih karena kamu udah bertahan sama aku sampai sekarang. dan aku harap selamanya.”

junkyu mengangguk kecil, membuat haruto lagi-lagi kegelian namun tak sampai menguraikan pelukan keduanya.

karena mereka selalu merasa nyaman di sisi masing-masing, bahkan tak terhitung banyak ucapan syukur yang mereka panjatkan karena telah dipertemukan di saat yang tepat, pun dengan rasa yang sama besarnya.

***

“eunseo, jangan dicolek krimnya sayang..”

bisikan itu terdengar di lorong lantai 2, tepatnya di dinding samping kamar mandi yang kini berubah fungsi menjadi markas untuk keduanya bersiap-siap.

lena masih lengkap dengan piyama biru satinnya, begitu pula eunseo dengan piyama shinchannya yang lucu. beberapa menit yang lalu, mereka berpura-pura tidur, tepatnya saat sang ayah mengecek kamar keduanya.

kini berberkalkan korek api, lilin berbentuk angka empat, serta kue minimalis berwarna dasar biru dengan hiasan bunga daisy kecil berwarna putih, mereka bersiap memberi kejutan. tentunya untuk kedua orang tua yang kini suara percakapannya terdengar sayup-sayup di telinga.

lena berpindah posisi, ia berada tepat di depan pintu kamar milik papa dan daddynya. sambil menempelkan telinga untuk menguping, suara yang tadi terdengar perlahan mulai hilang. sepertinya kedua orang tuanya mulai terlelap, dan ini saat yang tepat untuk ia dan eunseo beraksi.

“eunseo, sini deketan.”

“ka yena, kue na enyak, ensoo mau mam banyak!”

ah, sepertinya gadis 17 tahun yang kini tengah bersiap menghidupkan korek itu sedikit menyesali keputusan memberikan tugas eunseo sebagai pembawa kue. namun tidak ada waktu lagi, sebelum kue itu benar-benar habis di tangan adik kecilnya, rencana surprise itu harus segera dijalankan.

“iya sebentar ya sayang, kita tiup lilin dulu.”

“tiyup yiyin?”

“iyah, wush wushh nanti sama papa sama daddy, eunseo mau?”

“mau mau mau ka yena mauu!”

beruntung adik kecilnya tetap berbisik walaupun sedang begitu gembira, ah, ingatkan ia nanti untuk mencubit pipi gembil itu setelah kejutan ini selesai. ia bersumpah, adiknya itu sangatt menggemaskan!!

setelah memutar knop pintu perlahan, keduanya berjalan mengendap-endap, dengan satu tangan eunseo menggenggam tangan lena dengan erat. di depan sana, pemandangan amat manis dan membuat jiwa jomblo lena meraung iri terpampang jelas, dimana daddy dan papanya saling mendekap satu sama lain dengan erat.

dan begitu berada di sisi kasur yang langsung bersampingan dengan papanya, lena siap menghitung mundur dari tiga, memberi aba-aba pada eunseo untuk bersiap pula.

“3...2...”

srekk

maniknya membola sempurna, pandangannya kini membalas tatapan kaget yang jenaka dari daddynya.

“mau ngapain?” bisik haruto yang kini telah sepenuhnya terbangun.

lena merengut malas, “mau kasih surprise, daddy gak asik ah, malah bangun duluan!”

“ahahaha, yaudah sekarang lanjut aja, kita kasih surprise buat papa, oke?”

ketiga orang beda usia itu bersiap, dengan haruto yang menghitung mundur dari 100. salah, maksudnya dari 3.

dan begitu hitungan mencapai satu, ketiganya berteriak bersamaan.

namun nihil, tak ada pergerakan sama sekali dari junkyu. ia masih nampak terlelap mengarungi mimpinya. bahkan beberapa kali ia bergumam tidak jelas, yang memancing tawa kecil dari ketiganya.

berujung haruto menyerah, memilih membangunkan junkyu dengan dengan menepuk pipinya pelan berulang kali.

“sayang, bangun..”

junkyu menggeliat di posisi awalnya, kelopak mata yang semula terpejam sempurna perlahan membuka, menampakkan manik coklat terang yang begitu cantik dipandang mata.

“uhh? ini kenapa hoammm..rame-rame?”

ketiganya masih menunggu hingga junkyu sadar sepenuhnya, dan begitu si tokoh utama menyadari kue dan lilin yang dipegang oleh eunseo dihadapannya, barulah ia teringat sesuatu,

happy 4th anniversary, sayang..”

happy 4th anniversary, papa!”

ucapan selamat itu seketika membuatnya terharu, dengan kesadaran yang sudah sepenuhnya kini air mata mulai menbasahi kedua pipinya. membuat tiga yang lain panik, dengan haruto yang sigap menyeka air matanya itu,

“hei, kenapa nangis?”

“aku seneng, seneng banget. mau peluk..”

nada manja yang terdengar memenuhi ruangan itu menciptakan senyum lebar pada bibir masing-masing, berakhir eunseo yang lebih dahulu merangsek maju mendekap tubuh papanya yang setengah tertutupi selimut. kemudian diikuti oleh lena dan haruto.

“nsoo cayang papa daddy!”

haruto dan junkyu mengangguk dalam pelukan itu sembari memberikan kecupan lembut bergantian di pipi si kecil. hal itu tak luput dari pandangan lena, yang kini merengut sebal karena merasa disisihkan,

“eunseo gak sayang kak lena?”

sadar telah melupakan kakak cantiknya, eunseo berbalik, balas mendekap lena yang kini terkikik geli karena adik kecilnya itu menyerangnya dengan kecupan bertubi-tubi. bahkan kini haruto bergabung menggelitiki telapak kaki lena, membuat tawanya menggema tak tertahan lagi.

junkyu memandang ketiganya dengan binar bahagia, tak pernah terpikir olehnya akan memiliki dua malaikat cantik dan seorang pangeran tampan negeri dongeng yang membuat hari-harinya makin berwarna. setelah sekian hal berat hadir dalam hidupnya, ia masih bisa bertahan. dan balasan atas semua perjuangannya dulu setimpal, bahkan lebih.

“hoammm”

bibir mungil eunseo menguap, binar matanya meredup, pun telah beberapa kali terkantuk-kantuk. jelas saja, jarum jam dinding kini tengah menunjuk angka satu dini hari.

melihat itu, haruto menuntun kedua anaknya agar segera pergi tidur, “nah kalian sekarang balik ke kamar dulu oke? kita lanjut perayaannya nanti pagi. inget, langsung tidur ya anak-anak?”

dengan enggan lena menuruti perkataan daddynya. ia kemudian menggandeng tangan mungil eunseo yang kini tengah melambai kecil pada papa dan daddynya.

***

keadaan kamar kembali hening. junkyunya masih menatap ke arah pintu kamar yang telah tertutup, entah apa yang dipikirkannya.

membuat haruto berinisiatif mencolek dagu si manis, mengembalikan perhatian junkyu padanya.

“eh?”

“mikirin apa sih?”

junkyu menunduk, “haru, sebenernya aku lupa hari ini kita anniv, aku belum siapin hadiah..”

jawaban yang diberikan suami manisnya itu lantas membuatnya terkekeh. walaupun sudah berumur, tingkah laku kesayangannya selalu saja menggemaskan di matanya. kadang terpikirkan olehnya ia nampak seperti seorang ayah yang mengasuh tiga anak kecil saat pergi menghabiskan waktu bersama keluarga kecilnya itu.

dengan hati-hati ibu jarinya mengangkat dagu si manis yang sejak tadi betah menunduk, mempertemukan pandangan keduanya yang kini saling menatap, tenggelam dalam pandangan masing-masing.

perlahan kedua telapak tangannya bergerak menangkup wajah mungil itu, mengusap lembut kedua belah pipinya yang lembut dengan ibu jari, sedikit demi sedikit mengikis jarak antara keduanya.

“gak usah khawatir, sayang. your presence here is enough for me.”

seusainya, haruto mulai mengecup bibir tipis milik junkyu, berulang kali berniat menggoda si manis untuk membalas perlakuannya. kedua lengan junkyu kini telah melingkar sempurna pada lehernya, membuat jarak antara mereka makin rapat.

keduanya saling memagut dengan pelan, mencecap manis bibir masing-masing yang telah menjadi candu. keduanya tenggelam dalam kenyamanan yang diberi satu sama lain, hingga junkyu yang pertama kali menepuk dada suaminya akibat kehabisan nafas.

ciuman itu terlepas, namun wajah keduanya tak lantas menjauh. haruto menempelkan keningnya pada kening junkyu, sesekali mengecup kecil bibir yang kini nampak lebih merah dari sebelumnya,

“my love, my sunshine. i love you, watanabe junkyu.”

.

.

fin.