Palette


Bak mengulang kejadian yang lalu, Junkyu kini berada di salah satu kamar rawat di sebuah rumah sakit. Setelah tadi dijemput oleh Jihoon setelah memberi kabar yang sama sekali tidak pernah ia bayangkan itu, ia bahkan tak mengeluarkan satu kata pun.

Barusan Jihoon ijin untuk pulang terlebih dahulu karena ada keperluan lain, meninggalkan Junkyu yang masih terpaku menghadap lelaki yang sedang terbaring dengan tenang di atas kasur rumah sakit.

“Kenapa jadi gini, ruto?”

Tentu tak ada jawaban. Membuat Junkyu berkali-kali menghembuskan nafasnya berat. Beberapa waktu tadi, seorang dokter yang menangani lelaki itu mengatakan bahwa terjadi beberapa kali benturan pada kepalanya, namun tidak berdampak parah sehingga kemungkinan besar ia akan sadar sebentar lagi. Ini sudah hampir setengah hari, tetapi lelaki itu masih tak menampakkan tanda-tanda akan membaik.

Memorinya yang lalu, yang telah susah payah ia lupakan menyeruak seketika. Ia takut, amat sangat takut hal itu terulang kembali. Dimana seorang yang ia sayangi meninggalkannya, untuk kesekian kalinya.

Ya, kini Junkyu mencoba jujur pada dirinya sendiri. Mengakui bahwa ia telah menyayangi Haruto lebih dari teman. Menyadari bahwa keputusan yang ia ambil sebelumnya itu salah, ia bukannya berdamai dengan masa lalu tapi malah menciptakan masalah baru.

Walaupun ia masih tak tau apa yang terjadi sehingga Haruto yang kabarnya di Jepang itu telah berada di hadapannya, pun dengan ia yang masih belum memberi kabar apapun pada Sunghoon, kekasihnya.

Menangis tak tau waktu membuat ia kelelahan, karenanya ia memilih untuk mengistirahatkan diri pada salah satu sofa di pojok ruang rawat itu. Ah, badannya mungkin bisa tumbang kapan saja jika ia paksakan berpikir keras.

Ia hanya ingin, saat ia terbangun besok dari tidurnya, yang ia dapatkan adalah kabar baik. Haruto yang menyapanya dengan senyum lebar, menggenggam tangannya lembut sembari menjelaskan apa yang laki-laki itu lakukan selama menghilang dari hadapannya. Ia berjanji akan memaafkan apapun itu alasannya.

Karena ia juga ingin mengucapkan maaf, sebab sempat berpikiran bahwa ia sudah tak memerlukan Haruto lagi.

“Ruto ayo bangun, lo harus tepatin janji lo bantu gue buat sembuh.”