presque là


“fyuhh...fyuhh...”

junkyu yang sejak tadi duduk di sofa empuk di sudut ruangan kini sedang asik meniup-niup ujung poninya untuk menghilangkan bosan.

ah, sebenarnya tidak bosan-bosan juga sih. karena sejak awal memasuki ruangan rekaman ini, pandangannya terfokus pada sosok lelaki tampan yang kini berdiri di belakang peralatan rekaman yang tak ia ketahui namanya.

walaupun ini kali ketiga junkyu melihat sepupu kak suk itu, tapi tidak mampu menyurutkan rasa kagumnya. sepupu kak suk itu berumur setahun lebih muda darinya, namun sudah bisa menjadi penyanyi yang sukses di usia mudanya, membuat ia mengagumi lelaki jangkung yang cuek itu.

ngomong-ngomong soal cuek, junkyu tak berbohong. bahkan saat bersama kak suk pun, lelaki itu juga sama cueknya. bicaranya irit, minim ekspresi, tatapan matanya yang tajam benar-benar sangat mendukung dominasinya di tiap keadaan.

dan itu yang membuat junkyu yang sebenarnya banyak bicara, menjadi mengurungkan niatnya untuk memecah keheningan.

“gue titip kardigan gue, ya.”

junkyu mengangguk, kini kardigan berwarna coklat muda itu telah berpindah tempat di pangkuannya. dapat junkyu pastikan harga kardigan itu mahal, kainnya begitu lembut pun dengan aroma parfum maskulin yang menyenangkan masuk ke dalam indra penciumnya, membuat ia setengah mati menahan keinginan untuk mendekap kardigan dalam genggamannya itu.

beberapa kali percobaan, haruto lewati saat melakukan rekaman. dan semua gerak-geriknya tak lepas dari pandangan junkyu. yang dapat junkyu pahami, haruto pasti merasa lelah, beberapa kali ia tangkap lelaki itu menghela nafasnya berat.

saat lelaki itu tiba-tiba menoleh ke arahnya, junkyu yang gugup akibat tertangkap basah sedang memperhatikan lelaki itu, mau tak mau melempar senyumnya untuk menutupi salah tingkah.

ia pikir, haruto akan membuang muka menganggap ia aneh. namun yang tak ia sangka, lelaki cuek itu malah balik membalas senyumnya, senyum yang begitu tampan hingga junkyu rasanya ingin berteriak sekarang juga. senyum itu pertama kalinya ia lihat terpasang pada bibir tebal itu sejak awal mereka bertemu.

di tengah proses rekaman berlangsung, saat haruto masih terfokus pada teks yang berada di hadapannya, seseorang masuk bergabung ke dalam studio bagian luar, yang dapat ia perhatikan melalui kaca bening yang membatasi ruangan itu.

seorang perempuan dengan tubuh semampai, memakai jaket kulit hitam dengan jeans kulit warna senada, rambut panjangnya digerai bebas memancarkan kecantikan paripurna milik perempuan itu.

junkyu masih memperhatikannya saat ia memberi salam pada produser yang lain, dan kemudian melayangkan pandangannya ke arah haruto dengan tatapan memuja.

perempuan itu masih tak menyadari kehadirannya, saat ia dengan terang-terangan berteriak kecil menyemangati haruto, membuat raut lelaki yang terpanggil namanya itu seketika kembali mengeras.

junkyu dapat merasakan perubahan suasana dalam ruangan tempatnya dan haruto berada sekarang, namun ia tak bisa melakukan apa-apa. berakhir ia memilih mengalihkan fokus pada ponselnya, menjalankan aplikasi permainan yang akhir-akhir ini mengisi waktunya.

rekaman itu selesai lebih cepat dari perkiraan, produser yang bertanggung jawab pun telah memberikan sign oke pada haruto yang kini berjalan menuju ke arahnya.

tangan lelaki itu sedang tekun memperbaiki kaus putih yang ia pakai, dengan junkyu yang tak bisa mengalihkan perhatiannya sama sekali dari tiap pergerakan haruto yang begitu memukau pandangannya.

dan haruto tentu menyadari hal itu, membuat ia tak tahan untuk bertanya lebih dulu,

“gue secakep itu ya sampe lo gak ngedip sama sekali?”

“e-eh?”

melihat junkyu yang gelagapan membuat lagi-lagi senyum haruto muncul menghiasi wajah tampannya. bahkan haruto sampai terkekeh kecil saat tangan junkyu yang gemetar memberi kembali kardigan yang tadi ia titipkan pada lelaki itu.

“thanks udah nemenin gue.”

junkyu mau tak mau mengangkat wajahnya yang semula menunduk, “g-gak perlu kok, aku juga seneng bisa diajak kesini.”

senyum lembar kembali terpasang apik di bibirnya, saat tiba-tiba junkyu menyeletuk setelah sejak tadi memperhatikannya tanpa jeda,

“kamu cakep banget kalo lagi senyum, pasti pacar kamu beruntung banget bisa liat senyum itu tiap hari.”

junkyu buru-buru menutup mulutnya kaget, padahal tadi rasanya ia hanya menyuarakan itu dalam hati tapi mulutnya tak bisa diajak kompromi.

haruto menaikkan satu alisnya, menyeringai kecil mendengar penyataan jujur junkyu tadi. ia mendekatkan wajahnya pada wajah junkyu yang sejak awal masih terduduk di sofa sudut ruangan, sedikit menunduk untuk menyejajarkan bibirnya di samping telinga junkyu,

“kalo orang beruntungnya itu lo, gimana?”

cup

satu kecupan kilat mendarat di pipi kanannya, membuat junkyu membolakan matanya kaget, juga saat ia menyadari kejadian tak terduga tadi disaksikan oleh perempuan yang tadi ikut bergabung di bagian luar tempat rekaman haruto.

perempuan itu mengepalkan tangannya kesal, raut wajahnya mengeras dengan senyum yang awalnya terpasang telah hilang tak bersisa.

junkyu hanya memandang perempuan itu kosong, tak ada perasaan takut namun raut wajahnya tak terbaca saat membalas tatapan tajam perempuan itu.

bak belum selesai dengan kejutannya, haruto segera merangkul pinggang junkyu posesif dan menuntunnya untuk berdiri tepat disampingnya, merapatkan tubuhnya sehingga kini tampak setengah memeluk tubuh junkyu yang lebih mungil dari ukuran tubuhnya.

“so, what's your answer, hm?”

haruto berbisik pelan, namun saat nafasnya itu menerpa tengkuk junkyu, tak bohong jika ia mengatakan bahwa tubuhnya meremang seketika. ia bahkan harus menggenggam erat kardigan haruto di area pinggang, menghindari kejadian memalukan seperti ia yang mungkin saja tiba-tiba pingsan karena mendapat serangan bertubi-tubi macam ini.

sekilas ia lihat fokus perempuan di luar sana masih pada dirinya dan haruto, membuat ia memantapkan hatinya untuk melakukan apa yang sejak tadi ia pikirkan.

junkyu memiringkan wajahnya untuk menatap tepat pada manik kelam milik haruto, membuat lelaki tampan itu kembali menaikkan satu alisnya, menunggu jawaban yang akan diberikan junkyu.

namun sepertinya bukan jawaban lisan yang junkyu berikan, karena tanpa ia sangka lelaki manis itu telah mengikis jarak diantara mereka, kakinya sedikit berjinjit saat bibir mungil itu akhirnya mengecup pelan bibir miliknya,

cup

“you got the answer, right?”