Restu


“Mampir bentar ketemu temen kakak gaapa ya, len?”

Mendengar pertanyaan itu, ah, tepatnya panggilan yang ia sandangkan pada dirinya sendiri, membuat anak perempuan yang sedang fokus memasang seatbelt di sebelahnya merengut kesal.

“Ih kan udah Lena bilang, panggilnya daddy, bukan kakak lagi, huh!”

Protesan kecil itu membuat Haruto menggaruk tengkuknya salah tingkah, “Iya iya, ketemu temen daddy sebentar, oke?”

“Siap, kajja dad!!”

Beberapa kali menghabiskan waktu dengan Lena seperti ini, membuat Haruto menyadari dirinya lebih banyak tersenyum. Bukan hanya pembawaan Lena yang lucu menggemaskan seperti papanya, anak itu juga tidak menutup diri dengannya dan seakan memberi restunya seratus persen.

Tentu saja hal itu tidak akan ia sia-siakan, terlebih perasaan pada Junkyu bukanlah cinta monyet khas anak remaja.

Kini kendaraan roda empat yang dikendarainya telah memasuki halaman parkir salah satu cafe tempat janji temu ia dengan seorang yang tiba-tiba memintanya untuk berjumpa.

Jujur saja, sebenarnya selama perjalanan tadi ia cukup gugup, dalam pikirannya telah terputar skenario buruk yang berujung ia yang tak direstui. Namun entah mengapa, begitu sampai dan menyadari ada Lena di sampingnya, ia merasa lebih tenang dan percaya diri.

Omong-omong, seorang itu mengubah janji temunya menjadi pukul 3 siang, dan kebetulan tadi Lena meminta agar daddynya itu membawanya pergi jalan-jalan. Jadi ia pikir tak ada salahnya mengajak Lena ikut menemui seorang yang mungkin saja Lena juga mengenalinya.

Begitu memasuki cafe tersebut, Haruto yang menggandeng tangan mungil calon anaknya itu segera menuju tempat duduk yang sebelumnya sudah dikabari oleh seorang yang akan ia temui.

Dari kejauhan, tampak salah satu kursinya telah terisi seorang lelaki, yang sayangnya memunggunginya, membuat ia semakin penasaran.

Dan begitu mencapai meja itu, ia tak bisa menutupi keterkejutannya,

“Loh? Doyoung? Lo ngapain disini? Bentar, lo orang yang mau ketemu gue itu?”

Doyoung, atau lengkapnya Kim Doyoung, yang juga menjadi salah satu teman tak dekat Haruto itu hanya tersenyum kecil, mempersilahkan Haruto duduk terlebih dahulu.

Dan begitu pandangannya jatuh pada anak perempuan yang digandeng Haruto, ia tersenyum lebih lebar,

“Hai cantik? Udah lama ya gak ketemu sama om?”

Lena menghambur ke dalam pelukan Doyoung, berpelukan bak dua orang yang sudah lama tak bertemu, dan Haruto yang ada di hadapan mereka hanya bisa memasang raut wajah bingung, menoleh pada Doyoung meminta penjelasan.

“Tunggu, pesenannya dateng bentar lagi.”

Kini meja itu dipenuhi percakapan antara Lena dan Doyoung, dan lagi-lagi Haruto hanya menjadi orang asing dalam pembicaraan keduanya.

Haruto berdeham kecil, mencoba menarik perhatian. Dan tepat waktu, saat itu juga makanan pesanan Doyoung sebanyak tiga porsi datang dan tersaji begitu saja dihadapan mereka.

Setelah mempersilahkan Lena makan terlebih dahulu, dan melihat raut wajah Haruto yang terus menuntut penjelasan darinya, Doyoung memilih untuk memberi sedikit titik terang,

“Jadi gue adik kandungnya Kak Junkyu. Kim Junkyu, yang sekarang jadi pacar lo.”

Meskipun sempat terpikirkan olehnya, tetap aja Haruto terkejut karena sepengetahuannya Doyoung itu anak tunggal.

Teringat dengan pesan kemarin, Haruto memilih bertanya, “Terus, maksud chat lo itu?”

“Ya gue mau ngomong empat mata sama lo, gue mau tau keseriusan lo sama kakak gue. Eh taunya lo bawa Lena juga.”

Sorry, tadi gue sekalian jemput soalnya.”

Doyoung terkekeh kecil, “Gaapa, dari sini juga gue udah tau kalo lo udah sejauh apa sama kakak gue. Lena aja udah seklop ini sama lo kan?”

Tentu, mendengar itu semua dilontarkan oleh Doyoung sendiri mampu meningkatkan kepercayaan diri Haruto kini untuk meyakinkan adik dari pacarnya sekaligus temannya itu.

“Perasaan gue bukan main-main sama kakak lo, dan gue rasa lo sedikit banyak tau sifat gue. Kalau yang lo tanya gue punya apa buat deketin kakak lo, gue punya rasa cinta yang tulus dan gue jujur dari hati gue sendiri. Gue juga punya beberapa tabungan dari kerja keras gue selama ini. Kakak lo udah nerima gue dengan keadaan gue sekarang, begitupun gue ke kakak lo. Jadi gue harap lo percaya sama gue buat jaga dan bimbing kakak lo ke depannya.”

Lena yang sedari tadi menyimak pembicaraan keduanya ikut bersuara, “Om Doyi jangan jahatin daddy, papa sama Lena udah sayang sama daddy tau!”

“Daddy?” Hampir saja Doyoung tersedak tulang ayam jika ia tak buru-buru menegak habis es teh di hadapannya.

“Iya, daddy Haruto, daddy baru aku.”

Doyoung menggeleng tak habis pikir, menoleh pada Haruto yang kini hanya memasang senyum tak bersalah.

Setelahnya, suasana antara ketiganya berangsur lebih menyenangkan, tak ada lagi kecanggungan seperti saat tadi Haruto baru datang. Topik yang dibicarakan seakan tak ada habisnya, tentu didominasi cerita Lena tentang hari sekolahnya.

Dan saat senja nampak mulai akan tergantikan malam, mereka pun bersiap untuk pulang. Lena yang mengantuk memilih berjalan terlebih dahulu meninggalkan dua orang lelaki yang kini saling melempar senyum teduh.

Sebelum Doyoung masuk ke dalam mobil yang terparkir tepat di sebelah kiri kendaraan milik Haruto, ia menepuk pelan bahu temannya itu seraya berucap tulus,

“Makasih udah bantu kakak gue bangkit dari masa lalunya, sekarang gue percayain kakak gue ke lo, to.”