Salah Target


Kakinya melangkah tergesa, begitu mendapat informasi mengenai seorang yang mungkin kini sedang membawa kamera polaroidnya, Haruto tidak menyiakan waktu lagi. Kamera itu harus segera ada ditangannya.

Di lain tempat, lelaki manis yang tidak tau apa yang akan terjadi padanya itu berkeliling membawa sebuah totebag. Di dalamnya berisikan buku yang akan ia kembalikan ke perpustakaan, dan tak lupa kamera polaroid yang ia temukan beberapa hari lalu.

“Hari ini mau foto apa lagi ya?”

Ia memutar otak, tujuannya untuk mendapat pacar secara instan ternyata tak bisa dipenuhi oleh kamera ini. Maka ia akan memikirkan hal lain yang lebih bermanfaat.

Sebenarnya ia juga bingung, apakah kertas film kamera itu masih tersisa banyak atau nyaris habis, sayangnya ia tak bisa mengeceknya. Ia juga terlalu malas bertanya, atau mencari tau.

Begitu menyelesaikan tugasnya di perpustakaan, pun menyapa hampir setengah penghuni tempat itu yang tidak lain adalah teman-teman dekatnya, akhirnya ia bisa melepaskan diri.

Sebelumnya ia memilih duduk di meja bundar dekat perpustakaan, tempat teduh yang menjadi pilihan tepat untuk bersantai.

Sembari meminum susu kotak yang ia bekalkan dari kantin, ia mengeluarkan kamera yang berada di tasnya itu.

“Tapi kenapa gue masih gak yakin kalo ini kamera gak mempan ke manusia ya? Pasti ada cara lain..”

Tangannya kini sibuk membolak-balikkan kamera di hadapannya, memperhatikan setiap detail bagian, siapa tau ia melewatkan sesuatu.

Namun nihil, bukan jawaban atas pertanyaan yang ia dapatkan, kini malah kepalanya yang menjadi pusing akibat berpikir terlalu keras.

Ia mencoba mengangkat kamera itu, mengarahkan lensanya pada sembarang arah. Namun sayangnya, kekagetan akibat munculnya seorang lelaki jangkung yang ia “benci” dari kejauhan, yang kini sedang berjalan tergesa ke arahnya, membuat ia panik.

Cekrek

“Sial!!”

Entahlah, jarinya tidak sengaja menekan tombol di bagian kanan, menyebabkan kertas film pun tercetak dengan menampilkan Haruto sebagai titik fokusnya.

Masih dikuasai kekagetannya, hingga ia tak menyadari kini lelaki yang difotonya tadi berada tepat di sampingnya.

Haruto melambaikan sebelah tangannya, mencoba mengembalikan kesadaran Junkyu. Kepalanya dimiringkan, berniat menarik perhatian si manis yang masih menatapnya dengan raut wajah tak terbaca. Sedikit aneh.

Karena tak kunjung dihiraukan, Haruto berinisiatif mengelus surai Junkyu dengan lembut, menangkup wajah si manis dengan kedua tangannya.

Perlakuan itu tentu membuat si manis kaget, belum lagi perkataan yang keluar dari bilah bibir Haruto selanjutnya, yang menbuat bola matanya membulat sempurna,

“Sayang, kamu ngapain disini?”