Clumsy Gyu

-3 tahun yang lalu-

Wonwoo menatap laki-laki di depannya itu dengan tatapan yang mematikan. Kedua alisnya menukik tajam, pertanda bahwa ia sedang serius. Wonwoo tidak pernah merasa sekesal ini dalam hidupnya. Siapa yang mungkin membuat Wonwoo sekesal itu? Siapa lagi kalo bukan Kim Mingyu. Mingyu hanya terdiam di depan Wonwoo, pandangannya ia alihkan ke sembarang arah, tidak berani menatap pandangan Wonwoo yang setajam pisau itu. Keringat bercucuran dari dahi Mingyu, lalu ia memainkan jarinya gugup. Takut akan apa yang akan dilakukan Wonwoo padanya, akankah Wonwoo membunuh Mingyu hari itu juga?

“Mingyu.” ucap Wonwoo dengan suara beratnya.

“M–maaf, hyung......” Mingyu menundukkan kepalanya takut.

“Bisa-bisanya ya lu bikin gua nunggu disini sejam kayak orang gila???!!!!!” sentaknya, sedikit terlalu kasar dari intensi awal. Wonwoo berencana untuk nonton film dengan Mingyu di bioskop jam 10 pagi, namun Mingyu malah datang jam 11 siang. Padahal Wonwoo sudah buru-buru takut Mingyu datang duluan, ternyata ia lah yang dibuat menunggu oleh Mingyu selama satu jam.

“Maaf banget, hyung!!!” hal yang paling Mingyu takutkan di dunia ini hanya satu, yaitu membuat Wonwoo marah. Wonwoo terlihat seperti iblis pencabut nyawa ketika ia marah, sangat menyeramkan.

“Lu kenapa telat, hah?” tanya Wonwoo meminta penjelasan.

“A–anu, hyung.... Mingyu salah ngeset alarmnya. Seharusnya jam 9, tapi malah Mingyu set jam 10. Terus pas alarmnya bunyi Mingyu ga denger, hyung. Jadinya Mingyu bangun jam setengah 11 deh.......” ucap Mingyu memberi penjelasan sejelas mungkin mengapa ia bisa telat datang.

Wonwoo menatap Mingyu dari atas sampai bawah, penampilannya terlihat berantakan, tidak seperti biasanya. Mungkin rambutnya hanya ia sisir asal-asalan, wajahnya terlihat seperti orang yang baru bangun tidur, pakaiannya juga terlihat tidak serapih biasanya, ia memakai kemeja putih yang ditutupi sweater abu-abu dengan celana panjang hitam. Mungkin ia benar-benar terburu-buru untuk sampai ke sini.

“Alesan itu lagi!” Wonwoo sebenarnya tidak marah lagi, namun ia suka melihat ekspresi Mingyu yang ketakutan.

“Beneran loh, hyung!” Mingyu merengek seperti anak kecil. Matanya terlihat berkaca-kaca. Bagi Wonwoo, Mingyu terlihat sangat menggemaskan hari itu.

“Mingyu janji ga akan telat lagi, hyung....”

“Halah, hyung udah denger itu sebelumnya tapi nyatanya Mingyu telat lagi.” Wonwoo tetap saja menggoda Mingyu, ini sangat mengasyikan baginya.

“Maaf ya, hyung?” Mingyu meminta maaf untuk yang kesekian kalinya, ia benar-benar tak ingin Wonwoo marah lagi. Wajahnya berbinar-binar, membuat pipi Wonwoo memerah. Sial, Mingyu terlihat sangat lucu.

“O–oke, tapi lu yang beliin popcorn!”

“Siap, hyung!” Mereka berjalan ke dalam bioskop. Tangan Mingyu ia letakkan di bahu Wonwoo, merangkulnya. Kepalanya ia miringkan ke arah Wonwoo, sedikit bersentuhan, membuat jarak mereka menjadi sangat dekat. Tanpa Wonwoo sadari telinganya memerah, jantungnya berdegup kencang. Dari awal Wonwoo memang lemah akan ketampanan dan kegemasan Mingyu. Setelah kejadian itu Wonwoo menyadari bahwa dirinya menyukai Mingyu. Mungkin itu lah awal dari semua ini.