Confession🔞

Setelah mendapat pesan dari Mingyu, Wonwoo semakin dibuat pusing karenanya. Mingyu sedari pagi tak membalas pesannya sama sekali, mungkin karena kejadian kemarin. Iseng, Wonwoo memposting video dan foto vulgar di twitternya, berharap Mingyu akan terpancing. Dan benar saja setelah itu Mingyu langsung membanjirinya dengan pesan. Wonwoo tahu kalau Mingyu menyukainya, bahkan secara terang-terangan Mingyu ingin bersetubuh dengannya. Gila, Mingyu memang gila akan Wonwoo.

Bagaimana tidak, Wonwoo merupakan sosok lelaki yang paling sempurna di mata Mingyu. Jujur siapa yang tidak suka tubuh Wonwoo yang ramping untuk seukuran lelaki, ditambah lagi postur badannya yang tinggi namun tak lebih tinggi dari Mingyu. Mata Wonwoo yang tajam seperti mata kucing, ada hal yang menakjubkan dari mata hitamnya, matanya dalam sedalam samudra, gelap dan tak berdasar. Mingyu selalu tenggelam dalam mata Wonwoo, tak kuasa menahan dirinya untuk tidak jatuh lebih dalam. Bagian tubuh Wonwoo yang Mingyu paling suka adalah bibirnya. Bibir Wonwoo selalu terlihat merona walaupun tidak memakai lipstick, jangan lupa kelembutan bibirnya yang membuat Mingyu melebur. Jeon Wonwoo merupakan perpaduan dari cantik dan tampan dalam waktu yang bersamaan.

Karena kedua orang tua Wonwoo sedang pergi ke rumah saudaranya di luar kota jadi ia memutuskan untuk menginap di rumah Mingyu, daripada sendirian di rumah pikirnya. Wonwoo pergi ke apartment Mingyu dengan memakai ojek online karena ia tak berani berkendara motor malam-malam, salah satu penyebabnya yaitu karena matanya yang minus jadi sedikit susah baginya melihat jalanan malam. Wonwoo memencet bel apartment Mingyu dan Mingyu langsung membuka pintu secara kilat, seakan-akan ia sudah menunggu Wonwoo di balik pintu.

“Mingyu!!!!” Wonwoo melompat ke arah Mingyu dan memeluknya erat. Mingyu yang tak menduga pelukan itu hanya tersenyum dan membalas pelukan Wonwoo. Ia mengusap-usap rambut hitam Wonwoo yang sedikit berantakan karena tertiup angin di jalan tadi. Kepala Wonwoo ia benamkan di dada Mingyu sambil menghirup aroma Mingyu yang disukainya.

“Ada apa nih kok langsung meluk?” Mingyu mengecup kening Wonwoo sekali, gemas akan tingkah calon kekasihnya itu yang sangat clingy

“Kangen sama kamu. Ga boleh nih?” Wonwoo mendongakkan kepalanya, bibirnya manyun. Mingyu sangat gemas sekali ketika bibir kecilnya itu manyun, rasanya ingin Mingyu lumat sampai ia puas.

“Boleh kok, kak.” Mingyu berusaha melepas pelukannya karena ia ingin pindah ke kamar, namun pelukan Wonwoo malah tambah erat. “Ihh lepasin dulu kak, nanti sampe kamar peluk lagi.”

Wonwoo menggeleng-gelengkan kepalanya, kepalanya bersender di bahu Mingyu. “Ya ampun kak Wonwoo clingy banget sih........”

Menyerah, Mingyu pun berjalan mundur ke kamarnya sambil terus dipeluki Wonwoo. Sesekali ia menengok ke belakang agar tidak menabrak barang. Wonwoo terkekeh senang karena Mingyu tak melepas pelukannya. Ketika mereka berjalan, bagian bawah tubuh mereka bergesekan membuat Wonwoo mengigit bibir bawahnya menahan desahan. Penis Mingyu hanya tertutup oleh boxer tipis, sedangkan Wonwoo memakai celana jeans panjang. Ide nakal muncul dalam pikiran Wonwoo, kaki kanannya ia letakkan di antara paha Mingyu lalu didorong ke atas sampai pahanya bergesekan dengan milik Mingyu.

“Kak Wonwoo jangan nakal!” sentak Mingyu saat pergerakan Wonwoo semakin menjadi. Untungnya mereka sudah sampai di kasur jadi Mingyu langsung mendorong Wonwoo agar berada di bawahnya.

“Aku mau ngomong sesuatu sama kamu.” Wonwoo memposisikan tubuhnya, mencari posisi yang nyaman. Mingyu berada di atas Wonwoo dengan bertumpu pada kedua tangannya.

“Ngomong apa kak?” Mingyu menaikkan kedua alisnya. Nada bicara Wonwoo terdengar serius, membuat Mingyu jadi penasaran.

“Kamu masih inget kemaren aku bilang ada orang yang aku suka?” Mingyu mengangguk dan Wonwoo melanjutkan ucapannya. “Orang itu kamu, Gyu. Aku suka sama kamu.”

“S–suka? Maksudnya suka temenan sama aku kak?” tanya Mingyu terbata-bata, tak pernah iya menyangka kata-kata itu keluar dari mulut Wonwoo.

“Bukan sebagai temen. Aku sayang sama kamu, aku cinta sama kamu, Kim Mingyu. Sebagai seorang kekasih.” Jleb, Mingyu merasa seakan-akan terbang ke angkasa. Wonwoo mengelus-elus pipi Mingyu, membuat pipi itu merona merah.

“A–aku juga sayang sama kak Wonwoo.” ucapan yang pernah Wonwoo baca dari pesan yang dikirim Mingyu, namun ketika mendengarnya langsung rasanya sangat berbeda 180 derajat.

“Tapi......” kalimat Wonwoo menggantung, ia bimbang harus mengatakannya atau tidak. “Tapi apa kak?”

“Tapi aku belum bisa menjalin hubungan sama kamu. Kamu tau kan kalo aku masih takut?” Jleb lagi, setelah hati Mingyu dibawa terbang ke angkasa kali ini langsung di jatuhkan ke tanah tanpa aba-aba.

“Jadi aku sama kayak Seungwoo ya kak?” tanya Mingyu blak-blakan.

“Ngga gitu, Gyu. Udah aku bilang kan kalo aku sayang sama kamu? Sedangkan aku sama sekali ga sayang sama Seungwoo. Aku cuma butuh waktu, Gyu. Aku butuh waktu untuk mempersiapkan diri aku supaya aku ga nyakitin kamu. Aku confess tadi supaya kamu tau perasaan aku yang sebenernya, supaya kamu ga ngerasa digantungin, supaya kamu ga nyari cowok baru. Kamu ngerti kan?” Mingyu tak tahu harus merespon apa, ia hanya mengangguk lesu. Kecewa? sudah pasti. Rasanya seperti dirinya tertolak namun dalam waktu yang bersamaan cintanya terbalas.

“Kamu mau ga nunggu aku sampe siap? Aku ga akan gatel sama cowok lain, aku akan fokus ke kamu aja. Aku akan selalu berada di samping kamu layaknya seorang pacar dan kita juga bisa ngelakuin hal-hal yang orang pacaran lakuin. Aku butuh support dari kamu, Gyu. Aku butuh kamu supaya aku siap. Aku ga mau kamu pergi dari hidup aku.” seketika semuanya terdiam untuk waktu yang cukup lama. Wonwoo tebak Mingyu sedang berfikir apa yang harus dijawabnya. Tangan Mingyu terasa pegal jadi tubuhnya ambruk menimpa tubuh Wonwoo yang tak keberatan sama sekali.

“Kak Wonwoo masih butuh aku kan di sini? Itu alesan yang cukup untuk aku bertahan.” ucap Mingyu tepat di telinga Wonwoo. Geli rasanya saat nafas Mingyu menerpa telinganya.

“Jadi kamu mau nunggu aku sampe siap?” Tangan Wonwoo ia lingkarkan di punggung Mingyu sambil sesekali mengusap-usap kepala belakang Mingyu. Mingyu mengangguk.

“Astaga! Makasih banget loh, Gyu. Aku takut banget kamu bakal langsung ninggalin aku, bahkan aku takut banget kamu benci sama aku.” Mingyu mengubah posisinya seperti semula. Ia tersenyum, seenggaknya cintanya tak bertepuk sebelah tangan walaupun mereka belum resmi pacaran. “Benci kak Wonwoo? Ga mungkin lah!”

Mingyu memiringkan wajahnya kemudian mendekat ke wajah Wonwoo. Bibir Mingyu bertemu dengan bibir Wonwoo yang lembab, meraup bibir yupi itu tak lupa melumatinya dengan kasar dan tergesa-gesa. Ciuman Mingyu membuat kewarasan Wonwoo perlahan-lahan mulai terkikis. Dia membalas ciuman Mingyu, melumat bibir itu sensual dengan gerakan menutut.

“Mhmm... Nghhh!” Wonwoo melenguh saat bibir bawahnya digigit oleh Mingyu memohon kepada sang pemilik bibir untuk membuka bibirnya. Woonwoo yang tau pun langsung membuka bibirnya perlahan dan langsung saja Mingyu memasukkan lidahnya untuk bertemu lidah Wonwoo. suara cumbuan itu pun memenuhi ruangan dan seketika hawa di kamar Mingyu panas bukan main padahal air conditioner menyala.

Lidah mereka saling beradu, menjilat, mengikat, dan menghisap satu sama lain tak mau kalah. Saliva mereka saling bercampur entah punya siapa membuat pergerakan mulut mereka semakin licin, suara kecapan yang sesual membuat libido Wonwoo semakin naik. Mingyu sesekali memasukkan lidah Wonwoo ke dalam mulutnya dan menghisapnya dengan gerakan maju mundur. Woonwoo pun terkejut bukan main tanpa pikir panjang ia pun langsung mengalungkan lengannya dileher Mingyu agar si Mingyu tak melepas cumbuan mereka.

“Mingyu ahhhh!!!” desahan kencang keluar dari bibir Wonwoo saat Mingyu tiba-tiba turun ke dadanya, menyingkap baju yang menutupi Wonwoo dan mengecup puting Wonwoo, baik yang kanan dan kiri secara bergantian.

Lidah Mingyu serba bisa, tak hanya bisa bermain di dalam mulut Wonwoo namun lidahnya juga bisa bermain dengan puting Wonwoo. Puting Wonwoo dijilat dengan gerakan memutar sambil menggigitinya gemas. Setelah itu gantian tangannya yang bekerja, dimainkannya puting Wonwoo, diputar, dipilin, dicubit membuat Wonwoo menggelinjang keenakan.

“Mingyu stop!!!” ucap Wonwoo yang malah membuat permainan Mingyu semakin liar. Mingyu terus menyedot putingnya seperti bayi yang sedang menyusui, sedang puting kanannya yang menganggur dimainkan oleh tangan Mingyu. Setelah merasa puas dengan puting Wonwoo ia memberhentikan aktivitasnya lalu menatap kedua puting Wonwoo yang sudah tegang dan memerah. Mingyu terseyum miring, pertanda pikirannya sudah gila.

Seakan tak memberi jeda untuk Wonwoo bernafas, Mingyu semakin turun ke bawah. Tangannya dengan sigap membuka celana jeans Wonwoo menyisakan boxer hitamnya. Wonwoo hanya bisa pasrah ketika kedua kakinya dilebarkan. Pandangan Mingyu seketika terfokus pada gundukan di boxer Wonwoo, gundukan yang cukup besar pertanda Wonwoo sudah tegang. Wonwoo melenguh bukan main saat Mingyu mengelus-elus pahanya dengan jemarinya.

“Ahhh! Nghhh.......” Pergerakan tangan Mingyu dimulai dari lutut Wonwoo, mengelusnya sangat pelan dan sensual. Kemudian tangannya turun dan bergerak ke bagian dalam paha Wonwoo. Wonwoo melengkungkan tubuhnya tak tahan dengan sentuhan-sentuhan memabukkan dari tangan Mingyu.

“Nghhh... ahh! ahh!” desahan Wonwoo tak dapat berhenti karena gerakan tangan Mingyu semakin cepat. Kini ia menggunakan kedua tangannya, ia mengelus Wonwoo mulai dari paha bagian dalamnya lalu bergerak keluar, kebalikan dengan arah yang awal. Nafas Wonwoo semakin memburu ketika ia merasakan boxernya semakin menyempit. Bagaimana bisa hanya dengan elusan di paha saja bisa membuat Wonwoo segila ini? Padahal Mingyu belum menyentuh penisnya sama sekali namun harus ia akui ia sudah sangat tegang.

“Ahh! Mingyu udah.....” Wonwoo meremas sprei putih di bawahnya saat Mingyu mengelus gundukannya. Bagian yang paling ditunggu-tunggu Wonwoo. Nafasnya tercekat, Mingyu sama sekali tak memberinya ampun. Mingyu menggunakan jari telunjuknya untuk mengelus penis Wonwoo dari luar, bergerak naik turun dengan tempo sedang. Kaki Wonwoo gemetaran, tak tahan dengan semua kenikmatan yang Mingyu berikan. Rasanya ia ingin sekali penisnya dimainkan oleh Mingyu secara langsung, dikocok dengan tempo cepat sampai pelepasannya keluar.

“Mingyu, ahh! Ga tahan lagi.......” Mulut Mingyu kembali bermain dengan puting Wonwoo sembari tangannya bermain dengan kepunyaan Wonwoo. Dijilatinya puting itu seperi sedang menjilat lollipop sampai puting Wonwoo benar-benar basah, air liur Mingyu menempel di sana. Tangan Mingyu terus-menerus menggoda penis Wonwoo, sekarang ia menggunakan telapak tangannya, menggesek-gesekkannya pada penis Wonwoo yang semakin meronta-ronta ingin keluar.

“Ahh! Sakit......” Mingyu menggigit dada Wonwoo membuat Wonwoo mengerang. Ia membuat beberapa tanda kemerahan di sana, tanda bahwa lelaki itu adalah miliknya. Tak lupa Mingyu juga mencium leher Wonwoo, menghisap bagian sensitifnya berkali-kali sampai meninggalkan tanda kemerahan. Air liur Mingyu menempel dimana-mana, mulai dari leher Wonwoo, dada, dan kedua putingnya.

“Mingyu, cium.......” rengek Wonwoo seperti anak kecil. Bibir mereka bertemu lagi, namun kali ini lebih lembut dari tadi. Bibir Wonwoo yang membengkak membuat Mingyu lebih lahap meraupnya. Mingyu melumat bibir bawah Wonwoo sedangkan bibir atas Mingyu dilumat oleh Wonwoo, gerakan mereka kompak seperti berirama. Wonwoo benar-benar dibuat berantakan oleh Mingyu.

Lalu permainan panas mereka berlanjut sampai sepertiga malam, sampai tubuh mereka lemas dan nafas mereka tak beraturan. Sangking lelahnya mereka berdua tertidur ditemani oleh lantunan lagu Cigarettes After Sex yang berjudul Apocalypse, saling mendekap bertukar afeksi. Dua insan yang sedang jatuh cinta.

“Your lips, my lips, apocalypse.”