Fuyu no Hanashi

Mingyu baru saja keluar dari lift yang menghantarnya ke lantai lima tempat kamar apartment nya berada. Kedua tangannya sibuk membawa makanan yang dibelinya, tangan kanannya membawa plastik berisi sandwich dan tangan kirinya membawa plastik berisi dua gelas kopi. Ia berjalan perlahan-lahan, takut kopi yang dibawanya tumpah sia-sia. Tak butuh waktu lama untuk dia sampai di depan kamarnya, saat ia membuka pintu samar-samar ia mendengar suara lantunan orang bernyanyi. Suaranya berat namun tetap merdu. Ia memasuki pintu dan suara nyanyian itu semakin jelas.

“Tsumetai namida ga sora de itetsuite Yasashii furi shite maiochiru koro ni Hanareta dareka to dareka ga ita koto Tada sore dake no hanashi.........”

Mingyu beranjak ke dapur, mengeluarkan makanan yang dibelinya dari plastik dan menatanya di piring. Sedangkan kopi americano diletakkan di samping piring itu, semuanya tertata rapi di meja makan, siap untuk disantap. Suara nyanyian itu tak kunjung berhenti, Mingyu mendekati sumber suara tersebut yang ternyata berasal dari dalam kamarnya.

“Anata no subete ga Katachi wo nakushitemo Eien ni boku no naka de ikiteku yo Sayonara dekizu ni Arukidasu boku to Zutto issho ni.........”

Di sanalah Wonwoo, duduk santai di kursi yang berada di meja belajar Mingyu. Earphone terpasang di telinganya, volumenya sangat keras-keras sampai-sampai ia tak mendengar derap kaki Mingyu yang mendekatinya. Wonwoo sangat terkejut saat Mingyu tiba-tiba melingkarkan lengannya di tubuh Wonwoo, memeluknya dari belakang. Wonwoo melepas earphonenya lalu menoleh ke belakang, wajahnya hampir bersentuhan dengan wajah Mingyu karena Mingyu menaruh dagunya di bahu Wonwoo.

“Suara kamu bagus juga ternyata, kak!” puji Mingyu mengakibatkan pipi Wonwoo memerah padam.

“A–apa sih!!!” Wonwoo menutup wajahnya dengan tangannya, malu ditambah salah tingkah.

“Lagu apa tadi kak?” tanya Mingyu, hal yang ia tau hanyalah lagu tersebut berbahasa Jepang meskipun Mingyu tak pernah mendengar lagu berbahasa Jepang sebelumnya.

“Fuyu no hanashi.” jawab Wonwoo, perlahan-lahan ia menurunkan tangan yang menutup wajahnya.

“Lirik yang kak Wonwoo nyanyiin tadi, apa artinya?” tanya Mingyu penasaran. Hal yang membuat Mingyu penasaran adalah karena Wonwoo menyanyikannya dengan penuh penghayatan, seakan-akan hidupnya sangat terkait dengan lirik tersebut.

“Ini hanyalah cerita sederhana tentang seseorang yang kehilangan seseorang. Sekitar waktu air mata yang dingin membeku di langit, dan berdebar, berpura-pura baik. Bahkan jika aku kehilangan seluruh tubuhmu, kamu akan tinggal di dalamku selamanya. Tidak bisa mengucapkan selamat tinggal. Kamu berjalan denganku, selalu bersamaku.” jawab Wonwoo tanpa terputus-putus, seakan-akan ia hafal sekali lirik lagu tersebut dari awal sampai akhir.

“Ehh lagunya sedih ternyata, kirain aku lagu seneng soalnya nadanya berisik gitu hehe.” Mingyu belum melepas pelukannya, tangannya mengusap-usap pinggang Wonwoo dengan lembut. “Kakak keliatan menghayati banget pas nyanyi, suka banget ya kak sama lagunya?”

“Iya, soalnya lagu itu kayak nyeritain hidup aku banget.” jawab Wonwoo lirih, kepalanya tertunduk.

“Maksudnya kakak pernah kehilangan seseorang? Siapa kak?”

“Ehh sarapannya udah kamu beli? Makan yuk keburu dingin nanti.” Wonwoo bangun dari duduknya, tangannya langsung memegang tangan Mingyu dan dengan cepat menariknya ke dapur.

Wonwoo langsung melahap sandwich yang dibelikan Mingyu, dengan sesekali meminum americano di tengah-tengah gigitannya. Sedangkan Mingyu masih berkutat dengan pikirannya, sibuk memikirkan satu pertanyaan yang belum terjawab.