Goyangin aku ya, sayang🔞

Mingyu terduduk di depan komputernya, tangannya sibuk menggerakkan mouse dan jemarinya sibuk mengetik keyboard. Ia sengaja bangun lebih awal untuk menyelesaikan pekerjaannya agar ia bisa berduaan dengan Wonwoo setelah ia bangun. Mingyu melirik jam di komputernya, masih pukul setengah delapan pagi. Biasanya Wonwoo bangun jam delapan jadi Mingyu masih punya waktu setengah jam untuk menyelesaikan pekerjaannya. Gerakan tangannya dipercepat, matanya hanya fokus pada layar di hadapannya sesekali meminum kopi hangat kesukaannya. Wonwoo tertidur sangat pulas seperti tak ingat kapan ia harus bangun. Mingyu tahu Wonwoo pasti sangat kelelahan akibat aktivitasnya yang padat beberapa hari belakangan ini.

Aktivitas Mingyu terhenti saat ia mendengar derap langkah mendekatinya, sosok tersebut mendekati Mingyu dengan langkah yang malas. Setelah berada tepat di belakang Mingyu, lelaki itu melingkarkan lengannya di leher Mingyu. Sontak Mingyu menoleh mendapati Wonwoo yang masih setengah tersadar, rambutnya acak-acakan, matanya terpejam, muka bantalnya sangat menggemaskan.

“Udah bangun, sayang?” tanya Mingyu. Wonwoo menguap lebar lalu tanpa aba-aba ia duduk di pangkuan Mingyu. Kakinya dilingkarkan di pinggang Mingyu agar tidak jatuh, beban mereka berdua membuat kursi yang mereka duduki berdecit. Pelukan Wonwoo semakin erat, seperti seekor koala yang sedang memeluk batang pohon.

Tanpa Wonwoo sadari wangi tubuh Mingyu bisa semakin jelas ia cium. Aromanya begitu enak dan menenangkan. Wajah Wonwoo semakin didekatkan ke leher Mingyu agar ia bisa menghirup wanginya dengan lebih baik. Mingyu akhirnya jadi geli sendiri karena ujung hidung Wonwoo beberapa kali mengenai lehernya. Tubuhnya merinding akibat hembusan napas Wonwoo.

“Sayang, geli.....” protes Mingyu yang malah membuat Wonwoo ingin menggodanya. Ia meniup leher Mingyu dengan sengaja. Bahkan kecupan singkat berhasil mendarat di leher jenjang Mingyu.

“Serius, sayang. Geli!”

Bukannya berhenti, Wonwoo malah makin usil. Pinggulnya ia goyangkan dengan tempo yang lambat, membuat miliknya bergesekan dengan milik Mingyu. Setelah susah payah akhirnya Mingyu dapat menghentikan gerakan Wonwoo.

“Sengaja banget ya godain aku, hm?” tanya Mingyu dengan nada yang rendah. Tangannya mulai turun ke bokong sintal Wonwoo dan meremasnya pelan.

“Abisnya aku kangen banget sama kamu!” jawabnya sambil manyun. Bokongnya ikut bergerak ketika diremas oleh Mingyu.

“Mau main sekarang?” tanya Mingyu sambil menyeringai. Pertanyaannya terdengar ambigu namun Wonwoo langsung paham maksudnya.

“Mau!!!” jawab Wonwoo antusias, wajahnya terlihat sumringah.

Mingyu langsung menarik Woonwoo ke dalam pelukannya. Bibirnya langsung menghantam bibir Wonwoo dengan cepat. Wonwoo balas mencium bibir pujaannya itu, meraupnya dengan rakus dan menuntut. Begitu terasa candu hingga hanya kebutuhan akan oksigen yang menghentikan pautan kedua bibir itu.

Woonwoo menutup matanya dengan saat tangan Mingyu mencoba masuk ke dalam kaus Woonwoo, mengelus punggungnya kemudian turun meremas dua belah gundukan yang begitu pas di . Ia menurunkan sedikit celana yang Wonwoo pakai, cukup baginya untuk membuka lubang Wonwoo dengan satu jarinya.

“Ahhhhhh!” desah Wonwoo merasakan lubangnya dirobek paksa oleh Mingyu.

“Woonwoo, kamu cantik sekali,” Mingyu mengatakan hal itu sambil menyentuh wajah Woonwoo yang merona.

Mingyu mengusap rambut Wonwoo dengan tangannya yang menganggur dan mengecupnya. Gerakan Mingyu di bawah sana semakin dalam membuat Wonwoo mengigit bibir bawahnya kuat-kuat, nyaris membuat luka baru disana kalau Mingyu tidak mencium bibir ranum itu kembali. Lumatan demi lumatan memanjakan bibir mereka kembali. Saliva mereka saling bercampur entah punya siapa mengakibatkan gerakan bibir mereka semakin lincah. Wonwoo menyelipkan lidahnya ke dalam mulut Mingyu yang langsung disambut dengan sesapan oleh bibir Mingyu. Dikulumnya lidah Wonwoo dengan gerakan maju mundur, erangan Wonwoo semakin jelas terdengar.

Mingyu mengeluarkan jarinya sebentar lalu mengambil lube dan kondom yang berada di laci meja kerjanya. Setelah melumuri jari-jarinya Mingyu mulai mempersiapkan lubang Wonwoo. Satu persatu ia memasukkan ketiga jarinya. Melakukan gerakan menggunting dan berusaha terus melebarkan lubang sempit tersebut.

“Sayang... ahhh!” tubuh Wonwoo menegang saat Mingyu menumbuk titik nikmatnya.

Ketika sudah dirasa cukup Mingyu langsung melucuti celananya dan juga celana Wonwoo, kemudian memakai kondom dan bersiap. “Sayang, aku masuk sekarang.”

Perlahan, Mingyu mulai memasukkan penisnya. Wonwoo meringis kesakitan karena sudah tiga hari lebih lubangnya tidak diisi oleh Mingyu. “Ahh, mas...”

Tak butuh waktu lama untuk Mingyu bisa masuk sepenuhnya. Ia tidak langsung bergerak agar Woonwoo bisa membiasakan dirinya dulu. “Masih sakit, yang?”

“Ng–ngga kok.” jawab Wonwoo terbata-bata. Matanya masih terpejam menahan sensasi di lubangnya yang terisi penuh.

“Goyangin aku ya, sayang.” ucapan Mingyu ini membuat tubuh Wonwoo seketika panas dingin. Dengan perintah Mingyu barusan, Wonwoo mulai menggoyangkan pinggulnya maju mundur agar lubangnya beradaptasi dengan penis besar Mingyu. Setelah ia rasa cukup, gerakan Wonwoo ia ubah jadi ke atas dan ke bawah agar penis Mingyu keluar masuk di lubangnya.

“Ahhh, Wonwoo pinter. Iya, gitu goyangnya sayang.” mendengar ucapan Mingyu membuat Wonwoo tambah semangat. Libidonya semakin naik ketika Mingyu mengecup kedua putingnya bergantian. Mulut Mingyu berada tepat di depan puting Wonwoo sehingga sangat mudah baginya untuk bermain dengan puting menggemaskan itu. Lidahnya terus menjilati puting Wonwoo sambil sesekali ia bawa masuk ke dalam mulutnya, kulumannya membuat suasana semakin panas.

“Sayang, enak ga?” tanya Mingyu sebentar sebelum mulutnya kembali menghisap puting Wonwoo yang satunya.

“E–enak, ahhh!” gerakan Wonwoo semakin dipercepat. Mingyu dapat merasakan dinding anal Wonwoo memijit penisnya tanpa ampun. Lubang Wonwoo yang sempit dan ketat itu menjepit penis Mingyu yang semakin tegang dibuatnya.

“Ah, kak Mingyu! Ahh…...”

Tubuh Wonwoo didekap oleh Mingyu semakin erat. Mingyu juga menahan tubuh mungil Wonwoo agar tidak jatuh karena gerakannya yang semakin cepat.

“Kamu sempit banget, sayang.” penis Mingyu semakin menghujam lubang Wonwoo semakin dalam. Wonwoo bergerak dengan tempo cepat membuat titik nikmatnya dihujam berkali-kali tanpa jeda. Keringat bercucuran dari dahi Wonwoo, ia tak menyangka bahwa berada di atas membuat energinya sangat terkuras.

Dinding anal Wonwoo semakin mengetat, penis Mingyu dimanjakan dengan nikmatnya. Merasakan pelepasannya sudah dekat, ia meletakkan tangannya di pinggul ramping Wonwoo membantu goyangannya.

“Mas, mau keluar ahhh!” Wonwoo memejamkan kedua matanya, tak tahan dengan kenikmatan yang memabukkan ini. Tangannya ia lingkarkan di leher Mingyu sambil mendekapnya karena ia sudah mulai lemas. Mingyu yang menyadari hal itu langsung mengambil alih permainan.

“Keluar bareng ya, sayang.” Gantian pinggul Mingyu yang bergoyang, lebih cepat dari gerakan Wonwoo tadi, membuat Wonwoo semakin gila dibuatnya. Kepala Wonwoo seketika pusing, energinya tak cukup untuk bergoyang lagi. Padahal ia sangat ingin memuaskan Mingyu dengan goyangannya sendiri.

Penis Wonwoo dikocok oleh Mingyu, gerakannya beriringan dengan gerakan penisnya di dalam sana. Wonwoo semakin hilang akal, tubuhnya menegang, pelepasannya semakin dekat. Mingyu yang tahu akan hal itu lalu kembali mengulum puting Wonwoo yang sudah memerah dan tegang. Wonwoo semakin tak karuan, bagaimana tidak ketiga titik sensitifnya dipuaskan dalam waktu yang bersamaan.

“Ahhh! Aku keluar!!!!!” dalam tiga kali hentakan lagi cairan Wonwoo muncrat membasahi baju Mingyu. Begitu juga dengan Mingyu yang keluar di dalam, cairannya memenuhi lubang Wonwoo yang hangat. Wonwoo ambruk di bahu Mingyu, tenaganya benar-benar terkuras habis. Mingyu mencabut penisnya dan seketika itu juga cairan Mingyu mengalir keluar dari anal Wonwoo. Nafas mereka memburu tak beraturan, mulut mereka menganga mencari oksigen.

Wonwoo terlihat sangat berantakan, rambutnya acak-acakan, pipinya memerah, bibirnya bengkak, kedua putingnya menegang merah, penisnya yang basah karena cairannya sendiri, dan juga lubangnya yang terbuka dilengkapi dengan cairan sperma Mingyu yang menetes keluar.

“Jeon Wonwoo, kamu panas banget astaga.”