Guided Masturbation🔞

Tubuh bagian bawah Wonwoo masih telanjang, tak tertutup sehelai benang apapun. Ia terlalu malas untuk memakai celananya kembali sehabis mengambil beberapa foto dan mengunggahnya di twitter, terlebih lagi ia masih 'pengen'. Ah, baru saja ia mau tidur namun adik kecilnya di bawah sana malah meronta-ronta minta dipuaskan. Jemari Wonwoo dengan asiknya mengetik pesan untuk dikirimkan pada salah satu temannya di twitter. Temannya itu mengajak Wonwoo mengobrol di sebuah aplikasi bernama walkie talkie, yang tanpa pikir panjang langsung Wonwoo balas dengan ‘okay’. Wonwoo mengetikkan frekuensi 05.08 dan menunggu agar tersambung dengan temannya itu. Tak butuh lama sampai koneksi mereka tersambung.

“Halo?” sapa Wonwoo dengan ramah. Ia memeluk gulingnya, mencari posisi yang nyaman.

“Kak Wonwoo?” jawab temannya itu. Terdapat jeda beberapa detik sebelum temannya itu melanjutkan ucapannya.

“Desah lagi dong, kak.” ucap pria itu dengan santainya.

Wonwoo terdiam beberapa detik, berusaha mencerna apa yang baru ia dengar. Desah lagi? Wonwoo tak salah dengar kan? Tiba-tiba memorinya terputar ke hari kemarin, jam 2 malam dimana Wonwoo tanpa sadar mendesah di walkie talkie dan didengar oleh seorang pria dari twitter. Wonwoo sangat terkejut akan fakta bahwa pria yang berbicara dengannya sekarang merupakan pria yang sama yang mendengar desahannya kemarin. Sumpah demi apapun Wonwoo ingin sekali memutus koneksi walkie talkienya sekarang.

“Jangan dimatiin dong, kak.” ucap pria itu lagi seakan-akan dapat membaca pikiran Wonwoo.

“Eh iya... halo?” jawab Wonwoo terbata-bata. “Kamu kenapa suruh saya desah? Ini pertama kalinya kita ngobrol kan?”

“Jangan pura-pura polos dong, kak. Aku yang kemaren denger desahan kakak. Masa iya sih udah lupa?” ucapnya yang terdengar seperti tusukan di jantung Wonwoo. Skakmat, Wonwoo tak dapat berdalih lagi. Pipi Wonwoo memerah, untung saja pria itu tak dapat melihat ekspresinya saat ini.

“Tapi akun kamu kok beda?” tanya Wonwoo ingin memastikan sekali lagi.

“Itu aku minjem akun temen, kak. Maaf ya kak udah bohong, sebenernya nama aku Mingyu bukan Dokyeom.” Mingyu terkekeh, ia berhasil menipu Wonwoo dan memasukkannya dalam perangkap nakalnya.

“I–iya gapapa kok ehehe.” Wonwoo bodoh, ia sama sekali tak curiga dengan tipuan Mingyu.

“Aku mau denger desahan kakak lagi boleh? Kakak juga lagi sange, kan? Sini Mingyu bantuin.” ucap Mingyu menyeringai, pikiran kotornya sudah melalang buana. Sudah seharian ia menunggu momen ini untung mengatakan kalimat tersebut.

“Serius?” Wonwoo tersentak. “Ngga ah, malu.”

Wonwoo memegangi ujung bajunya yang menggantung tepat di atas kemaluannya. Bagaimana bisa ucapan Mingyu tadi membuatnya terangsang?

“Kak Wonwoo udah ga pake celana kan? Coba deh nungging kayak foto kakak tadi.”

Tak tau setan apa yang menghasut Wonwoo untuk menuruti perintah Mingyu. Wonwoo bangun dari posisi terlentangnya dan mengubahnya menjadi menungging. Bagian kepalanya sampai dada menempel di kasur yang dialasi oleh bantal, sedangkan pinggang dan bokongnya terangkat di udara.

“Udah kak?” tanya Mingyu, ia sangat yakin Wonwoo akan menuruti perintahnya.

“Iya, udah.” ponsel Wonwoo ia letakkan di samping mulutnya agar ucapannya terdengar lebih jelas.

“Bagus. Sekarang perlahan-lahan pegang kontol kakak, diusap-usap mulai dari kepala sampai ke pangkal.”

“Hngghhh....” Wonwoo melakukan perintah Mingyu, penisnya ia letakkan di telapak tangannya, lalu jemarinya melingkar di penisnya itu.

“Ahh!” ibu jari Wonwoo menekan kepala penisnya lalu membuat gerakan memutar. Kemudian tangannya mulai bergerak dengan tempo yang lambat.

“Enak ya, kak?” goda Mingyu. Desahan Wonwoo bagaikan lantunan melodi di telinganya. Wonwoo terlalu malu untuk menjawab. Namun Mingyu tak butuh kata-kata, desahan yang terlontar dari mulut Wonwoo merupakan jawaban yang sudah lebih dari cukup. “Cepetin lagi kak ngocoknya.”

“Fuck! Ahh... mhmmm!!!” Wonwoo menggigit bibir bawahnya berusaha menahan desahannya agar tak terlalu kencang. Namun yang terjadi malahan desahannya terlontar semakin vokal. Kepunyaan Wonwoo sudah mengeras dan tegang.

“Udah tegang ya, kak? Kak Wonwoo pinter, nurut banget sama Mingyu.” kata-kata Mingyu terdengar halus namun arti yang sebenarnya sangatlah kasar.

“Iya, kocok terus kayak gitu kak. Bayangin kalo aku yang ngocokin kakak, pasti lebih enak kan?” tambah Mingyu.

“Anjing! Ahhhh!!!!” precum Wonwoo sudah keluar sedikit demi sedikit, membuat gerakannya semakin licin dan cepat.

“Desahan kakak indah banget sih. Udah sering ya kak dibikin mendesah sama cowo? Jago banget.” mulut Mingyu tak henti-hentinya menggoda Wonwoo, membuat Wonwoo semakin enak.

“Lebih cepet lagi kak! Mainin puting kakak juga.” Tangan kiri Wonwoo yang bebas berpindah ke putingnya, memainkannya dengan gerakan memutar, memilin, dan mencubitinya sampai kedua putingnya merah dan mengeras.

“Hnghh.. enak ahh!!!!” dipuaskan puting dan penisnya dalam waktu bersamaan benar-benar membuatnya gila. “M–mau keluar ahh!”

“Ayo muncratin semuanya kak. Kocokin terus sampe keluar. Iya, gitu terus kak.” mulut Wonwoo tak dapat berhenti mengeluarkan desahan dan erangan sampai memenuhi seluruh ruangan.

“Ahhhh!!! Keluar nghhh!!!!!!” Tubuh Wonwoo menegang pertanda pelepasannya sudah dekat. Dalam lima kali kocokan lagi ia mencapai putih. Nafasnya berat dan tak beraturan. Seluruh tubuhnya ambruk ke kasurnya yang sudah basah oleh cairannya sendiri. Sialan, semua ini begitu nikmat.

“Kak Wonwoo anak baik, nurut banget sama aku. Enak banget ya kak aku tuntun? Sampe-sampe keluarnya banyak gitu.” Mingyu tersenyum puas, semua rencananya berjalan dengan sempurna. Ia tak menyangka laki-laki ini benar-benar tunduk di hadapannya. Wonwoo tak dapat mengucap sepatah katapun, terlalu sibuk mengatur nafasnya.

“Besok desah lagi ya, kak?”