Happy Ending

“Kitten? Daddy pulang!” Mingyu menekan gagang pintu tanpa mengetuk terlebih dahulu. Ia sudah tak sabar ingin bertemu omeganya itu, Mingyu sangat merindukan Wonwoo karena sudah seharian tidak bertemu. Mingyu harus tetap bekerja bersama member Seventeen lainnya apalagi mereka sedang mempersiapkan untuk come back dengan album baru. Member Seventeen lain sudah mengetahui kejadian kemarin dan mereka sangat menyesal tidak dapat membantu menyelamatkan Mingyu dan Wonwoo. Namun semua ini demi kebaikan mereka semua, bisa saja gerombolan alpha tersebut malah menyerang member Seventeen lain. Dan kejadian semalam berlangsung begitu cepat, mereka bahkan tak sempat menelfon polisi.

Tak ada sedikitpun penerangan yang menerangi apartment mereka, semuanya gelap gulita, Mingyu pun tak merasakan kehadiran Wonwoo. Jantung Mingyu berdetak lebih kencang, ia takut, takut sesuatu yang buruk terjadi pada Wonwoo lagi. Ia menyalakan senter di ponselnya lalu diarahkan untuk menyorot ke arah sofa, Wonwoo tak ada di situ. Lalu senter Mingyu ia arahkan ke arah dapur, Wonwoo juga tak ada di situ, terakhir ke arah tempat tidur dan kamar mandi, sosok omega itu pun tak ditemukan di sana.

“Kitten, kamu dimana?” suara Mingyu menggema di seluruh ruangan, namun tetap tak ada jawaban. Mingyu memfokuskan indra penciumannya, hidungnya mengendus-endus mencari aroma pheromones Wonwoo. Setelah beberapa saat, dapat! Mingyu mendapatkan aroma tubuh Wonwoo dan mulai mencari dimana asalnya. Aroma tubuh Wonwoo sangat khas, sangat berbeda dengan omega-omega lain yang pernah Mingyu temui. Wonwoo beraroma seperti sitrus, manis dan menyegarkan. Mingyu membalikkan badannya, sekelibat bayangan muncul dari kegelapan. Sosok tersebut melingkarkan tangannya di pinggang Mingyu, memeluknya erat.

“Daddy! Akhirnya pulang juga, Wonwoo kangen tau!” tanpa pikir panjang pelukan hangat itu langsung disambut oleh Mingyu, tangan kirinya mendekap Wonwoo dan tangan kanannya mengelus-elus kepala Wonwoo.

“Kamu ngapain nyumput segala sih, sayang?” tanya Mingyu yang takut setengah mati dibuatnya.

“Biar daddy kaget hehehe.” Wonwoo mendongakkan kepalanya, senyum mengejek terpatri di wajahnya.

“Nakal ya kamu! Siapa yang ngajarin, hm?” Mingyu mengeratkan pelukannya pada tubuh mungil Wonwoo, tangannya memukul pelan bokong Wonwoo gemas. Ia sangat merindukan kekasihnya itu di dekapannya.

“Daddy mau pangku...” ucapnya sambil manyun. Mingyu dengan berat melepas pelukan mereka. Dibukanya jas hitam yang ia pakai, lengan kemeja putihnya ia gulung sampai ke siku, memperlihatkan tangannya yag berotot, tak lupa juga dasinya ia kendurkan. Mingyu duduk di sebuah kursi di samping tempat tidur. Wonwoo menatapnya tidak sabaran.

“Sini, kitten.” Mingyu menepuk-nepuk paha besarnya, Wonwoo terseyum girang lalu segera meloncat ke pangkuan Mingyu. Ia langsung memegangi Wonwoo agar tidak jatuh.

“Daddy, Wonwoo kangen.” Wonwoo melingkarkan tangannya di leher Mingyu. Mingyu paling senang kalau omeganya ini bermanja-manjaan dengannya.

“Kangen apa, kitten?” Mingyu mengelus pipi Wonwoo, lalu dikecupnya kening Wonwoo dengan penuh afeksi.

“Kangen daddy, lebih tepatnya kangen ini.” jari telunjuk Wonwoo ia letakkan di bibir Mingyu. Mingyu terseyum kecil, gemas rasanya melihat Wonwoo bertingkah clingy seperti itu.

Mingyu mengecup kening lelaki pujaannya itu lagi lalu ciumannya turun ke kedua kelopak mata Wonwoo, kedua tangan Mingyu ia tangkupkan di pipi Wonwoo sambil mencubitinya.

“Aww, daddy sakit!” protes Wonwoo karena Mingyu terus-terusan mencubiti pipinya. Mingyu mengecup pipi Wonwoo yang bekas dicubitinya, ia tak mau Wonwoo kesakitan. Hati Wonwoo berbunga-bunga saat daddynya menempelkan bibirnya dengan miliknya, ia juga tersenyum dan memejamkan mata. Bibir Mingyu bergerak dengan penuh kasih sayang, meraup bibir mungil milik omeganya dengan mudahnya. Dengan tangan yang lainnya di tengkuk leher sang omega, menekan untuk melumat bibirnya.

Perlahan, ia melumat bibir kekasihnya itu. Wonwoo membuka mulutnya dan membiarkan Mingyu bermain-main di dalam mulutnya. “Mmphhh....”

Pinggul Wonwoo bergoyang ke depan dan ke belakang dengan tempo sedang hingga menimbulkan kesan sensual. Mingyu mengerang kecil, omeganya itu memang pandai sekali bergoyang sembari memberikan friksi pada gundukan di selangkangannya. Miliknya bergesekan dengan milik Wonwoo. Bibir mereka dibiarkan terpagut dalam ciuman manis sebelum akhirnya dilepaskan.

“Wonwoo punya kabar buruk dan kabar gembira, daddy.” tangan Wonwoo turun ke dada Mingyu dan mengelusnya, merasakan dada kekarnya itu terbentuk dari balik kemeja. “Daddy mau denger yang mana dulu?”

“Hmm, yang buruk dulu aja deh.”

“Wonwoo takut, daddy. Takut sama alpha lain kecuali daddy, takut untuk sendirian, takut kalo lagi ga sama daddy, bahkan Wonwoo takut untuk berhubungan badan lagi. Wonwoo trauma karena kejadian kemarin. Maaf ya, daddy.” kepalanya tertunduk dan kini tubuhnya bergerak-gerak gelisah.

“Maaf ya, kitten. Karena kejadian kemaren kamu harus mengalami trauma yang buruk ini. Daddy janji ga akan ninggalin kamu sendirian lagi walaupun daddy lagi sibuk daddy akan berusaha untuk ngirimin kamu pesan, kita juga bisa video call. Daddy ga maksa kok buat kita berhubungan badan lagi, daddy ngerti perasaan kamu. Daddy akan tunggu sampe trauma kamu benar-benar pulih ya, kitten? Oh iya alpha bajingan kemaren udah daddy laporin ke polisi, lagi diinvestigasi.” mendengar ucapan Mingyu membuat perasaan Wonwoo tak karuan, antara senang dan sedih. Senang karena daddynya bisa mengerti keadaannya namun ia juga sedih tidak dapat berhubungan badan dengan Mingyu lagi. Wonwoo merasakan pandangannya buram akibat air matanya sendiri. Dalam satu kali kedipan air matanya menetes ke pipinya.

“Astaga, kamu kenapa nangis? Sshhh, daddy ada di sini. Jangan takut lagi, ya?” Mingyu mengusap air mata Wonwoo agar tidak menetes lagi tapi yang ada malah menetes semakin deras.

“Wonwoo sayang banget sama daddy, Wonwoo beruntung banget bisa milikin daddy, Wonwoo ga bisa hidup tanpa daddy... hikss!” Wonwoo menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangannya. Ia merasa sangat lemah menangisi hal-hal seperti ini.

“Daddy juga sayang banget sama Wonwoo.” Mingyu mengecup kening Wonwoo lagi, digenggamnya tangan Wonwoo lalu diciumi. “Udah ya, kitten, jangan nangis lagi.”

“Iya, daddy. Wonwoo sekarang mau ngasih tau kabar baiknya.” Wonwoo mengelap pipinya yang basah. “Apa, kitten?”

“Wonwoo kayaknya hamil, deh.”

“HAH?” Mingyu tersentak kaget, matanya membelalak. “Serius???”

“Dari tadi pagi Wonwoo mual-mual terus, mualnya beda ga kayak mual sakit perut.” manik hitam Wonwoo terpaku pada mata Mingyu.

“Besok kita periksa ya ke dokter ya, kitten.” Wonwoo tersenyum sumringah. Kupu-kupu berterbangan di perutnya. Ah, Wonwoo sangat teramat bahagia hari ini.

“Sekalian besok daddy mau ketemu sama orang tau untuk ngomongin pernikahan kita.”

“HAH NIKAH????” jantung Wonwoo terasa loncat keluar dari tubuhnya. “Iya, kamu mau kan nikah sama daddy?”

“M–mau, daddy!” jawab Wonwoo bersemangat, pipinya merona merah. Tingah Wonwoo sangat menggemaskan, Mingyu tak dapat berhenti mencubiti pipi Wonwoo dan menciumi bibir yupinya.

“Makasih ya kitten, udah sayang sama daddy.”

“Makasih ya daddy, udah dateng di hidup Wonwoo.”

Bibir mereka tertaut lagi, mereka tenggelam dalam ciuman yang berisi lautan kasih sayang. Mingyu sangat tak sabar untuk menikahi omeganya itu lalu memiliki seorang anak hasil hubungan mereka berdua. Pikiran Wonwoo berisi ratusan hal yang ingin dilakukannya bersama Mingyu di masa depan, sambil berdoa kepada semesta agar ia bisa menghabiskan sisa hidupnya bersama Mingyu, suaminya.

Di akhir cerita hidup kita, seperti sebuah film romantis Pada layar bioskop yang diterangi cahaya terang, tertulis dua nama di sana Namaku dan namamu saling berdampingan dan selamanya akan selalu seperti itu Sangat indah pada akhirnya Akhir yang bahagia