Jujur

Seplastik es batu yang dialasi handuk kecil itu berbaring memberikan sensasi dingin pada bokong Wonwoo. Bokong Wonwoo masih memerah akibat tamparan berkali-kali dari tangan Mingyu sialan itu. Mingyu mengusap-usap pantat Wonwoo dengan handuk kecil itu agar semuanya terkena es batu. Memar kemerahan itu terasa perih ketika dikenai es batu yang dingin itu membuat Wonwoo terbangun dari tidurnya.

“Udah bangun, hyung?” Mingyu mendongakkan kepalanya. Ia sedang duduk di lantai sedangkan Wonwoo di sofa.

“Lu lagi ngapain? Gua ga bisa ngerasain tubuh bagian bawah gua.” badan Wonwoo seluruhnya pegal dan sakit akibat Mingyu yang bermain terlalu kasar semalam. Ia tak pernah merasa sesakit ini sebelumnya, rasanya seperti mati rasa.

“Lagi ngompresin pantat hyung pake es batu.” Mingyu memindahkan es batu itu ke bagian yang paling merah. “Hyung marah, ya?”

“Gua ga punya tenaga untuk marah lagi. Buruan lu selesain itu biar gua bisa pake celana.” Wonwoo membenamkan wajahnya di bantal. Rasanya ia ingin tidur seharian, ia benar-benar lemas.

“Sakit banget, ya, hyung?” handuk kecil itu ia pindahkan agar ia bisa mengelus pantat Wonwoo yang masih sangat merah. Wonwoo mendesis, rasanya perih sekali. “Dikit doang.”

“Hyung, kulit lu terlalu sensitif, ya? Gampang banget buat ninggalin tanda kemerahan, kayak kissmark itu.” Mingyu mengoleskan salep agar pantat Wonwoo segera pulih. “Diem, anjir! Malah bahas itu.”

Wonwoo merasa seperti ingin mendesah saat jemari Mingyu menyentuh kulit sensitifnya itu. Jangan-jangan Wonwoo menyukai hal-hal seperti itu juga.

“Sampe kapan lu mau ngelakuin ini terus?” Wonwoo memainkan poninya sendiri yang sudah terlalu panjang. “Hmm? Maksudnya mukulin pantat lu? Kalo lu ga suka gua akan berhenti.”

“Bukan itu, anjing!” sentak Wonwoo lalu melanjutkan ucapannya. “Maksud gua sex, sampe kapan lu mau ngajarin gua?”

“Kenapa? Lu udah mau ngelakuin itu sama Sooah noona?” Wonwoo tersentak bangun dari posisinya. “Bukan gitu!!!”

“Terus kenapa nanya?” Wonwoo terdiam, ia bingung bagaimana harus mengutarakan perasaannya yang sesungguhnya ini. “Emang lu ga ngerasa aneh tah kalo kita ngelakuin ini terus?”

“Kalo hyung bisa lebih jujur,” Mingyu mengambil perban dan membalut luka kemerahan di pergelangan Wonwoo dengan perban itu. “Mungkin di saat itu juga Mingyu akan berhenti ngajarin hyung.”

“Apa maksud—”

“Udah selesai, gua mau mandi dulu.” Wonwoo menatap kedua pergelangan tangannya yang sudah terbalut perban. Ia merasa lebih baikan. Mingyu membuka atasannya, Wonwoo terkejut padahal ini bukan pertama kali ia melihat tubuh gagah itu telanjang.

“Hyung istirahat aja.” ucap Mingyu, senyuman terpatri di wajahnya. Senyuman yang membuat Wonwoo seakan terbang melayang, senyuman yang membuat Wonwoo jatuh cinta padanya lagi.

‘Kalo gua bisa lebih jujur dia akan berhenti ngajarin gua. Apa coba maksudnya, anjir!’ geram Wonwoo dalam hati.