Keluar

“Bantuin apa????” mata Wonwoo terbelalak tidak percaya.

“Cara bersetubuh dengan perempuan, gua ajarin.” ucap Mingyu dengan wajah polos.

“Ajarin gua apa???!!!!” Wonwoo mendaratkan satu tamparan di wajah Mingyu. Mingyu memegangi pipi merahnya kesakitan.

“Aww, sakit.....” rintihnya kesakitan dengan nada pelan.

“Lu yang minta gua gampar!!!” emosinya meluap-luap tak tertampung. “Jangan main-main! Sekali lagi lu kek gitu lu bakal mati, anjing!”

“Bentar, hyung. Gua serius.” Mingyu memegang pipi Wonwoo dengan tangan kanannya, berusaha meredam emosinya.

“Lu udah terbiasa masturbasi dengan cara yang beda, jadi mungkin aja lu ga bisa berdiri lagi. Lu butuh sesuatu untuk muasin lubang lu. Gimana coba kalo lu lagi di ranjang sama seseorang tapi lu ga bisa berdiri? Yang ada lu malah malu-maluin diri sendiri, hyung.” Dada Wonwoo terasa seperti dihujam oleh ratusan anak panah. “Gua ga pernah kepikiran sampe situ!”

“Wonwoo hyung, sex antara perempuan sama laki-laki dalam suatu hubungan itu penting! Kalo lu nanti-nanti terus yang ada malah keburu telat. Jadi terima aja tawaran gua, mumpung gua masih mau ngajarin lu.” Mingyu berkata sungguh-sungguh, lalu melanjutkan ucapannya. “Lebih baik belajar dari awal tapi jangan sama orang lain, sama gua aja. Bahaya kan kalo orang lain tau lu yang sebenernya kek mana? Jadi bukankah gua orang yang sempurna buat ngajarin lu?”

“Jangan ngadi-ngadi ya! Gua emang ga pinter, tapi kenapa gua harus belajar sama lu?!”

“Bukannya gua udah liat semuanya ya? Gimana sukanya lu pas dienakin sama orang?” Mingyu terseyum. Orang ini sungguh gila, pikir Wonwoo. Mingyu berhasil membuat pipi Wonwoo merona lagi.

“Tapi apa ngga ngerepotin lu?”

“Ngerepotin? Ngga, gua malah suka kok.” Suka ngajarin orang bersetubuh? Fix, orang ini benar-benar gila. Gumam Wonwoo dalam hati.

Mingyu tersenyum cerah, gigi taringnya membuat senyumnya menjadi seribu kali lebih manis. “Jadi gimana, hyung? Mau Mingyu ajarin?”

Wonwoo masih menimbang-nimbang tawaran Mingyu. Di satu sisi ia sangat ingin sekali bersetubuh dengan lelaki itu, tapi di sisi yang lain ia berfikir bahwa ide ini benar-benar gila, ia takut hal ini akan merusak persahabatan mereka. Melakukan hal itu dengan Mingyu? Ah, itu merupakan mimpi Wonwoo sejak lama. Mingyu memegang dagu Wonwoo, mengangkatnya sedikit lalu membawa bibirnya untuk bertemu bibir Wonwoo. Bibir Wonwoo terasa sangat lembut dan kenyal, seperti permen yupi. Warna merah muda membuat bibirnya terlihat lebih kissable. Mingyu mencium bibir Wonwoo dengan lembut, tak disangka Wonwoo juga membalas ciumannya. Mereka mengambil nafas sebentar sebelum bibir mereka bertemu lagi. Mingyu melumat bibir sahabatnya itu dengan kasar. Kali ini lebih ganas dari sebelumnya sebab permainan lidah ia sertakan di dalamnya. Ia sesekali menghisap bibir bawah Wonwoo membuat Wonwoo mengeluarkan desahan kecil.

“H–hngg, ahh!” desah Wonwoo saat Mingyu menaruh tangannya di tengkuk Wonwoo dan memperdalan ciuman mereka. Lelaki yang lebih tinggi itu mengusap punggung Wonwoo, mengelitiknya namun terasa nikmat. Wonwoo tersadar ia lagi berada di dalam masalah yang besar. Adik kecilnya di bawah sana sudah meronta-ronta minta dipuaskan. Mingyu menidurkan Wonwoo di bawahnya, dibukanya kaki Wonwoo lebar memperlihatkan penisnya yang sudah menyembul dari dalam boxer. Mingyu berhasil membuat sahabatnya terangsang.

“Oh, lu udah kayak gini, hyung?” Mingyu menatap benda yang berada di antara kedua paha Wonwoo itu, tatapannya seperti singa kelaparan.

“Tapi kita belum ngapa-ngapain selain ciuman...” Celana Wonwoo sudah lembab oleh cairannya sendiri. Wonwoo mengalihkan pandangannya, ia terlalu malu untuk menatap Mingyu. Mingyu membawa bibirnya ke leher Wonwoo, menghisapnya pelan. “Aahhh!”

Kemudian Mingyu memindahkan lidahnya ke telinga Wonwoo, menjilatinya dengan basah. “T–tunggu, Kim Mingyu! Aaaahhhh!!!” Wonwoo mendesah lebih kencang, merasakan sensasi yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Bagaimana bisa Mingyu bisa tahu titik sensitifnya? Padahal mereka belum pernah melakukan ini sebelumnya. Wonwoo merasakan sengatan-sengatan aneh di tubuhnya, dan ia merasa sudah dekat. Dalam satu kali jilatan lagi di telinganya, Wonwoo pun keluar.

‘Anjing, kecepetan!!!’ umpat Wonwoo dalam hati. Ia tak pernah keluar secepat ini sebelumnya.

“Udah keluar? Cepet banget, hyung.” Wonwoo merasa sangat dipermalukan. Ia tak dapat menyembunyikan wajahnya yang merah dan juga penisnya yang sudah basah oleh spermanya sendiri.

“Lu bisa pulang.” Wonwoo beranjak dari tempat tidurnya, hendak ke kamar mandi. “Tapi kita belum selesai...” jawab Mingyu.

“Udah lah! Cepetan lu pulang aja!”

“Tapi lu mau kemana, hyung? Jangan bilang lu malu? Gapapa kok, gua juga kadang-kadang keluar dalam waktu semenit doang.”

“Gua mau ganti celana dalem karena gua keluarnya kecepetan! Udah lu diem aja sih, bangsat!!!” ucap Wonwoo berteriak kesal. Ia memasuki kamar mandi dan membanting pintunya. Mingyu yang kaget hanya bisa duduk diam.

‘Dia keluar tanpa gua sentuh. Antara dia bener-bener sensitif atau dia beneran suka sama gua.’ Mingyu memakai pakaiannya, kaos hitam dan celana pendek hitam. ‘Atau mungkin keduanya...’ lanjutnya dalam hati.

‘Anjir, gua harus gimana? Dia enak banget...’ Kejadian tadi terputar kembali di otak Mingyu. Hanya membayangkannya saja bisa membuat pipinya memerah. Setelah beberapa menit, Wonwoo keluar dari kamar mandi sudah berpakaian rapi.

“Lu masih di sini?” tanya Wonwoo mendapati Mingyu yang masih duduk di kasurnya.

“Ini mau pulang kok.” Mingyu beranjak dari duduknya dan mendekati Wonwoo. Matanya ia fokus kan ke leher Wonwoo dan terbercak di sana sebuah ruam merah yang tak terlalu besar akibat mulut nakalnya tadi. Ia hanya tertawa kecil tanpa memberi tahu sang empunya.

“Kenapa sih, anjir? Buruan pulang sana!”

“Wonwoo hyung, liat ke sini sebentar.” Mingyu terseyum, mengisyaratkan tangannya agar Wonwoo mendekat.

“Apa lagi—” Mingyu menangkup wajah Wonwoo dan menciumnya lembut. “Ini caranya ciuman, hyung. Jangan sampe lupa, ya?”

“Mingyu pulang ya, hyung. Sampai jumpa besok!” Melangkahkan kaki ke pintu, Mingyu meninggalkan Wonwoo dengan perasaan tak karuan. Wonwoo terdiam sebentar, menyentuh bibirnya yang masih basah, sebelum tubuhnya terduduk di lantai.

“Mingyu beneran gila atau apa sih!” teriaknya, merasakan seluruh tubuhnya panas akibat ciuman tadi.