Kissmark

Kamar Mingyu terlihat seperti kapal pecah. Baju mereka berserakan di lantai, piring bekas mereka makan belum dicuci, sampah dan kotoran mengotori lantai, tak lupa kondom bekas pakai tergeletak dimana-mana. Kamar Mingyu yang selalu rapih berubah menjadi seperti ini karena kegilaan mereka sendiri semalam. Wonwoo tidur dengan mendekap Mingyu di tangannya. Mingyu memeluk Wonwoo semalaman, meminta kehangatan dari tubuh telanjang Wonwoo yang menempel dengannya. Tangan Wonwoo sebenarnya pegal sekali, berada di posisi itu dari semalam. Pegal namun ada kenyamanan sendiri ketika ia cuddle bersama sahabatnya itu, rasa saling melindungi dari dingin dan gelapnya malam. Suara notifikasi dari ponselnya membuat Wonwoo membuka manik hitamnya perlahan, Mingyu masih terdekap dalam pelukannya, tertidur dengan lelap. Dengan malas, Wonwoo mengalihkan perhatiannya pada sebuah pesan di ponselnya. Tanpa berfikir panjang, ia segera membalas pesan tersebut. Kemudian melanjutkan mimpinya yang sempat terputus tadi.

***

“Yo!” sapa Seungcheol saat melihat Wonwoo memasuki ruang ganti. Tangannya sedang sibuk mengganti pakaiannya dengan seragam kerja.

“Kita satu shift lagi, hyung?” kata Wonwoo menanggapi. Ia mengekor apa yang dilakukan Seungcheol, mengambil seragamnya dari dalam loker dan mulai berganti pakaian.

“Iya, hari ini kita sampe tutup.” Ia melirik ke arah Wonwoo yang sedang melucuti pakaiannya. Matanya terfokus pada ruam-ruam merah yang menghiasi tubuh Wonwoo. “Eh, badan lu kenapa merah-merah gitu?”

Mata Wonwoo berpindah ke objek yang dibicarakan lawan bicaranya itu. “Oh ini, gua beberapa hari ini nginep di rumah Mingyu terus. Kayaknya gara-gara itu deh.”

“Lu masih nginep tempat Mingyu?” tanya Seungcheol yang masih menatap ruam merah itu. “Iya, mungkin sampe AC gua bener.”

“Keknya gara-gara digigit nyamuk deh, tapi kok ga gatel.” lanjut Wonwoo yang sekarang sedang mengancingi seragamnya.

“Lu beneran tidur sama dia?” Seungcheol melipat baju gantinya dan memasukkannya ke dalam loker. “Iya, katanya gapapa kok.”

“Bukan itu, maksudnya sex.” Wonwoo terpaku, bajunya yang belum terkancing ditarik oleh Seungcheol agar ia dapat melihat ruam merah itu lebih jelas.

“Nyamuk apaan anjir, ini mah bekas cupang.” Seungcheol membuka baju Wonwoo, mengekspos kulit putihnya. “Hah, apaan sih hyung?!”

“Lu beneran ga tau? Bekas cupang alias kissmark.” ucapan Seungcheol membuat jantung Wonwoo loncat. “Kiss apa???!!!!”

“Gua ga peduli kalo dia mau pamer atau apapun itu, tapi lu harus tutupin apalagi lagi kerja gini.” Seungcheol mengulurkan sebuah plester, yang dibalas oleh ucapan terima kasih dari Wonwoo.

“Gua keluar duluan, inget pakein itu dulu baru lu keluar.” Seungcheol melangkahkan kakinya keluar ruang ganti meninggalkan Wonwoo yang geram dengan tingkah Mingyu.

“Anjing, gila lu ya Kim Mingyu!!!!!!” Wonwoo memukul kepalanya sendiri kesal. Andai saja Mingyu ada di situ sekarang, mungkin ia akan habis digampar Wonwoo.

‘Karena ucapan bodohnya: Mingyu mau ngajarin Wonwoo hyung. Gua jadi ngeue terus sama dia seminggu belakangan ini. Gara-gara gua make alesan AC gua yang masih rusak, gua jadi tinggal di apartement Mingyu untuk sementara waktu. Berangkat dan pulang sekolah bareng, makan bareng, nugas bareng, dan juga........

“Wonwoo–ya.....” Mingyu memeluknya dari belakang, pelukan yang seakan melarang Wonwoo untuk tidur. “Lu mau langsung tidur gitu aja?”

Dengan satu kalimat itu, malam panas mereka dimulai lagi. Wonwoo sudah siap dengan pose seduktifnya, pantatnya terangkat ke atas menungging, memperlihatkan lubangnya yang sudah meronta-ronta minta diisi. Badannya bertumpu pada kedua tangannya yang gemetar, siap ambruk kapan saja. Mingyu menatap sahabatnya itu mulai dari pantat mulus Wonwoo. Indah, pemandangan yang indah sekali. Mingyu terdiam sejenak, menikmati keindahan di bawahnya itu.

“Gila, cantik, indah. Indah banget lu, Wonwoo–ya!” Mingyu menyeringai, seringai yang menandakan akal gilanya sudah menyala. Berikutnya, Mingyu mengocok kepunyaannya sendiri yang sudah tegang hanya karena pemandangan indah itu lagi. Ia mengitari bukaan Wonwoo dengan penisnya, menggeseknya dengan tempo pelan.

“Hngghhh... Mingyu hyung masukin..........” ucap Wonwoo memohon. Lubangnya sudah sangat lapar minta diisi.

“Masukin apa, hm?” goda Mingyu dengan terus menggesekkan penisnya itu.

“Anu......”

“Anu apa, sayang?” pipi Wonwoo memerah, baru kali ini Mingyu memanggilnya sayang.

“Kontol Mingyu hyung... m–masukin.” imajinasi Wonwoo sudah melalang buana.

“Masukin dimana?” Mingyu kembali lagi dengan tingkah sok polosnya.

“Ke lubang Wonwoo hnggg, masukin kontol Mingyu hyung ke lubang Wonwoo. Wonwoo mau diisi penuh, Wonwoo mau dipuasin sama— aahhh!!!!” nafas Wonwoo tercekat saat Mingyu menghujam lubangnya dengan kasar.

“Ah! Kamu enak banget, sayang. Aku beruntung bisa jadi satu-satunya yang bisa giniin kamu.” Wonwoo meremas sprei di bawahnya ketika gerakan Mingyu di analnya makin cepat.

“Bangsat! Kamu lagi keenakan ya, hm? Lubang kamu tambah ngejepit kontol aku kenceng banget.” Lubang Wonwoo semakin berkedut membuat penis Mingyu semakin enak. Dipijatnya penis itu dengan dinding-dinding analnya.

“Bisa-bisanya ya lubang kamu masih sempit gini, sayang. Padahal udah aku masukin berkali-kali sejak kemaren. Enak ga kontol aku, Wonwoo–ya?” Pergerakan penis Mingyu semakin cepat, suara cepakan saat kulit mereka bertemu menggema di seluruh ruangan.

“E–enak mmhhhh... enak banget hyung! Lebih cepet ahh!” tangan Wonwoo tak dapat menopang tubuhnya lagi, ia ambruk ke kasur. Mingyu menuruti permintaan sahabatnya dan menghujam Wonwoo lebih cepat, lebih dalam, sampai ia bertemu dengan titik nikmatnya.

“Aku sebenernya ga suka posisi kek gini, soalnya ga bisa ngeliat wajah kamu. Wajah kamu yang lagi keenakan karena kontol aku, wajah kamu yang memerah bercampur keringat, mulut kamu yang terbuka tak henti-hentinya mendesah, neriakin nama aku. Kalo kamu gimana Wonwoo–ya? Suka ga posisi kayak gini?” tidak, sama seperti Mingyu, Wonwoo tidak suka posisi ini. Namun posisi ini membuat penis Mingyu bisa merobek Wonwoo lebih dalam.

“Wonwoo–ya, liat sini.....” Mingyu mencondongkan wajahnya, kepala Wonwoo ia tengokkan ke samping agar Mingyu bisa mencapai bibirnya. Dilumatnya bibir Wonwoo penuh nikmat, lidah mereka beradu di dalam sana, saling bertukar saliva. Tak lupa Mingyu menciumi seluruh badan Wonwoo yang dapat dijangkaunya, menghisapnya sesekali, mulai dari punggung sampai pipi bokongnya itu.

Mingyu menggenjot Wonwoo semakin cepat, desahan Wonwoo kacau. “Anjing, mau keluar hnggh!!!!” dalam sekali hentakan lagi Mingyu menyemburkan benihnya di dalam Wonwoo. Wonwoo mencapai titik putihnya, seluruh badannya tremor, mata yang hanya tersisa warna putih, bibir terbuka lebar tanpa bisa mengeluarkan suara apapun. Wonwoo pusing. Di kepalanya hanya ada Mingyu, sentuhan Mingyu.

“Anjing, lu enak banget jalang!”’

Wonwoo baru tersadar, ruam merah di tubuhnya itu disebabkan oleh bibir nakal Mingyu.