Mingyu hyung

“B–bentar, lu punya kondom ga?” tahan Wonwoo. Mingyu hampir saja masuk.

“Ah, ga punya.....” Mingyu baru tersadar bahwa ia tidak mempunyai satu kondompun. Buat apa menyimpan kondom kalau partner saja tidak punya?

“Emang ga bisa kita langsung aja? Nanggung loh, hyung.” Mingyu memposisikan kepunyaannya di pintu masuk Wonwoo, yang tentu saja mendapat balasan berupa tamparan keras.

“Kenapa loh, hyung? Nanti Mingyu bersihin kok.” Mingyu tersenyum kesakitan.

“Ga mau, njir! Lu ga mikirin apa tempat itu.....” ucapnya gelagapan.

“Kenapa memang? Mingyu tau kok kalo hyung orangnya bersih.” matanya menatap lubang Wonwoo yang berkedut minta diisi.

“N–ngga, tetep aja!” Wonwoo sebenarnya bingung dengan perasaannya sendiri, dia ingin merasakan penis Mingyu di dalamnya, namun harus memakai kondom.

“Gapapa loh, hyung. Tenang aja.” Mingyu mendekatkan lagi miliknya di depan lubang Wonwoo, perlahan-lahan memasukinya.

“ANJING DENGERIN GUA!!!!” Wonwoo berteriak keras, namun penis Mingyu lebih keras lagi menghujamnya.

“Aahhh! Mingyu, ahh!!!” desah Wonwoo kencang. Ia dapat merasakan penis Mingyu yang besar masuk dan membuka lebar lubangnya.

“Panggil gua Mingyu hyung, atau gua bakal cabut kontol gua.” ucap Mingyu, gerakannya terhenti.

“Mingyu hyunghhh.....” Mingyu berhasil memerintah yang lebih tua itu untuk memanggilnya hyung, libidonya naik. Beberapa detik kemudian, Mingyu mulai menggerakan pinggulnya, menggenjot penisnya di dalam lubang Wonwoo yang tak henti-hentinya memijat penis besarnya tersebut.

‘Ah, dia benar-benar di dalam gua. Rasanya panas.’

Mingyu melebarkan kaki Wonwoo, menekuknya hingga mengenai dada Wonwoo, agar lubang yang sedang ia hujam itu terpampang jelas di hadapannya.

“Sakit ga?” Wonwoo tak dapat membuka matanya, perasaan sakit dan nikmat ini terlalu memabukkannya.

“Wonu bilang kan jangan masukin, hyung!” mendengar Wonwoo memanggilnya sekali lagi membuat Mingyu tambah bergairah.

“Maaf ya, hyung masukkinnya kecepetan tadi.” dikecupnya pipi Wonwoo dengan lembut. Ah, kecupan Mingyu sangat nyaman.

“Besok-besok jangan lupa pake kondom! Kalo ga Wonwoo tabok loh!” ancam Wonwoo yang malah terlihat menggemaskan. Mingyu mengecup Wonwoo sekali lagi lalu ia mengangkat pinggul Wonwoo sedikit agar penisnya bisa masuk lebih dalam lagi. Mingyu mengeluarkan penisnya dan dalam satu hentakan lubang Wonwoo terisi penuh lagi, bahkan lebih dalam dari tadi. Lenguhan Wonwoo terdengar sangat panas di telinga Mingyu. Ia melumat bibir Wonwoo agar ia tidak terlalu sakit. Mingyu mendorong penisnya lagi dengan kencang, menggerakkannya keluar masuk sampai ia menemukan titik nikmat Wonwoo. Wonwoo mendesah kencang merasakan titik tersebut dihujam tanpa ampun. Mingyu sengaja tidak menutupi mulut Wonwoo. Ia ingin mendengar betapa lacurnya Wonwoo di bawah kuasanya.

“Mingyu hyung hnggg... enak arghhh!!!!”

“Gedean mana dildo lu atau kontol gua?” bisik Mingyu di telinga Wonwoo.

“A–apa?”

“Lu masih belum tau, hah? Biasanya sampe mana lu masukin dildo itu? Sampe mentok?” Mingyu mengeluarkan penisnya untuk sepersekian detik sebelum menumbuk titik nikmat itu lagi dalam sekali dorongan. Lubang Wonwoo semakin berkedut seperti memijat penis Mingyu dengan dinding-dinding analnya.

“Hyung nghhh.. terus!” sesuai perintah, Mingyu menggerakkan pinggulnya lebih cepat. Desahan mereka berdua memenuhi ruangan.

“B-bentar, jangan liat Wonwoo! Rasanya aneh, Wonwoo ga suka.” Wonwoo membuang kepalanya ke samping. Mulutnya terbuka lebar, air liurnya menetes ke dagunya.

“Lu ga suka? Tapi ini lo suka tuh.” tangannya meremas penis Wonwoo kuat, jempolnya memberi penekanan pada kepala penis Wonwoo.

“Keluarin dulu....” menuruti permintaan Wonwoo, Mingyu mengeluarkan penisnya yang masih tegang.

“Liat ini, Wonwoo–ya. Liat gimana kita terhubung.” penis Mingyu sudah basah oleh precumnya sendiri, sedikit demi sedikit menetes ke sprei putihnya.

“Liat lubang lu udah basah gini, merah, berkedut minta dipuasin terus. Kok lu ga ada bedanya ya sama cewe, bahkan lu ga ada bedanya sama jalang. Ngeue sama sahabat sendiri bikin lo lebih sange, ya? Dasar Jeon Wonwoo, jalang!” direndahkan oleh Mingyu tak membuat Wonwoo marah sama sekali, bahkan libidonya tambah naik seribu kali lipat. Wonwoo tak pernah membayangkan direndahkan dan dilecehkan Mingyu seperti ini malah membuatnya puas.

Mingyu memasukkan penisnya lagi perlahan, lubang Wonwoo refleks langsung mengikatnya. “Lubang lu kayak nelen kontol gua dalem banget, sampe-sampe susah buat ngeluarinnya. Lu beneran mau gua cabut kontol ini dari dalem lu?”

Tidak, sama sekali tidak. Wonwoo masih ingin diisi penuh oleh penis Mingyu, Wonwoo masih ingin Mingyu menghujam prostatnya berkali-kali sampai ia keluar, Wonwoo masih ingin Mingyu memuaskannya. Seakan membaca pikiran Wonwoo, laki-laki itu melanjutkan aktivitasnya.

“Wonwoo-ya, enak ga?” ekspresi yang Wonwoo buat saat itu sangat erotis.

“Aahhh, s–stop!”

“Lu harus bilang enak apa ngga.” Mingyu mengangkat pinggul Wonwoo lebih tinggi lagi, gerakannya sangat cepat.

“Aahhh!! Hnggg ahh......” desahannya terdengar tambah vokal.

“Stop, Mingyu hyung......”

“Kenapa sih lu nyuruh berhenti terus? Udah becek gini padahal.” Mingyu tak berhenti, ia malah menumbuk prostat Wonwoo lebih kuat lagi.

“Hmm? Wonwoo–ya, enak ga?” tangan Wonwoo ia gunakan untuk menutup mulutnya sendiri. “Jangan ditahan, gua pengen denger lu ngedesah keenakan, gua pengen denger lu neriakin nama gua.”

Penis Mingyu sudah sepenuhnya mengisi lubang Wonwoo, tampak cairan putih mengalir keluar. Nafas Wonwoo tercekat, ia melenguhkan badannya ke atas, tak tahan dengan semua kenikmatan yang Mingyu berikan. Mingyu mengerang saat merasakan ejakulasinya sudah dekat.

“Aahhh... mau keluar!” Mingyu memuntahkan semua cairannya di dalam Wonwoo, sedangkan Wonwoo keluar di perutnya. Lubang Wonwoo masih berkedut terasa hangat dan penuh, sperma Mingyu mengalir keluar dari analnya saat Mingyu mencabut penisnya. Pemandangan yang tak pernah ia lihat sebelumnya memanjakan mata Mingyu. Di bawahnya terbaring sahabatnya dengan tubuh yang basah akan keringat dan sperma mereka sendiri. Sial, Jeon Wonwoo terlihat sangat indah.

Mingyu mengusap wajah Wonwoo lalu menciumnya pelan. Wonwoo merasa sedikit takut, setelah dia mendapatkan kenikmatan semacam ini, apakah ia puas hanya dengan menjadi seorang teman? Apakah ia bisa bertahan jika ia harus berpisah dengan Mingyu suatu hari nanti?

Cosmic radiation