Nugas

Waktu sudah menunjukkan pukul dua malam namun Wonwoo masih berkutat dengan laptop di hadapannya. Tangannya bergerak cepat mengetik materi yang ia cari, matanya menyusuri halaman web yang muncul di layar. Badannya sudah pegal sedari tadi berada di posisi ini, begitu juga matanya yang sudah pedih akibat layar laptopnya. Wonwoo baru pulang kerja jam 11 malam tadi akibat mengganti shift temannya yang kecelakaan. Setelah sampai apartment, lebih tepatnya apartment Mingyu, ia segera membersihkan tubuhnya yang sudah lengket akan keringat itu, setelah itu ia makan ramen pedas kesukaannya. Ah, hari ini benar-benar hari yang melelahkan.

“Gua nyerah, anjing!!!” Wonwoo berteriak geram. Materi yang ia dapatkan belum cukup lengkap, sudah ia cari kemana-mana namun belum dapat juga. Wonwoo menariki rambutnya frustasi, rasanya ia ingin menyerah saja.

“Masih banyak yang belum selesai, hyung?” Mingyu yang daritadi tiduran di kasur sambil memainkan ponselnya berjalan mendekati Wonwoo.

“Baru setengah. Lu tidur aja, gyu. Mau gua matiin lampunya?” ucap Wonwoo namun tatapannya masih terpaku pada layar laptop.

“Mau gua bantuin?” Mingyu duduk di samping Wonwoo dan mengintip layar laptopnya.

“Ga usah, Gyu. Ini kan tugas gua, lu tidur aja udah malem. Besok kan ada kelas pagi.”

“Tapi lu keliatan cape, hyung.” mata Mingyu mengikuti arahan kursor laptop dan membaca sekilas materi tugas itu.

“Kayaknya gua ada matkul itu juga deh semester kemaren. Bentar,” Mingyu beranjak dari samping Wonwoo untuk mengambil laptopnya yang berwarna putih. Dihidupkannya laptop itu lalu tangannya yang lihai membuka folder dokumen untuk mencari file yang ia maksud.

“Nah ini!” seru Mingyu yang membuat Wonwoo mengalihkan perhatiannya. Wonwoo memindai dokumen word yang Mingyu tunjukkan. “Gimana? Bisa dipake ga materinya?”

“Wah! Bisa, Gyu. Kalo gitu tinggal gua copy paste doang dong!” ucapnya antusias.

“Nih pake flashdisk gua.” Mingyu memasukkan flashdisk 16GB-nya ke dalam slot di laptopnya lalu memindahkan file tadi.

“Wahhh!!! Hebat! Makasih, Gyu!” Wonwoo segera mengambil flashdisk itu dari tangan Mingyu dan memindahkan file tadi ke laptopnya.

Tanpa aba-aba Wonwoo melingkarkan tangannya pada tubuh Mingyu, memeluknya hangat, merasakan kehangatan di malam dingin itu. Tubuh Mingyu yang tinggi dan besar itu sangat nyaman untuk dipeluk. “Lu tau kalo gua suka sama lu, kan?” ucapnya tanpa sadar.

Tiba-tiba semuanya hening, tak ada tanggapan apa-apa dari Mingyu. Yang mereka dengar adalah suara dentingan jam yang terus berjalan detik per detik. Wajahnya memerah padam saat menyadari apa yang baru saja ia katakan dan lakukan. Ia melepaskan pelukan sesaatnya itu dan refleks mendorong Mingyu.

“B–bukan gitu! Gua cuma berterimakasih.....” ucapnya gelagapan. Kedua tangannya memegang bahu Mingyu, kepalanya menunduk, menyembunyikan wajah merahnya itu.

‘Apa yang barusan gua bilang, anjing! Pasti gara-gara kecapean nih.’ marahnya pada diri sendiri.

“Lu tidur aja, gua mau lanjut nugas. Makasih udah bantuin.” ucapnya salah tingkah. Mingyu terdiam, bingung akan respon apa yang harus ia berikan. Apakah ia harus menjawab pertanyaan Wonwoo?

Alih-alih menjawab pertanyaan itu, ia malah memberi kecupan pada bibir Wonwoo. Bibir yang menjadi kesukaannya sejak ciuman pertama mereka. Tangannya ia pindahkan ke tengkuk Wonwoo untuk memperdalam ciuman mereka. Ciuman mereka semakin intens saat Mingyu menggigit bibir bawah Wonwoo lalu melumatnya pelan. Wonwoo membalas dengan memainkan lidahnya agar bertautan dengan lidah Mingyu, saling bertukar saliva. Mereka sudah tenggelam dalam ciuman manja itu sampai Wonwoo tak sadar menjatuhkan flashdisk yang ia pegang daritadi. Wonwoo merasa seperti semua penatnya hari ini sudah dihilangkan oleh ciuman Mingyu, semua beban di hidupnya seakan-akan sudah diangkat. Rasanya sudah lama Wonwoo tidak mencicipi bibir sintal Mingyu akibat ia terlalu sibuk dengan pekerjaannya.

“Mhhmm, ahh!” Rasanya sungguh nikmat, pikir Wonwoo. Ciuman itu membuatnya candu. Ciuman mereka terhenti saat keduanya berusaha mengambil oksigen untuk mengisi paru-paru mereka. Benang saliva terjalin menghubungkan bibir mereka berdua. Nikmat. Tak ada sedikitpun nafsu yang tersirat di dalamnya, semuanya murni akan kasih sayang yang mendebarkan.

“Kalo gitu Mingyu tidur duluan ya, hyung.” ucapnya dengan nada yang sangat lembut. Dibelainya pipi Wonwoo sebentar sebelum Mingyu berbalik untuk tidur. Jantung Wonwoo berdetak tak karuan, rasanya seperti ada ratusan kupu-kupu di perutnya.

Langkah Mingyu terhenti saat ia merasakan sesuatu yang aneh. Pipinya memerah, badannya panas dingin dan jantungnya berdegup semakin cepat, sama seperti apa yang Wonwoo rasakan.