Pahit

Tirai yang tergantung di jendela kamar menambah sinar oranye pada cahaya pagi, matahari terbit pagi ini terlihat sempurna. Wonwoo menarik nafas dalam-dalam. Hari yang baru telah dimulai. Ia membuka matanya perlahan-lahan dan mendapati sahabatnya itu masih tertidur pulas. Matanya terpejam dengan damai, bulu matanya yang panjang mempercantik wajahnya, hidung mancungnya yang simetris, pipinya yang tirus, bibir ranumnya yang selalu lembab. Masih pagi gini namun Kim Mingyu sudah terlihat sangat mempesona. Seketika Wonwoo teringat bagaimana bibir itu memuaskannya tadi malam. Wonwoo tersentak bangun, jantungnya berdetak lebih kencang, dibukanya sedikit selimut putih yang menghangatkannya tadi malam, dan di bawah sana masih basah. Lubang Wonwoo masih lengket dengan orgasmenya Mingyu. Ia segera bangun dan beranjak ke kamar mandi, membersihkan kekacauannya tadi malam.

“Lu udah bangun?” ucap Wonwoo, tangannya masih sibuk mengeringkan rambutnya dengan handuk. Mingyu sudah berpakaian dan duduk santai di kursi dekat kasurnya. “Iya. Lu kok ga bangunin Mingyu sih, hyung? Kan biar Mingyu bisa bantuin bersih-bersih.”

“Anjir gua udah gede ya, bukan bocah berumur lima tahun lagi.” protes Wonwoo.

“Ga gitu... maksudnya Mingyu mau bantu bersihin dalem–” lemparan handuk Wonwoo sukses mendarat di kepalanya. “Gua bisa bersihin sendiri!!!!!”

“Hyung mau pulang?” tanya Mingyu.

“Iya, tapi mau ngerokok dulu bentar.” ia merogoh sebatang rokok dan korek api dari kantongnya. Ia menempatkan rokok itu di mulutnya lalu menyalakannya sebelum rokok itu berpindah di antara jari telunjuk dan jari tengah. Ia menghisap batang rokoknya dengan satu hisapan panjang sebelum menghembuskan asap rokok dari celah mulutnya.

“Tukang AC-nya kapan mau dateng?” mata Mingyu terpaku pada Wonwoo namun tangannya sibuk mengetik laptop di hadapannya. “Ga tau.”

“Udah sih biarin aja, kan hyung bisa nginep di sini. Sebentar lagi juga musim dingin.” ucap Mingyu santai.

Wonwoo menghisap rokoknya sebelum menganggapi, “Ribet bolak-baliknya, Gyu.”

“Tapi kan ada Mingyu di sini.” ucapnya dengan nada menggemaskan. Kedua tangannya bertumpu sehingga membentuk kelopak bunga. Wonwoo tak menghiraukan, ia sibuk dengan rokoknya. “Anjir, tanggepin dikit kek huuu.”

“Kalo hyung stay di sini kan Mingyu bisa ngajarin lebih banyak lagi.” ucapnya cengegesan.

“Ajarin apa—” Wonwoo terkejut, rokoknya terjatuh ke lantai. “Maksud lu masih ada yang lain lagi?!”

“Ya iya lah, hyung. Lu pikir cukup cuma ngelakuin sekali doang? Gua ga yakin kalo yang kemaren udah bener, lu keluarnya kecepetan, lu ga bisa mengekspresikan diri lu dengan baik, lu keliatan kayak ga peduli sama partner lu. Apa lu inget apa yang kita lakuin semalem?” perkataan Mingyu membuat Wonwoo membeku. Ia bahkan tidak bisa membantah.

“Mingyu lagi searching di internet...” Wonwoo berjalan menghampiri Mingyu dan mengintip layar laptop. Di halaman website itu tertulis '48 Japanese Sex Positions'. “Anjing, apa-apaan ini???”

“Gimana kalo kita nyontohin semua ini?” Mingyu menggulir mousenya ke bawah. “48? Sebanyak itu??!!!!”

“Apa ga aneh semua sih, Gyu?” Wonwoo melihat dua orang laki-laki sedang bersetubuh, namun dengan posisi yang aneh, seperti orang yang sedang melakukan akrobatik.

“Apa ga terlalu susah sih, Gyu. Terus mau berapa lama kita ngelakuin itu semua. Protes Wonwoo sekali lagi. Mata Mingyu berbinar-binar, ia terlihat sangat tertarik dengan itu semua.

“Hyung mau coba yang mana? Pilih aja satu.”

“Anjir, lu bener-bener serius?” Wonwoo mengamati satu-persatu gambar di layar laptop, dan pilihannya jatuh pada satu posisi dimana satu orang tiduran di bawah dengan kaki mengkangkang, dan satu orang lagi wajahnya berada tepat di selangkangan orang tersebut. “Yang ini?”

“Okay, kita coba sekarang.” wajah Mingyu terlihat bahagia.

“Sekarang?!” tanya Wonwoo yang hanya diiya-kan. “Tapi masih pagi gini, astaga.”

“Justru malah bagus, biar tubuh lu bisa lebih fokus.” jawab Mingyu, entah teori darimana.

“Ya iya sih, tapi kan......” Wonwoo mulai gugup.

“Hyung ga mau?” Mingyu menatapnya sendu. Ugh, bagaimanapun Wonwoo tidak pernah menang dari Mingyu.

Mingyu menggendong Wonwoo dan memposisikannya untuk duduk di atas meja. Dilucutinya celana Wonwoo, dan dilebarkan pahanya mengekspos kepunyaan Wonwoo yang belum tegang. Mingyu mulai menjilati penis Wonwoo, lidahnya yang nakal bermain kesana kemari mulai dari kepala penis sampai ke pangkalnya. Wonwoo tersentak saat Mingyu memasukkan penisnya ke dalam lorong hangat kecilnya. Mulutnya terasa penuh apalagi saat Wonwoo mulai membesar. Ia pun mulai mengulum penis sahabatnya itu dan mengocoknya dengan penuh perasaan. Begitu lambat hingga Wonwoo merasa begitu nikmat. Wajah Wonwoo ditolehkan ke belakang.

“Ng–nghhh.... Mingyu hyung!” desah Wonwoo memanggil namanya, seperi tahu benar kesukaan sahabatnya itu.

‘Ini beneran nyata. Mulut Kim Mingyu lagi mengulum gua sekarang. Gua ga pernah berani ngebayangin hal ini sebelumnya.....’ Wonwoo mengigit bibir bawahnya agar desahannya tidak terlalu kencang. Mingyu membawanya lebih dalam lagi sampai pangkal tenggorokkannya. Ah, rasanya benar-benar hangat dan basah. Lidah Mingyu bermain-main dengan lihai di dalam sana, menjilatinya dengan bentuk memutar, menggerakkannya maju mundur. Mulutnya sungguh nikmat.

‘Ah, gua bisa gila! Bagian dalem mulutnya panas banget. Lidahnya–”

“Ahhh!!” desahan Wonwoo semakin menjadi-jadi saat Mingyu menjilat kepala penisnya. Wonwoo mengarahkan tangannya untuk mendorong Mingyu lebih dalam lagi.

‘Dan juga tatapannya....’ Mingyu menatap Wonwoo sambil terus memainkan mulutnya. Mata yang terlihat begitu kelaparan.

“Wonwoo–ya...” Wonwoo menutup mulutnya dengan telapak tangan.

“Enak ga sepongan gua? Kontol lu gede juga ya ternyata, atau mulut gua yang kekecilan? Mulut gua kerasa penuh banget. Gini ya rasanya jadi lu semalem? Waktu lubang lu gua isi sama kontol gua sampe lo penuh banget dan becek, sampe-sampe gua susah gerak. Baru tau gua rasanya diisi tuh kek gini, pantesan lo suka. Gua tebak pasti lubang lu udah meronta-ronta minta ditusuk sama kontol gua lagi.” Mingyu kembali lagi dengan dirty talknya. Bibirnya begitu manis, namun ucapannya sangatlah kotor.

“Ahh, Mingyu hyung! Wonwoo mau keluar nghhh...” Wonwoo memejamkan matanya sambil mulutnya melontarkan suara yang membuktikan betapa nikmatnya detik-detik cairannya mengalir bebas keluar dari kejantanannya. Wonwoo mendorong kepala Mingyu agar menjauh dari penisnya. Namun Mingyu malah menelan penis Wonwoo lagi.

“Ahh! Mingyu hyung mulutnya... awasin ahhhh!!!!!” Wonwoo bergetar hebat, cairannya tumpah semua di dalam mulut Mingyu. Dikeluarkannya penis Wonwoo, lalu Mingyu memindahkan mulutnya yang masih penuh sperma itu untuk mencium Wonwoo.

“Mmphhh... ahh!” Mingyu memainkan lidahnya di dalam sana berbagi cairan putih itu agar Wonwoo dapat merasakannya juga.

“Anjing, gila lu ya!” teriak Wonwoo, namun ia tidak memuntahkan apapun, bahkan malah menelannya.

“Siapa tau lu penasaran. Gimana rasanya? Enak?” Mingyu mengelap sperma yang menetes dari mulut Wonwoo. “Semennya orang perokok rasanya lebih pahit.”

“Terus salah gua gitu?!” ucapan Wonwoo teredam oleh ciuman Mingyu. Bibir Wonwoo diserang habis-habisan, dan Wonwoo sama sekali tidak akan mengeluh.

“Jadi apa yang harus kita coba selanjutnya?”