Pertarungan Alpha

Perasaan Mingyu sedari tadi gelisah bercampur khawatir. Bagaimana tidak, Jeon Wonwoo, omeganya, sedang dalam masa estrus. Mingyu baru mengetahuinya tadi, karena Wonwoo mengiriminya pesan meminta tolong. Mingyu tak menyangka Wonwoo akan on heat sekarang, dalam keadaan seperti ini, ketika mereka berdua lagi sibuk photoshoot Cosmopolitan bersama Seungkwan dan Dokyeom. Memang Mingyu sedikit mencium pheremones-nya Wonwoo sewaktu photoshoot tadi tapi ia tak dapat berbuat apa-apa selain menunggu photoshoot ini selesai. Mingyu tak dapat fokus dalam menjalani photoshootnya, yang ada di pikirannya sekarang hanyalah Wonwoo. Pheromones Wonwoo sangatlah kuat, ia takut ada alpha lain yang menemukan Wonwoo lalu menghabisinya. Apalagi Wonwoo kehabisan pillnya yang harus ia minum setiap hari. Ah, ini sangatlah buruk.

Mingyu baru menyelesaikan photoshootnya, ia segera membuka ponselnya dan betapa terkejutnya ia saat mendapat banyak pesan dari Wonwoo. Ada seseorang yang menemukan Wonwoo, dan orang itu berhasil mendobrak masuk. Mingyu mengepalkan tangannya, amarahnya mulai meluap-luap. Ia tak rela jika omega kesayangannya itu disentuh oleh alpha lain. Kalau sampai hal itu terjadi Mingyu tak segan-segan untuk membunuh alpha itu di tempat. Mingyu segera lari ke ruang ganti tempat Wonwoo berada, skenario-skenario mengerikan sudah tergambar di benaknya. Ia takut, takut sekali. Ia menyesal tak langsung menemui Wonwoo saat pertama kali mendapat pesan.

Langkah Mingyu semakin mendekat ke ruangan tersebut, samar-samar terdengar suara berisik dari dalam sana. Pikirannya sudah sangat kacau, ia berlari semakin cepat. Langkahnya terhenti di depan sebuah pintu yang sudah hancur, terdapat tanda-tanda bekas tendangan dan dobrakan di sana. Jantung Mingyu seakan jatuh ke mata kaki saat ia melihat omeganya itu menunggingkan bokongnya di sebuah sofa pada seorang lelaki yang bertubuh lebih besar darinya. Lelaki itu sudah menanggalkan atasannya, ia berada di atas Wonwoo dengan mulut yang terbuka lebar hendak mengigit leher Wonwoo. Dengan sigap Mingyu segera menendang tubuh orang tersebut hingga terjatuh ke lantai.

“Daddy!!!!” Wonwoo terlihat sangat shock, ia menyelimuti tubuhnya dengan pakaian Mingyu, sambil mengamati dengan takut pertarungan di antara kedua alpha tersebut.

Mingyu segera duduk di atas tubuh lelaki tersebut, amarahnya tak dapat tertampung lagi. Ia mengepalkan tangannya lalu mendaratkan pukulan keras di pipi lelaki itu. Tak mau kalah, lelaki itu menarik kaos hitam Mingyu kuat-kuat, tangannya ia letakkan di leher Mingyu mencekiknya. Mingyu yang merasa nafasnya tercekat segera menarik paksa tangan itu dari lehernya, tapi semuanya sia-sia, tenaga lelaki itu jauh lebih besar darinya. Lelaki itu membalikkan tubuh Mingyu sehingga ia berada di atasnya sekarang. Mingyu tak menyerah di situ saja, tangannya yang bebas ia gunakan untuk menghajar wajah itu berkali-kali sampai hidung lelaki itu berdarah. Lelaki itu semakin mengencangkan cekikannya, kini tangannya yang kiri ia gunakan untuk mendaratkan tinjuan-tinjuan keras di wajah tampan Mingyu.

“Pake kaki, daddy!” teriak Wonwoo. Mingyu langsung menggerakkan kaki kanannya untuk menendang selangkangan lelaki itu. Bagian tubuh laki-laki yang terlemah ada di selangkangannya, kan? Lelaki itu meringis kesakitan, sambil memegangi selangkangannya. Mingyu segera bangkit, tangannya memegangi pipinya yang sedikit berdarah akibat hantaman lelaki itu. Ia mendorong lelaki itu ke tembok, mengukungnya dengan kedua tangannya sampai gerakan lelaki terkunci rapat.

“Lu mau ngapain omega gua, anjing! Dia tuh punya gua doang, berani-beraninya ya lu nyentuh dia, bangsat!” teriak Mingyu, alisnya menukik tajam. Ia ingin sekali membunuh laki-laki itu sekarang juga.

“Suka-suka gua dong! Di lehernya aja belum ada tanda apa-apa, berarti dia bukan punya lu!” jawab lelaki itu. Memang benar, Mingyu belum memberi tanda pada leher Wonwoo, tapi bukan berarti alpha lain bisa memilikinya seenak jidat.

“Bangsat lu, ya!” Mingyu menendang perut lelaki itu dengan lututnya berkali-kali, membuatnya mengerang kesakitan sambil memegangi perutnya. Lelaki itu tak tinggal diam, ia mengeluarkan pisau dari dalam kantong celananya lalu mengarahkannya pada Mingyu. Refleks Mingyu sangat cepat, ia langsung menghindar. Diayunkannya pisau itu berulang-ulang kali, namun Mingyu tak membiarkan sedikitpun menyentuhnya. Wonwoo tak dapat berbuat apa-apa, sekujur tubuhnya lemas, ia hanya dapat berharap cemas sambil memandangi pertarungan itu. Lelaki itu merobek kaos Mingyu dengan sayatan-sayatan pisau, membuat kulit putih Mingyu terekspos.

“Daddy!!!!!!” teriak Wonwoo saat melihat tubuh Mingyu tertusuk oleh pisau tajam itu di bagian dada. Mingyu memegangi pisau itu agar tak menusuk lebih dalam. Sialan, ini semua karena dirinya sedikit lengah tadi.

“Bangsat, lepasin gua!!!!!” Tenaga Mingyu ia kerahkan untuk menarik pisau itu keluar namun ditahan oleh lelaki itu. Luka tusukan itu terasa sangat perih saat pisau itu bergesekan dengan kulitnya. Dalam satu kali tarikan pisau itu berhasil tercabut. Mingyu terduduk lemas, darah mengalir dari lukanya. Sakit, perih, kepalanya pusing. Pandangannya mulai buram, ia hendak terjatuh namun seseorang menangkapnya.

“Seungkwan! Tolong bawa Mingyu menjauh dari laki-laki itu.” teriak Wonwoo. Ternyata ia tak diam begitu saja, daritadi ia mengirimi Seungkwan dan Dokyeom pesan meminta bantuan. Dokyeom langsung menghabisi lelaki itu dengan senjata kejut listrik. Lelaki itu terkapar tak berdaya.

Seungkwan menggotong Mingyu keluar dari ruangan itu, sedangkan Dokyeom menggendong tubuh lemas Wonwoo. Wonwoo memakai hoodie Mingyu, dihirupinya aroma hoodie itu. Wangi kesukaannya, wangi Mingyu yang beraroma buah-buahan segar. Ah, wangi itu membuat pheromonesnya semakin naik. Namun bukan itu yang terpenting sekarang, yang ia pikirkan hanyalah keselamatan Mingyu. Mereka sudah duduk di mobil yang akan membawa mereka pulang.

“Kamu gapapa kan, kitten?” Mingyu mengusap pipi Wonwoo dengan lembut. Ia sangat takut lelaki itu sudah berbuat yang aneh-aneh.

“Gapapa kok, daddy. Wonwoo malah khawatirnya sama daddy, luka tusukan tadi...” Wonwoo memandangi tubuh Mingyu yang dipenuhi luka sayatan, bajunya robek-robek, darah segar mengalir dari luka tusuk itu. Pipi Mingyu memar biru, terdapat darah di ujung bibirnya. Rambutnya berantakan tak karuan, make up-nya luntur karena keringatnya sendiri.

“Ini pill lu diminum dulu.” Seungkwan menyodorkan satu buah pill yang sangat penting bagi Wonwoo, pill yang membuat produksi pheromones Wonwoo berkurang. Wonwoo segera mengambil dan meminumnya.

“Thanks, Seungkwan. Thanks, Dokyeom.” Wonwoo melihat mereka berdua sambil tersenyum. Lalu pandangannya terhenti pada alpha-nya itu. “Terimakasih, daddy, udah nyelametin Wonwoo.”

“Maaf ya, kitten. Tadi daddy lagi sibuk jadi ga bisa langsung nyamperin kamu, untung aja kamu ga kenapa-kenapa.” Mingyu mencondongkan wajahnya ke telinga Wonwoo. Lalu berbisik dengan nada rendah. “Maaf juga daddy ga bisa langsung muasin kamu. Nanti pas sampe rumah daddy janji bakal ngisi lubang kamu sampe penuh.”

Wonwoo tersenyum sumringah. “Oh iya, daddy juga mau gigit leher kamu, memberi tanda di sana, supaya ga ada alpha lain yang deketin kamu.”

“Yes, daddy!”