Pheromones

Wonwoo berbaring di tempat tidurnya, lebih tepatnya tempat tidur dirinya dan Mingyu. Bokongnya menungging memperlihatkan lubangnya yang sudah terisi oleh butt plug berbentuk ekor kucing. Ia memakai sebuah choker hitam dan juga bando berbentuk kucing berwarna senada. Bokongnya bergoyang-goyang mirip sekali dengan seekor kucing, ia sangat tak sabar untuk diisi oleh Mingyu, daddy kesayangannya. Mingyu sedang berganti pakaian dan juga membersihkan tubuhnya, lukanya sudah diperban tadi oleh Dokyeom dan ia juga tak merasakan sakit yang amat sangat lagi karena kemampuan menyembuhkan dirinya.

Tubuh Wonwoo masih terbalut oleh hoodie hitam milik Mingyu, ia tak dapat berhenti menciumi hoodie tersebut. Aroma tubuh Mingyu sangat memabukkannya, ia tak tahu berapa lama lagi ia dapat menahan semua ini. Pheromones seorang alpha sangatlah kuat dan dapat menarik omega lain. Seorang alpha juga tertarik pada pheromones omega apalagi ketika pheromonesnya yang diproduksinya sangat kuat dan menyengat di masa estrus dan kompetisi antar alpha untuk mengawini omega tersebut sering terjadi dan disertai kekerasan. Omega kebanyakan memproduksi estratetraenol dan copulins. Selama masa heat, produksi kedua hormon tersebut meningkat dan mereka menjadi sangat menarik bagi para alpha.

Mingyu keluar dari kamar mandi, sebuah handuk putih melingkar di pinggangnya. Tubuh atasnya terekspos bebas memperlihatkan tubuh kekar Mingyu dan absnya yang terbentuk sempurna. Luka sayatan memenuhi dada dan perut Mingyu, dari yang berukuran besar sampai kecil. Darah merembes keluar dari perban yang menutup luka tusuknya, namun tak sebanyak tadi. Mingyu menatap Wonwoo dengan intens, lalu berjalan mendekatinya. Dilihatnya pemandangan yang sangat indah itu. Bulu ekor kucing itu mengibas setiap Wonwoo menggoyangkan bokongnya.

“Kamu indah sekali, Jeon Wonwoo. Cantik banget, bikin aku tambah semangat buat ngancurin kamu.” Mingyu menyeringai, pikiran gilanya sudah dimulai.

“Daddy?” Wonwoo menoleh, mendapati daddynya itu sudah berlutut di depan bokongnya.

“Iya, kitten?” tanpa aba-aba Mingyu menampar bokong sintal itu kuat-kuat, bekas tangannya mengecap di sana.

“Ahh! Sakit!!” Wonwoo mengerang.

“Sakit apa enak, hm?”

‘Plak!’ satu tamparan mendarat lagi sama kuatnya. Wonwoo tak menjawab, bokongnya terasa sangat perih.

‘Plak! Plak!’ dua kali pukulan lagi di bokong Wonwoo yang sebelahnya.

“Jawab dong, kitten.”

“E–enak, daddy! Nghhh.....” Wonwoo melenguh, tangan yang menopang tubuhnya mulai gemetaran.

‘Plak! Plak! Plak! Plak!” tamparan bertubi-tubi tak hentinya diberikan. Bokong Wonwoo memerah.

Mingyu mengambil dasinya lalu menggunakan dasi itu untuk menghajar bokong Wonwoo. Auranya sangat mendominasi. Alpha memproduksi androstenone dalam jumlah yang besar, hal itu menciptakan aura yang dominan, mengintimidasi, dan agresif.

‘Plak! Plak!’

“Ahhh, daddy!!!” kaki Wonwoo gemetaran, bokongnya terasa sangat perih sekali namun ada kenikmatan tersendiri yang ia rasakan.

“Berani-beraninya ya tadi kamu nunggingin pantat ke lelaki sialan itu, bajingan!” Mingyu menyabet bokong Wonwoo sekali lagi. Kejadian buruk tadi tiba-tiba terlintas di benaknya, saat alpha itu menaiki Wonwoo.

“Ahh! M–maaf, daddy!” Wonwoo meringis kesakitan, air matanya mulai menetes.

“Sini mulut kamu, biar dia yang minta maaf langsung.” Mingyu duduk di pinggir kasur, sedangkan Wonwoo berlutut menghadapnya di lantai.

“Buka.” perintah Mingyu agar Wonwoo membuka handuk yang masih melilit di pinggangnya. Wonwoo menarik handuk itu dengan giginya secara sensual. Di hadapannya terpampang kepunyaan Mingyu yang sudah sedikit tegang.

“Masukin mulut kamu, kulum.” perintah Mingyu sekali lagi, nadanya sangat mendominasi. Dirinya nyaris kehilangan akal ketika Wonwoo menyempatkan diri untuk menatapnya sebelum ia membuka mulutnya, lidahnya terjulur keluar untuk menjilati kepala penis Mingyu dengan gerakan memutar. Dijilatinya penis itu dari kepala sampai pangkalnya, Mingyu mendesah pelan. Wonwoo sesekali mengocok penis itu dengan tangannya, dan tangannya yang lain memainkan bola Mingyu. Tak sabaran, Mingyu langsung mendorong penisnya agar masuk ke dalam lorong hangat itu. Wonwoo tersentak saat penis itu mengenai pangkal tenggorokannya.

Wonwoo mulai bergerak, dikulumnya penis itu dengan gerakan maju mundur. Lidah Wonwoo berputar-putar di dalam sana, salivanya membasahi penis Mingyu.

“Pinter, Jeon Wonwoo pinter. Mulut kamu pinter banget muasin aku.” Kepunyaan Mingyu membesar dan memanjang di dalam sana, membuat mulut Wonwoo sangat penuh. “Ahhh! Mulut kamu sempit banget, ga ada bedanya sama lubang kamu.”

“Liat betapa cantiknya kamu sekarang, kitten. Mulut kamu yang penuh sama kontol aku, pipi kamu yang memerah dan basah karena air mata kamu sendiri. Kamu bener-bener cantik ya kalo lagi berantakan gini.” mendengar pujian bertubi-tubi itu membuat Wonwoo bergerak semakin cepat. Tangan Mingyu mendorong tengkuk Wonwoo agar masuk semakin dalam. Hangat, penis Mingyu sangat hangat dan basah di bawah sana.

“Omega kayak kamu emang diciptain buat muasin alpha doang, kan? Jagonya di ranjang doang. Dasar jalang!” setelah pujian, yang didapatkan Wonwoo sekarang adalah kata-kata yang merendahkannya. Namun Wonwoo menyukai itu semua.

Mingyu mendongakkan kepalanya, merasakan pelepasannya semakin dekat. Mingyu semakin menekan kepala Wonwoo lebih dalam dan menggerakkannya dengan tempo lebih cepat. Desahannya lolos saat cairannya menyembur di dalam mulut Wonwoo.

“Buka mulut kamu, kitten.” Wonwoo menurut, mulutnya yang berisi sperma itu terbuka lebar, lidahnya menjulur keluar membuat sperma itu menetes ke dagunya.

“Telen. Jangan sampe ada setetespun yang jatoh di lantai.” Wonwoo menelan cairan putih itu tanpa sisa.

“Pinter banget, kitten. Nurut banget ya sama daddy.” Mingyu mengusap-usap kepala Wonwoo dengan tangannya, Wonwoo terseyum manis.

“D–daddy, Wonwoo mau itu...”

“Mau apa, hm?” Wonwoo melirik ke penis Mingyu, seakan memberi isyarat. “Ngomong yang jelas dong, sayang.”

“Wonwoo mau diisi sama kontol daddy sampe penuh.” rengek Wonwoo, tampangnya memelas.

“Dengan senang hati, kitten.” Mingyu mengendong Wonwoo dan melemparnya ke kasur. Kaki Wonwoo dilebarkan, memperlihatkan lubangnya yang terisi butt plug itu.

“Cantik banget sih kamu pake ini, kayak kucing.” Mingyu menarik keluar butt plug itu dari dalam Wonwoo. Wonwoo mengerang, merasakan lubangnya yang tiba-tiba kosong. Namun tak berapa lama merasakan kekosongan itu, lubang Wonwoo sudah diisi kembali dengan telunjuk Mingyu. Merasa kurang, Mingyu memasukkan jari tengahnya. Kedua jemari itu menghujam dinding anal Wonwoo, semakin bergerak ke dalam, sampai semua jari Mingyu masuk. Mingyu mengobrak-abrik lubang Wonwoo tanpa henti, jarinya melekuk-lekuk di dalam dengan gerakan menggunting.

Tangan kiri Mingyu masuk ke dalam hoodie yang masih Wonwoo pakai, tangannya bermain dengan puting Wonwoo yang sudah mengeras dari balik baju. Diputar, dipilin, dicubit, membuat Wonwoo mendesah keenakan.

“Daddy! E–enak ahh!!!” kepala Wonwoo pusing saat kedua bagian sensitifnya dipuaskan secara bersamaan. Jemari Mingyu semakin liar melekuk-lekuk di lubang Wonwoo, ditambahnya satu jari lagi jadi total ada tiga jari di dalam Wonwoo. Wonwoo dapat merasakan bagaimana jemari itu memenuhi lubangnya, Wonwoo dapat merasakan setiap pergerakan kecil yang terjadi, termasuk ketika jemari itu menumbuk titik nikmatnya. Mingyu sudah menemukan bagian yang dapat membuat Wonwoo menggelinjang hebat.

“Nghhh, di situ!” Mingyu semakin menghujam prostat Wonwoo dengan kuat, dapat ia rasakan lubang Wonwoo mengetat.

“D–daddy, cukup nghh! Masukin sekarang...” Wonwoo menggigit bibir bawahnya, tangannya menggenggam sprei.

“Masukin apa, kitten?” tanya Mingyu dengan nada menggoda.

“Kontol daddy, masukin sekarang ahh! Ancurin Wonwoo sekarang juga!” Matanya membalik menyisakan putih, bibir terbuka semakin lebar mengeluarkan suara tercekat saat penis Mingyu menghujamnya kasar.

“Ahh, daddy! Nghhh....” diberi kejutan seperti itu membuat Wonwoo menggeram rendah. Kaki Wonwoo ditekuk sampai mengenai dadanya. Mingyu menggempur lubang Wonwoo semakin cepat, dengan hentakan kuat serta dalam. Kepalanya pusing saat lubang Wonwoo mengetat, membuatnya semakin menggila. Penisnya terasa seperti dipijat-pijat di dalam sana. Suara kulit saling bertumbukan terdengar, tercampur dengan erangan serta racauan kenikmatan. Aroma tubuh keduanya saling menyatu, terlalu kuat.

Kini giliran bibir Wonwoo yang diserang habis-habisan, dan ia sama sekali tidak protes. Lidah mereka berdansa seperti tidak punya malu, air liur yang bercampur entah punya siapa, suara kecupan yang terdengar erotic, mereka sangat menikmatinya. Lubang Wonwoo semakin berkedut seperti memijat penis Mingyu dengan dinding analnya.

“Gimana, kitten? Enak ga dipuasin sama daddy?” pergerakan Mingyu semakin cepat, menggenjot lubang Wonwoo yang tak henti-hentinya menjepit Mingyu.

“Enak banget, daddy! Wonwoo bisa gila, ahh!” Wonwoo melengkungkan badannya, semua sensasi ini membuat pikirannya kacau.

“Mau daddy keluar di dalem terus hamilin kamu?” Mingyu melingkarkan tangan kanannya di leher Wonoo, nafas Wonwoo tercekat.

“M–mau, daddy!” ucap Wonwoo kesulitan. “Mohon dulu dong sama daddy.”

“Daddy, please keluar di dalem Wonwoo. Hamilin Wonwoo sekarang juga ahhh!” Mingyu mengubah posisi Wonwoo menjadi menungging. Tempo genjotan Mingyu semakin dipercepat. Kepala Wonwoo benar-benar pusing, mungkin sebentar lagi ia akan kehilangan akalnya.

Mingyu mengendus leher Wonwoo dari belakang, merasakan pheromones-nya yang sangat kuat membuat libidonya semakin naik. Mingyu mengecupi leher itu, mengisapnya, membuat tanda kemerahan di sana. “Daddy gigit leher kamu, boleh?”

“Boleh banget, daddy!” jawab Wonwoo antusias. Ia ingin sekali dimiliki oleh Mingyu seutuhnya. Mingyu membuka mulutnya lebar-lebar dan mengigit leher belakang omeganya itu. Ketika gigitan kawin terjadi, kelenjar ikatan omega, yang terletak di trapezius superior, melepaskan lonjakan oksitosin ke dalam darah omega, memicu pelepasan vasopresin pada alpha. Omega juga akan menghasilkan n-undecane di hadapan alpha lain saat berpasangan, memperingatkan alpha lainnya dan membuatnya berbau ‘diklaim’.

“Ahhh!” teriak Wonwoo saat gigi Mingyu menancap Masuk untuk beberapa saat. Mingyu tersenyum puas saat bekas gigitan merah itu terpampang jelas di sana, gigitan seorang alpha yang menandakan bahwa omeganya itu miliknya sekarang.

“Kamu milik daddy seutuhnya sekarang, kitten. Ga akan ada lagi alpha lain yang bisa deketin kamu.” Mingyu menampar bokong Wonwoo sekali lagi sebelum menghancurkan lubang Wonwoo kasar.

“Mau keluar, daddy!” tangan Mingyu ia arahkan untuk mengocok kepunyaan Wonwoo yang sudah tegang dan basah akibat precumnya sendiri.

“Keluar bareng-bareng ya, sayang.” dia mempercepat gerakan pinggulnya tanpa ampun hingga Wonwoo yang berada di atasnya cukup kewalahan dengan gerakan yang Mingyu lakukan.

Mingyu datang di dalam

Untuk beberapa saat ruangan itu hanya diisi oleh suara napas terengah milik Wonwoo dan Mingyu, berusaha mengumpulkan tenaganya pasca klimaks. Sprei Wonwoo basah karena cairannya sendiri. Mingyu mencabut kepunyaannya, spermanya mengalir keluar. Diambilnya sperma itu dengan jari Mingyu lalu jari itu dimasukkan ke dalam mulut Wonwoo, dikulum, dijilat, sampai semuanya bersih tak tersisa.

Tubuh Wonwoo ambruk seketika, badannya sangat lemas, tak ada sedikitpun tenaga yang tersisa lagi. Mingyu membaringkan tubuhnya, tangan kirinya terbuka, mengisyaratkan Wonwoo untuk tidur di dekapannya. Wownoo memeluk Mingyu kencang, kepalanya ia benamkan di dada Mingyu.

“Daddy, jangan tinggalin Wonwoo lagi, ya? Wonwoo ga bisa sendirian, apalagi kalo lagi kayal gini. Tanpa daddy, Wonwoo ga bisa mengurus diri Wonwoo sendiri. Tanpa daddy, Wonwoo ga bisa ngapa-ngapain. Wonwoo ngerasa sangat kesepian, sampe-sampe mau mati. Wonwoo takut.” Mingyu mengelus-elus rambut Wonwoo, jemarinya ia mainkan di sana. Dikecupnya kening Wonwoo dengan penuh afeksi. Mingyu merasa sangat bersalah telah meninggalkannya tadi.

“Maafin daddy, ya, kitten? Daddy janji ga akan ninggalin kamu lagi, daddy janji akan selalu berada di sisi kamu. Kamu sangat penting buat daddy karena daddy sayang sama kamu.” Wonwoo tersenyum senang, hatinya berbunga-bunga, puluhan kupu-kupu berterbangan di perutnya.

“Apalagi kamu sekarang udah jadi milik aku sepenuhnya. Ga ada lagi alpha lain yang bisa milikin kamu. Cuma daddy doang.”

“Wonwoo seneng banget hari ini rasanya kayak mau terbang.” Mingyu terkekeh. Ia juga sangat bahagia walaupun harus bertarung dulu dengan alpha sialan tadi.

“Udah yuk, tidur. Kamu pasti capek.” Mingyu menyelimuti tubuh bagian bawah Wonwoo yang telanjang dengan selimut. Ia mempererat pelukan hangat mereka.

“Selamat malam, daddy. Wonwoo sayang daddy!” Wonwoo mengecup pipi Mingyu lalu memejamkan matanya.

“Selamat malam, kitten. Daddy sayang sama Wonwoo juga.” dengan itu mereka berdua bersama-sama memasuki alam mimpi.