Sahabat

Wonwoo berjalan menyusuri koridor kampus dengan wajah muram. Suasana di koridor ini tidak terlalu ramai karena banyak mahasiswa dan mahasiswi yang sedang makan siang. Wonwoo berjalan dengan cepat, kedua tangannya ia kepalkan untuk menahan rasa kesalnya.

‘Gua kenapa sih anjir, tiap kali liat tuh orang pasti gua langsung menghindar. Kayak lagi main film mata-mata aja sumpah. Entah sampai kapan gua bisa menghindar dari dia kayak gini’ gumam Wonwoo dalam hati. Langkahnya terhenti saat ia merasakan tangan seseorang menggenggam pergelangan tangannya dan menariknya dengan cepat masuk ke sebuah ruangan kosong. Orang tersebut mendorong tubuh Wonwoo ke tembok dengan kasar dan mengunci Wonwoo dengan kedua tangannya yang kekar.

“Apa yang lu lakuin sih, Kim Mingyu?” sentak Wonwoo kepada Mingyu yang sedang menatapnya tajam. Bibir Mingyu datar, tak ada sedikit pun senyuman yang tampak.

“Seharusnya gua yang nanya gitu! Lu kenapa menghindar dari gua terus sih, hyung?” tanya Mingyu dengan nada tinggi.

“Siapa yang menghindar dari lu sih, Gyu?” jawab Wonwoo yang terdengar lebih mirip pertanyaan. Wonwoo tidak berani menatap Mingyu, pandangannya ia tunjukkan ke lantai keramik di bawahnya.

“Terus kenapa lu tadi pagi ga nungguin gua dan malah berangkat duluan?” ucap Mingyu. Matanya masih menatap Wonwoo dengan tajam.

“Karena lu bangunnya kesiangan.”

“Lu bales chat gua jutek banget, singkat-singkat kayak ga niat. Tadi juga lu ga mau makan siang bareng gua. Padahal hampir tiap hari kita makan siang bareng terus.”

“Karena gua udah janji sama....” belum selesai Wonwoo bicara, ucapannya sudah dipotong oleh Mingyu. “Barusan juga lu liat gua kan di kedai kopi? Tapi lu malah langsung pergi, hyung.” wajah Mingyu berubah menjadi sedih.

“Gua daritadi mikir, sampe kapan kita gini terus, hyung?” Tatapan tajam Mingyu berubah menjadi tatapan sendu.

Wonwoo mendongakkan kepalanya. Matanya bertemu dengan Mingyu. “Lu bener-bener ga tau kan kenapa gua ngelakuin ini?”

Mingyu terdiam sesaat sebelum berkata, “Gua cuma ga mau lu menghindar dari gua doang kok, hyung. Apa susahnya sih tinggal kasih tau siapa orang yang lu suka? Meskipun gua sering bikin masalah tapi gua tetep sahabat lu kan, hyung?” ucap Mingyu lirih lalu ia mengalihkan pandangannya dari Wonwoo.

“Sejak kapan sahabat harus kek gitu? Harus tau banget siapa orang yang sahabatnya suka?”

‘Benar, karena kita adalah sahabat. Kita harus tetap menjadi sahabat.’ gumam Wonwoo dalam hati.

“Tapi hyung......”

“Udah gua bilang kan gua ga mau ngomongin masalah itu, kenapa masih lu ungkit-ungkit sih?!” Wonwoo menaikkan nada bicaranya. “Gua yang mulai menghindar dari lu, seharusnya lu tau kalo gua ga mau ngomongin itu lagi!” amarah Wonwoo meluap-luap. Sudah lama sekali Wonwoo tidak berbicara dengan nada tinggi seperti ini kepada Mingyu.

“Semua ini bukan salah lu kok, Gyu. Maaf” Wonwoo menarik nafasnya dalam-dalam. Ia harus tetap tenang, ia tidak mau hubungannya dengan Mingyu menjadi semakin rumit.

“Kalo lu masih mau sahabatan sama gua, lu harus berhenti bahas hal-hal ini.” ucap Wonwoo tegas.

“Okay, gua bakal lupain semuanya.” Mingyu menuruti Wonwoo dengan cepat, membuat Wonwoo terkejut. “Tapi lu harus kabulin permintaan gua, cuma satu kok.” lanjut Mingyu.

“Apa itu?”

“Gimana caranya lu masturbasi, tunjukin ke gua lagi.” ucap Mingyu dengan santai.

“HAH???!!!!!” Wonwoo kaget bukan main mendengar perkataan Mingyu. Ia menarik kerah baju Mingyu dengan kuat dan mendorongnya ke tembok.

“Lu pikir lucu ya?!” Wonwoo tak dapat menahan amarahnya lagi.

“Wonwoo hyung....”

“Pasti lu ngerasa seru ya ngeliatin seorang laki-laki masturbasi sambil mainin lubangnya, hah??!!!” kata Wonwoo setengah berteriak. “Apa karena itu lu ngomong hal yang aneh-aneh?” Wonwoo menarik kerah baju Mingyu lebih kuat.

“Wonwoo hyung....” Wonwoo melepaskan tangannya dari kerah baju Wonwoo, tangannya bergetar hebat. Ia berusaha sekuat mungkin untuk tidak marah lebih lama lagi dengan Mingyu.

“Pergi, dari awal gua udah mikir kalo kita ga bisa akur.” Wonwoo membalikkan badannya membelakangi Mingyu. Kemudian ia berjalan menuju pintu, hendak meninggalkan Mingyu.

“Lu bener-bener ga mau nunjukin ke gua, hyung?” ucapan Mingyu membuat langkah Wonwoo terhenti. “Gua mau mastiin sesuatu.”

Wonwoo berbalik ke arah Mingyu. Wajahnya terlihat memelas. “Wonwoo hyung.... sekali aja. Tunjukin ke Mingyu.” bujuk Mingyu. Matanya berkaca-kaca, ekspresinya seperti anak anjing lucu yang meminta makan. Apakah hal tersebut dapat membuat Wonwoo luluh?