Self Service

‘Satoru bangsat!’ umpat Suguru setelah mendapat pesan dari kekasihnya, Satoru. Bukan pesan biasa, namun pesan yang seakan membuat tubuhnya panas dingin. Bagaimana tidak, Satoru dengan santainya mengirimkan foto tubuhnya tanpa busana, ditambah lagi posenya yang sangat menguji libido Suguru. Lelaki itu menidurkan wajahnya di meja ruang kerjanya, matanya terpejam, tangannya memijat pelipisnya.

Tiba-tiba Gojo Satoru terlintas di pikirannya, tepatnya Satoru beberapa malam yang lalu, bagaimana panasnya dia saat digagahi oleh Suguru. Desahannya, erangannya, ciumannya, Suguru merindukan itu semua. Suguru belum puas, ia mau Satoru lagi. Membayangkannya saja bisa membuat Suguru mengeras. Masih banyak hal yang ia ingin lakukan bersama Satoru

“Ahh! Fuck Gojo Satoru!!!” teriak Suguru frustrasi. Rasanya ingin sekali ia pulang ke rumah sekarang lalu langsung menghabisi lelaki itu sampai dia puas. Kalau saja dia bisa begitu.

Untuk menahan libidonya, Suguru merogoh ke dalam tas yang ia bawa tadi, berharap rokoknya ada di sana. Rokoknya hanya tersisa satu batang, sangat amat tidak cukup. Biasanya ia merokok minimal tiga batang dalam sekali duduk. Ia terlalu malas untuk keluar dan membeli rokok lagi jadinya Suguru hanya merokok satu batang saja.

“Just one, huh?” rautnya kesal. Suguru menyender pada senderan kursi kerjanya, kedua kakinya ia angkat ke meja. Lalu ia mengigit rokok itu di mulutnya dan mulai menyalakan korek api. Rokok itu ia hisap dalam-dalam, membiarkannya menyelimuti paru-parunya. Asap putih itu ia hembuskan, pikirannya masih dipenuhi Satoru. Begitu terus sampai rokoknya sisa setengah.

“God dammit!” Suguru memegang rokoknya dengan tangan kanan, sedangkan tangan kirinya merambat ke bawah tubuhnya, tepatnya di selangkangannya.

“Geto Suguru you fucking slut! Look what you've done to me.” Satoru mengusap-usap gundukannya dari luar celana sambil terus merokok. Gerakannya naik turun mengikuti bentuk kemaluannya.

“Ahh shit!” Suguru dapat merasakan miliknya sudah mengeras. Kakinya ia lebarkan untuk mempermudah gerakannya. Rokoknya ia gigit karena tangan kirinya sekarang membantu elusan pada penisnya sendiri. Tangannya seperti membentuk huruf V, dengan penisnya yang berada di tengah-tengah.

Kocokan tangannya semakin laju, kemaluannya terasa semakin sesak. Mulutnya masih sibuk menghisap rokok yang tersisa seperempat itu. Gojo Satoru, bibir Satoru, bokong Satoru, desahan Satoru penis Satoru, semuanya itu tak henti-hentinya bermain di pikirannya.

“Ngghhhh.......” Suguru tak dapat menahan libidonya lagi. Resletingnya ia turunkan, begitu juga dengan dalamannya. Seketika itu juga penisnya menjulang keluar, sudah sepenuhnya ereksi.

Suguru melempar rokok yang sudah ia habiskan ke dalam cangkir kopinya yang tersisa sedikit. Telapak tangannya melingkar di penisnya, lalu mulai beraksi dengan gerakan mengocok. Matanya terpejam, nafasnya memburu seiring dengan kocokannya.

“Ahh! Ahhh! I'm going crazy!!!” pikirannya membayangkan kalau penis itu berada di dalam lubang Satoru. Lubang yang hangat dan ketat itu paling pas untuk memanjakan penisnya.

“I need you so fucking bad, Satoru! Ahhhh!” Kepalanya terdongak ke atas, nafasnya tercekat. Kocokan Suguru semakin cepat saat ia membayangkan Satoru meneriaki namanya, saat Satoru memohon dan tunduk di bawah kuasanya.

“Fuck!!! I wanna cum in your tight hole, Satoru!” Suguru semakin hilang akal, apalagi saat pelepasannya sudah dekat.

“Let me fuck you again, Satoru! I'll fill your hole up with my cum until you're satisfied! Ahhh!” desahan dan kata-kata kotor lolos dari mulutnya dengan begitu mudah. Hanya seorang Gojo Satoru yang bisa membuatnya segila ini padahal mereka baru melakukannya sekali.

Suguru terus bergerak tanpa jeda. Lubang Satoru, ia menginginkannya sekarang juga. Badan Suguru seketika itu tremor, pelepasannya sebentar lagi. Ia terus membayangkan berada di dalam Satoru, ketika penisnya menumbuk titik nikmat Satoru berkali-kali, membuat Satoru tak henti-hentinya memohon.

“Satoru, I'm gonna cum! Ahhhh fuck!!!!!” Sperma Suguru menyembur dengan bebasnya, ia merasa sangat lega. Cairan itu terus keluar, apalagi saat Suguru terus mengocoknya. Akibatnya celananya kotor dengan cairan kental itu. Begitu juga dengan lantai di bawahnya yang terkena tetesan.

“Nghhh... ahh!” Nafasnya memburu, dadanya naik turun, mulutnya terbuka lebar agar ia dapat mengisi paru-parunya dengan banyak oksigen. Dahinya basah oleh keringatnya sendiri dan kakinya sedikit gemetaran.

Tiba-tiba ia mendengar suara ketukan di pintu, seseorang tengah menunggunya di balik pintu itu. “Permisi pak, saya ingin mengantarkan berkas-berkas yang bapak minta tadi.”

Nafasnya belum sepenuhnya teratur, ia cepat-cepat memasukkan penisnya kembali ke dalam celananya yang sudah kotor oleh spermanya sendiri. Panik, ia bergegas menjawab panggilan itu sambil berharap orang itu tak melihat kekacauan yang Suguru perrbuat. “Iya, silahkan masuk.”