Tanda

Baru saja mereka memasuki apartment Mingyu namun lelaki itu sudah memojokkan Wonwoo ke tembok, mengukungnya dengan tangannya yang gagah. Tangan kiri Mingyu ia letakkan di pinggang Wonwoo, mendekapnya lebih kencang. Sedangkan tangan kanannya berada di belakang kepala Wonwoo. Mingyu mengambil alih permainan, mendominasi Wonwoo seutuhnya. Bibir Wonwoo sudah disantap oleh Mingyu dengan lahap. Lidah mereka berdansa seperti tidak punya malu, air liur yang bercampur entah punya siapa, suara kecupan yang terdengar erotic, mereka terlihat sangat menikmatinya.

“Mmhhh... ahh! Gua harus balik ke kamar, Gyu.” tak menghiraukan ucapannya, Mingyu mengendus rahang dan leher putih Wonwoo. Tak lupa ia mengecup bagian sensitif Wonwoo, menghisapnya pelan, membuat Wonwoo kegelian namun enak. Didongakkan kepala Wonwoo ke atas, memberi akses pada Mingyu akan lehernya.

“Mingyu, stop ngelakuin itu.” ucapan Wonwoo membuat Mingyu terhenti. “Ngelakuin apa?”

“Itu, nyium-nyium leher gua. Berbekas tau, jadi merah-merah.” protes Wonwoo tak ingin dimarahi Seungcheol lagi.

“Oh, karena ini lu pake plester ya?” Mingyu menarik plester yang menempel di leher Wonwoo. “Padahal ga keliatan banget, ketutupan kaos lu.”

“Ya sama aja kan gua harus ganti pake seragam kerja!” protes Wonwoo tak ingin kalah.

“Ohh, jadi Seungcheol hyung udah liat dong?” tanya Mingyu yang segera diiyakan oleh Wonwoo. “Terus lu bilang apa?”

“Gua bilang gara-gara digigit nyamuk.”

“Haha gua jadi nyamuknya nih ceritanya?” Mingyu terkekeh. Bisa-bisanya laki-laki setampan Mingyu hanya dianggap sebagai nyamuk nakal yang suka mengigit leher orang dan meninggalkan bekas kemerahan.

“Bodo amat, anjir. Pokoknya jangan kek gitu lagi!” tegas Wonwoo sekali lagi.

“Gimana kalo gua ngasih cupangnya di tempat yang ga keliatan orang, hm?” Mingyu menarik celana Wonwoo seduktif, tubuhnya turun ke bawah, wajahnya tepat berada di depan selangkangan Wonwoo. Tangan nakalnya meraba-raba tubuh Wonwoo dari dalam kausnya, diangkatnya sedikit kaus itu memperlihatkan kissmark yang ia tinggalkan semalam.

“Ahh! Kenapa sih lu seneng banget giniin gua?” jawab Wonwoo mendesah sedikit saat Mingyu menciumi perut ratanya itu. “Karena ini merupakan suatu kebutuhan.”

“Kissmark itu buat nandain kepemilikan. Kayak gini gua ngasih kissmark ke lu berarti lu punya gua doang soalnya udah gua tandai. Ga boleh ada orang lain yang ngerebut lu dari gua.” Mingyu mengendus perut Wonwoo, menikmati Wonwoo yang beraroma seperti mint dan rokok. “Jadi gua akan tetep ngelakuin ini terus.

“Lu juga bisa ngelakuin ini ke Sooah nuna kalo ada kesempatan.” Mingyu mengangkat baju Wonwoo lebih tinggi. Perut ratanya begitu indah dihiasi tanda kepemilikan Mingyu.

“Kalo gitu gua juga mau nyoba nyupang lu. Ini kesempatan yang bagus buat kita latihan kan?” Mingyu terseyum sumringah, ia pikir kegiatannya itu akan terhenti sampai di sini saja namun Wonwoo malah minta melanjutkan. “Tentu!”

“Deketan sini...” kakinya ia jinjitkan sedikit sebelum tangannya ia ulurkan untuk mendorong tengkuk Mingyu ke dekatnya.

“Kyaaa–! Wonwoo hyung ganas banget!!” goda Mingyu nakal.

“Diem, anjir!” Leher putih tanpa cacat itu memikat mata Wonwoo. Tubuhnya gemetar, ia menelan ludahnya, tak menyangka bahwa ia benar-benar melakukan ini. Wonwoo tenggelam dalam aroma tubuh Mingyu yang menyegarkan, seperti aroma jeruk. Ia tak pernah menemukan bau yang menenangkan seperti ini. Wonwoo mengecup dan menijilat sedikit leher Mingyu, sebelum mengigitnya.

“Ahh! Wonwoo hyung... geli hahaha.” bukannya enak, Mingyu malah tertawa geli dibuatnya.

“Stop!” Mingyu menjauhkan wajah Wonwoo dari lehernya. Pipi Wonwoo memerah malu.

“Lu bisa ga sih, hyung?” Wonwoo menggeleng, wajahnya tampak ragu. Mingyu mempertemukan bibir mereka lagi, memagut bibir Wonwoo yang kepalang merah.

“Nghh... mphhh!” tangannya bermain-main di bokong Wonwoo dari dalam, meremasnya pelan. Jari jemarinya yang lihai terselip di belahan pantat Wonwoo yang sintal itu.

“Hey, jangan hari ini. Gua ada kelas pagi besok.” dua jari Mingyu menekan lubang Wonwoo dari luar, Wonwoo mulai terangsang. “Aahhh!!!”

“Gua cuma mau pake jari gua doang kok.” Wonwoo meletakkan dagunya di leher Mingyu, menopang tubuhnya di sana takut ia sewaktu-waktu bisa jatuh. “Mumpung lagi berdiri, gua cuma mau gesekin aja kok.”

“Gesekin apa?” pertanyaan Wonwoo terjawab langsung. Kepalang dimakan nafsu, Mingyu mengeluarkan penisnya dan juga penis Wonwoo bersamaan, mereka bersentuhan satu sama lain. Wonwoo tersentak saat Mingyu memasukkan satu jari di dalamnya sampai semua jari telunjuk Mingyu tertelan. Mingyu memperkecil jarak mereka, senjata kebanggaan mereka beradu satu sama lain, sama-sama keras dan tegang, tak ada yang ingin mengalah. “Haa... ahhhh!!!”

“Wonwoo–ya, enak ga di sini? Gua ga butuh pelumas lagi karena lu udah sebasah ini, padahal baru aja gua sentuh sebentar. Lu cepet banget ya beceknya.” Mingyu menggoyangkan miliknya agar bersentuhan dengan Wonwoo. Mata Wonwoo membalik menyisakan putih, bibir terbuka semakin lebar mengeluarkan suara tercekat.

“Kalo di sini enak juga ga?” seperti pertanyaan retoris yang tidak perlu dijawab, Mingyu tidak membutuhkan jawaban Wonwoo untuk menambahkan dua jari lagi ke dalam lubang Wonwoo.

“Ahhh! Mingyu hyung!!!” Wonwoo mencapai titik putihnya, semua tubuhnya bergetar hebat, hampir saja ia jatuh ke lantai. Cairan Wonwoo membasahi mereka berdua.

“Wonwoo–ya, kita belum pernah coba berdiri kan?” Mingyu mengangkat satu paha Wonwoo ke atas, memberinya akses ke lubang Wonwoo. “Anjing, lu bilang ga mau masukin?!”

“Sebentar doang kok, nanggung.” Mingyu menggesek-gesekkan penisnya ke lubang Wonwoo sebelum menembus masuk.

“Ahh! Mingyu... hyung!” kaki Wonwoo benar-benar lemas, ia tak dapat menopang tubuhnya lebih lama lagi.

“Lingkerin tangan lu ke badan gua.” ucapnya seperti memahami posisi Wonwoo saat itu. Wonwoo melingkarkan tangannya seperti sedang memeluk Mingyu. Mingyu mulai menggerakan pinggulnya, menggenjot penisnya di dalam lubang Mingyu yang tak henti-hentinya memijat penis besarnya tersebut.

“Aahhh! Anjing ya lu!!” desahan Wonwoo semakin kencang. Posisi ini membuatnya semakin lemas, ia tak dapat berbuat apa-apa selain mengikuti permainan Mingyu.