jam pulang sekolah tiba, semua murid berhamburan keluar kelas untuk segera sampai rumah masing-masing. tapi, tidak sedikit juga yang memilih keluar kelas saat keadaan sudah cukup sepi. seperti haeziel dan kawan-kawan.
“itu kan yang namanya kak haeziel? ganteng sih, tapi sayang nakal.”
baru saja kaki kanannya menyentuh lantai
dasar, haeziel bisa mendengar seseorang yang tengah membicarakan dirinya.
“kasian banget kak jevierno harus repot-repot ngurusin orang kayak gitu.”
*“lo jangan ngomongin kak haeziel kayak gitu. ketauan baru tau rasa nanti.”
“bagusnya apa sih? gue yakin kak haeziel kerjaannya cuma main, main, sama main. bikin jelek sama lensa aja.”
“asik banget ngomongin gue. mau gabung dong.”
sekumpulan perempuan yang baru saja membicarakan haeziel langsung terdiam ketika oknum yang dibicarakan muncul.
haeziel berjalan mendekat, “kenapa diem? kan ga bagus ngomongin orang di belakang, ini gue udah di depan kalian semua loh.” ucap haeziel dengan sarkas.
semua orang di sana memperhatikannya. termasuk jevierno serta pengikut setianya.
“mau lo samperin?” tanya nares pada jevierno lalu hanya di jawab gelengan oleh jevierno.
kembali ke haeziel. haeziel menangkap salah satu diantara perempuan disana yang menatapnya dengan, entahlah, tidak suka?
haeziel semakin mendekat pada perempuan itu. dapat ia tebak kalau orang ini lah yang membicarakannya. “oh? mirza, yang ini orangnya?” tanya haeziel pada mirza dengan terkejut.
“iya yang itu.”
“maksud kakak-kakak ini apa ya? kok liatin aku sampe kayak gitu?”
“ngaca atuh neng, situ yang ngeliatin temen gue sampe tuh mata mau keluar.” ucap sena menggebu-gebu karena kesal.
“sabar, sen. kenalin sama gue haeziel chandratama. btw, nama lo putri anastasya, kan? kelas 10 ipa 1.”
yang di maksud mengangguk, “kakak tau darimana?”
haeziel tertawa geli, “tau dong, semua tentang lo. murid pindahan dari sma angkasa. milih pindah ke lensa karena suka sama salah satu manusia disini. dan satu lagi, point paling penting, lo masuk lensa dengan cara nyogok guru.” jelas haeziel dengan diakhiri senyuman miring.
mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya, sebuah amplop putih dengan logo sma lentera bangsa di pojok kanan. “ini, surat pengeluaran lo dari sini. gue ga terima lensa kemasukan manusia yang demen nyogok guru.”
haeziel langsung melangkah pergi begitu saja meninggalkan keterkejutan disana.