monokrowm

iredescent

rombongan anak muda naik motor terlihat berhenti sesaat di depan gedung balai universitas dharmawangsa.

“woi, nathan! ngapain berhenti?” tanya eric. sebelumnya ia sempat membuka kaca helm miliknya.

nathan menoleh ke belakang dan ikut membuka kaca helm full facenya, “anterin langsung ke fakultas masing-masing.”

setelahnya nathan tanjap gas mengendarai motornya menuju fisip meninggalkan teman-temannya yang lain.

jevais kembali menyalahkan motornya setelah melihat nathan pergi duluan. “yeee, dia malah langsung pergi.”

“bye, kawan-kawan. ngueeeenggg.”

yang ada disana refleks noleh ke arah yulio, gerhana dan felix yang di bonceng gerhana. mereka bertiga juga langsung tanjap gas begitu denger kata nathan.

“dasar curut main pergi aja.” celetuk arjuna.

rendra menepuk pelan pundak jevais, “je, jalan yuk. gue lima belas menit lagi ada kelas.”

“lah, kenapa kaga bilang daritadi.” jevais bersiap melajukan motor vespa miliknya.

hari ini yang bawa motor vespa ada jevais sama eric. katanya lagi males bawa motor ducati. engga lupa juga sama helm bogo khas anak vespa.

sepeninggalan renda dan jevais, yang lain juga pergi menuju tujuan masing-masing. ada yang ke fisip nyusul nathan, feb, fmipa dan lainnya.

iredescent

“hah?”

nathan kaget, gais. pikirnya, ini gimana caranya bonceng sembilan orang?

“ya kita semua berangkat ikut lo. tapi beda kendaraan.” jelas reza seakan tau kebingungan nathan.

“oke... WOI, SINI!” nathan memanggil semua teman-temannya yang berjarak cukup jauh.

eric, rafi, yafizan, ilhan, dan jevais mendekat. untuk mereka sih enak, karena dasarnya mereka ini emang ada kelas pagi. jadi engga perlu ada acara ngantuk kayak gerhana.

“kenapa?” tanya rafi setelah berada di dekat nathan.

kini kedua sirkel itu saling berhadapan.

“lo masing-masing bonceng mereka. hansel, ayo berangkat?” titah nathan kepada teman-temannya lalu beralih memanggil hansel.

yang di panggil mengangguk, “cepetan pilih mau berangkat sama siapa, nanti keburu telat nih.” kata hansel ketika melangkah ke nathan dan melewati para sahabatnya.

yulio baru aja mau tarik tangan jevais, tapi jevais udah lebih dulu tarik tangan rendra.

“heh, anjir.”

“udah lo berangkat bareng gue aja. di antara yang lain, gue doang yang berkendaraan di kecepatan standar.”

berdecak pelan, yulio mengambil kunci motor di sakunya. “kita jumlahnya ganji. gue naik motor sendiri aja.”

setelahnya yulio pergi mengambil motor miliknya.

felix berlari mengejar yulio, “yulio ikuuut!”

“gue juga naik motor sendiri deh.” kata gerhana menyusul kembarannya. sebelumnya ia sempat menepuk pelan pundak reza.

“reno mau sama siapa?” tanya yafizan.

reno memasang wajah berfikir sambil melihat-lihat empat orang didepannya, “sama yafizan aja, boleh?”

“boleh dong, ayo.”

kini tersisa enam orang saling berhadapan.

setelah mengamati situasi, rafi langsung saja mengajak arjuna. karena sudah ia pastikan eric akan mengajak sean. sedangkan ilhan akan mengajak reza.

untung arjuna mau-mau aja. ya walaupun ini pertama kalinya rafi bicara sama arjuna.

“sean—”

bukannya mendengar lebih lanjut perkataan eric, sean justru berjalan menuju parkiran. “ayo berangkat, tapi jangan gombal gembel dijalan. kalo sampe begitu, helm lo nanti gue tempeleng.”

“ASIAAP!” senang bukan main si eric.

kini tersisa ilhan dan reza.

“malam, kalau kamu ga mau, ga apa-apa. biar aku minta tuker sama yang lain.”

“engga perlu, ayo berangkat.”

iredescent

pagi ini anak kos-kosan pak sumantri udah standby di taman kos. udah rapi, udah wangi, wes pokoknya siap berangkat kuliah.

“ini kita ngapain sih pagi begini. jatah gue tuh kelas siang nanti.” keluh gerhana dengan wajah yang masih ngantuk.

“lo mau hansel di tempelin sama si nathan?” celetuk felix sambil sedikit menoyor kepala gerhana supaya pergi dari pundaknya.

gerhana langsung mendongakkan kepalanya tegak, “ENGGA LAH GILA.”

“makanya berangkat pagi.”

kurang dari lima menit dari waktu yang di janjikan nathan buat jemput hansel. yang di jemput justru baru turun dari tangga.

“loh, kok semuanya disini?” tanya hansel bingung begitu dia sampai di bawah —taman— liat semua temen-temennya disana.

“mau ikut lo berangkat ke kampus.” ucap semuanya berbarengan. kecuali hansel.

hansel tambah bingung.

“t-tapi...”

belum selesai perkataannya, tiba-tiba terdengar suara derung motor yang berasal bukan dari satu motor. tapi enam motor.

semua menoleh ke arah suara. disana ada nathan dan yang lain datang.

memakirkan motor masing-masing pada tempatnya, nathan lantas turun dari motor lalu membuka helm full face miliknya.

mampus

nathan melihat takut-takut kearah barisan orang-orang yang menatap tajam padanya. sedangkan ada satu orang yang terlihat loncat-loncat kecil di belakang barisan orang itu.

“jangan di tutupin dongg, engga keliatan!”

itu hansel.

nathan harus bisa. nathan kuat. kata ayahnya, lelaki jenandra harus bisa menaklukkan segala tantangan demi sang pujaan hati.

melangkah pasti, nathan mendekat pada barisan pelindung hansel.

“gue mau jemput hansel.” ujar nathan pasti.

rendra menatap nathan, “boleh, tapi—”

“PAGI JEVANOO!” pekik hansel semangat di balik teman-temannya dengan lambaian tangan.

nathan tersenyum lebar menyerempet terkekeh, “pagi juga, hansel!”

“heh, gue belom kelar ngomong.”

perhatian nathan kembali terfokus pada rendra. “lanjut.”

“lo boleh jemput hansel. tapi kita semua ikut.”

⚠ hug, kiss, and cuddle.

“jenooo, ayo kita coba ini!”

teriakan dari seorang laki-laki terdengar memenuhi apartemen sederhana yang saat ini berisikan dua orang termasuk dirinya. ia membawa satu paper bag berukuran sedang dari kamarnya menuju ruang tamu. disana sudah ada seorang lainnya yang sedari tadi melihat penasaran kearahnya dari sofa.

orang itu kekasihnya, jeno.

“hoodie apa, bear?”

“itu loh, hoodie set yang aku bilang mau beli di online shop. tadaaaa, lucu kan?” jelas haechan —laki-laki yang tadi membawa paper bag— dengan riang sembari mengeluarkan dua bungkus plastik berisi dua set hoodie dan celana berbeda warna. satu set berwarna wisteria untuknya dan satu set lainnya bewarna ship cove untuk jeno.

haechan langsung saja melempar hoodie untuk jeno kepada yang punya dan langsung berlari masuk kamar sembari tertawa kecil.

“di pake yaa, sayangnya haechan. habis itu kita foto bareng!” lagi, haechan berteriak dari dalam kamar supaya jeno dapat mendengar suaranya.

oknum yang menjadi sasaran pelemparan kaget bukan main. hampir saja bungkusan hoodie itu mengenai wajahnya.

jeno membuka bungkusan tersebut dan mengeluarkan isinya. hoodie serta celana panjang berwarna senada. ship cove. sejenak ia mengamati barang yang ia pegang. tersenyum dan lantas terkekeh kecil, “gemes.”

dengan membawa barang pemberian haechan, jeno berdiri dari posisi duduknya di sofa lalu berjalan mendekat kamar haechan dan mengetuknya.

“babe, ganti baju bareng dong.”

“ENYAH KAU, LEE JENO!”


setelah terjadi sedikit insiden haechan-ngamuk-ke-jeno-karena-ucapan-jahilnya, kini sepasang kekasih itu terlihat berdiri di depan cermin berukuran cukup besar dan tingginya kurang lebih seukuran dengan haechan yang terletak pada kamar haechan.

ya, sesuai perkataan haechan tadi. ia ingin mengambil foto dengan jeno.

“sini, jen. deketan.” ucap haechan sambil menarik tangan jeno supaya mendekat kearahnya.

jeno mengamati pantulan dirinya dan haechan pada cermin. lucu pikirnya. ia dan haechan mengenakan pakaian serasi hanya berbeda warna. sebenarnya haechan bukan tipe orang yang suka sekali membeli barang couple dan jeno juga tidak masalah dengan hal yang satu itu. tapi jeno sadar, jika haechan sudah membeli barang couple, pasti ada sebabnya. toh pilihannya bagus bukan main.

“kita beneran foto, nih?” tanya jeno sambil ikut menaikkan tudung hoodie miliknya ketika ia menoleh ke arah kiri, haechan yang tengah menaikkan tudung hoodie supaya menutupi kepalanya.

“jadi, dong!”

mengeluarkan benda persegi panjang canggih dari dalam saku celananya. haechan terlihat mengutak-atik dan tak lama terdengar lantunan lagu dalam mode repeat dari speaker yang terpasang pada sudut kamar haechan.

yeah, irreplaceable

it's photo time!” pekik haechan semangat sembari mulai berpose dihadapan cermin dan mengatur kamera supaya mendapatkan jepretan yang bagus.

jeno melihat haechan dengan gemas. ia pun ikut berpose disamping haechan sambil tersenyum yang mana membuat eyes smilenya muncul. namun sebelum itu jeno sempat mengusak lembut kepala haechan dan mendaratkan kecupan ringan pada kening haechan.

sepasang kekasih itu terus berpose dengan iringan lagu irreplaceable samar-samar terdengar di sela suara jepretan kamera dan tawa jeno atau haechan ketika mendapat hasil foto yang menurut mereka lucu. entah haechan tidak fokus hingga melihat ke arah lain, jeno belum siap di foto, atau saat keduanya menunjukkan wajah kocak.

take one! two hands naturally holding each other

“kamu kenapa deh, tiba-tiba beli baju couple terus ngajak foto, hm?” tanya jeno dengan menatap lekat kekasih beruangnya sembari satu tangan menggenggam erat tangan haechan.

haechan mengalihkan pandangannya dari layar handphone ke jeno, “hehehehe, pengen ajaaa. aku abis lihat pinterest. lucu masa lihat foto-foto ulzzang couple gitu, jadi pengen.” jelas haechan dengan sedikit menggoyangkan tangannya yang saling menggenggam dengan tangan jeno.

tak lama haechan membalikkan tubuh jeno agar membelakanginya dan kembali berpose menyenderkan kepalanya pada jeno. karena haechan dasarnya lebih kecil dari jeno, alhasil kepalanya hanya dapat bersandar pada belakang leher kekasih tampannya itu.

“kita foto satu atau dua lagi yaa, habis itu selesai! kamu hadap kedepan terus mukanya galak gitu, oke?” haechan sudah layaknya photographer profesional.

jeno bingung, ia menoleh ke belakang. “terus kamu posenya ngapain?”

“liat aja ih. udah hadap lagi kedepannya sanaaa.” agak kesal, haechan menolehkan lagi kepala jeno untuk menghadap depan.

dapat jeno lihat dari pantulan cermin. haechan memejamkan kedua matanya seperti tertidur dengan posisi bersender padanya.

gemas, mau peluk, gemas, mau cium, gemas, mau peluk, gemas, mau cium.

begitu isi kepala jeno ketika melihat haechan dalam balutan hoodie. sejak awal mulai sesi foto ini, jeno ingin sekali memeluk haechan lalu membawanya ke atas ranjang dan jeno dekap si manis supaya tidak pergi kemana-mana. karena sungguh, haechan dalam balutan hoodie adalah salah satu kelemahan jeno. tubuh haechan akan tenggelam dalam balutan hoodie besar membuat tubuh itu terlihat mungil. gemas.

“siap ya, satu, dua, tiga!”

ckrek

“eh?”

setelah suara jepretan kamera terdengar, jeno langsung saja membalikkan tubuhnya menghadap haechan dan memeluk erat tubuh mungil itu dengan kedua tangan haechan juga ikut di peluk. sedangkan haechan terkejut dan bingung dengan pergerakan tiba-tiba dari jeno.

“jeno?”

“mau peluk kamu. kamu gemesin banget dari tadi. aku engga tahan buat peluk kamu.” ucap jeno dengan suaranya yang terbenam pada ceruk leher haechan serta senyuman hangat jeno muncul.

iya, jeno menelusupkan kepalanya untuk masuk pada celah pada tudung hoodie haechan lalu wajahnya terbenam di ceruk leher haechan.

“astaga, aba-aba dulu dong. aku kaget.” haechan tertawa kecil melihat tingkah jeno dalam mode clingy.

terkekeh pelan, jeno mulai mengecup beberapa kali leher jenjang haechan dan merambat naik ke pipi tembam kekasihnya.

menghentikan sementara kegiatan mengecup pipi haechan, jeno berkata, “kamu kan pacarku, buat apa kasih aba-aba.”

take two! close-up of the smile on your lips

semua jeno lakukan dengan senyuman yang tak luntur sedikit pun. begitu sebaliknya.

jeno kembali melanjutkan kegiatannya, mengecup kedua pipi tembam haechan, mengecup hidung kecil haechan, mengecup kening haechan dengan sayang, mengecup bibir hati milik haechan, dan mengecup seluruh wajah haechan.

take three! a fluttering breeze, so sweet

“jenooo, ih!” haechan sendiri tertawa geli saat seluruh wajahnya dikecup oleh jeno, geli rasanya. begitu juga dengan perutnya. ugh— rasanya ada kupu-kupu beterbangan dalam perutnya. wajah haechan juga terasa hangat, ia yakin wajahnya sekarang sudah memerah terutama pada kedua pipi.

keduanya masih bertahan dengan posisi berdiri di hadapan cermin.

take four! yeah, we 'bout to hug and kiss

“kamu tuh gemes banget tau ga, sih?” kedua lengan kokoh jeno kini melingkar pas pada pinggang haechan dan memeluknya dengan erat. jeno juga terus menatap wajah manis kekasihnya.

yang ditatap justru memalingkan wajahnya ke arah lain. “t-tau, kok. aku emang gemes. papa yang bilang begitu.” o-ow, ada yang wajahnya semakin memerah.

jeno lagi dan lagi terkekeh gemas melihat tingkah dan reaksi haechan. “gemes juga sama pipi kamu. rasanya mau aku gigit.”

jeno sungguhan dengan perkataannya barusan.

setelah kembali mengecup pipi kiri haechan, jeno langsung mengigit pelan pipi tembam itu.

“YA TUHAN, JENOOOO!” haechan berteriak kaget saat merasakan pipinya digigit. demi tuhan, jeno ini benar-benar tidak bisa di tebak. haechan juga menaruh kedua tangannya pada dada bidang jeno lalu mendorong tubuh jeno supaya menjauh dan gigitan pada pipinya terlepas.

bukan jeno namanya jika mudah terdorong begitu saja. apalagi yang mendorongnya itu haechan. jeno justru semakin mengigit gemas pipi kiri haechan sesekali menghisapnya pelan.

haechan mulai kesal dan memukul pelan dada jeno, “lepaskan atau tidak ada cuddle malam ini.” ucap haechan dengan tegas. terlihat mata bambi itu menatap jeno seakan-akan laser dapat keluar dari sana serta bibir mengerucut.

mau tak mau, jeno melepaskan pipi kiri haechan tak lupa mendaratkan kecupan manis. “mengerti, sayang. maaf ya?” ucap jeno dengan tangan kanan masih bertengger apik pada pinggang haechan dan tangan kirinya berada di atas kepala haechan. mengusaknya lembut.

“huft— aku maafkan. tapi, tidak ada cium sampai besok.” haechan berkata sembari mengelus pipinya yang habis di makan seperti jelly.

jeno membolakan matanya kaget. “mana bisa? kamu curang kalau begituuu.” dengan bibir cemberut, jeno menatap memohon pada haechan. “kiss sekali lagi, ya, ya ya?”

haechan menahan senyumnya dan memasang wajah berfikir.

“my baby. my little sun. bear. babe. sayangku. mau kiss.” jeno terus memanggil haechan sambil menunggu haechan selesai berfikir.

“okay, satu kiss lagi.” ucap haechan final.

nice, aku—”

chu

ucapan jeno terpotong begitu haechan secara tiba-tiba mencium bibir jeno. kedua tangan haechan menggenggam erat masing-masing sisi tudung hoodie jeno sambil memejamkan keduanya erat. terlalu malu untuk menatap jeno.

hal itu berlangsung selama lima detik. selama itu juga kedua bibir sepasang kekasih itu hanya saling menempel. selama itu juga jeno menatap wajah haechan yang sangat dekat.

ciuman itu terlepas. haechan lah orang pertama yang mengambil langkah mundur. namun jeno dengan cepat menahan pinggang haechan lalu memeluknya erat dan memandang haechan dengan lekat.

“mau kemana, manis? tumben sekali mencium ku duluan.”

wajah haechan sudah merah sempurna, malu. “biarkan saja! m-memangnya aku ga boleh cium bibir pacar ku sendiri.”

jeno mengerutkan hidungnya karena gemas. dengan cepat dan mudah, jeno mengangkat tubuh haechan lalu menggendongnya ala koala. haechan pun spontan mengalungkan kedua lengannya pada leher jeno supaya tidak jatuh.

“mau a-apa?”

“tentu saja cuddle, apa lagi? lihat sekarang sudah jam berapa. waktunya bayi beruang ini tidur.” jeno berjalan menuju ranjang haechan.

haechan mempoutkan bibirnya, “aku bukan bayi!”

“kamu bayi.”

setelah merebahkan tubuh haechan diatas kasur, jeno juga merebahkan tubuhnya di samping haechan. memeluk lagi tubuh mungil kekasihnya itu dengan satu tangan mengelus punggung haechan dan satu tangan lainnya memainkan surai coklatnya sesekali mengelus lembut.

haechan tak jauh berbeda. ia juga tengah memeluk jeno, membuat dirinya tenggelam dalam dekapan jeno itu akan membuatnya hangat. tidur tanpa selimut juga tak apa asal ada jeno yang memeluknya.

“sudah mengantuk?” tanya jeno kepada haechan yang kini terlihat hampir memejamkan matanya.

rupanya elusan pada punggung dan kepala yang jeno lakukan pada haechan berhasil.

“sudah...” sedikit membenarkan posisinya, haechan membenamkan wajahnya pada pundak jeno dengan sedikit mendusal disana.

jeno tersenyum hangat melihat haechan. mengeratkan pelukan lalu jeno mengecup lembut kening haechan. “i love you.”

“i love you more.”

sedikit cerita tentang matahari dari asrama gryffindor dan bongkahan es berjalan dari asrama slytherin.

. . . 🔮 . . fantasy; Hogwarts, fluff, dan agak cringe, mungkin?


“selamat pagi, lee!” sapa haechan dengan riang kepada laki-laki bermarga lee dari slytherin yang bahkan tidak melirik kepadanya sama sekali.

haechan sebenarnya sedikit sedih karena usahanya selama tiga tahun ini tidak membuahkan hasil sama sekali. mulai dari menyapa saat mulai sarapan, makan siang dan malam, memberikan semangat saat lee dari slytherin itu sedang latihan quidditch, bahkan saat asramanya dengan asrama lee itu bertanding pun haechan mendukung ke duanya.

kalau kalian tanya kenapa haechan tidak menyerah, maka jawabannya adalah 'aku ini seorang gryffindor! mana mungkin seorang gryffindor menyerah dengan mudah!' begitu katanya dari tiga tahun yang lalu.

seseorang menepuk pundak haechan, “sudahlah, jangan memasang wajah sedih seperti itu. ayo masuk dan makan pancake kesukaan mu.” temannya itu pun merangkul pundak haechan.

haechan menghela nafas dan mengangguk, “baiklah, ayo.” mereka mulai memasuki aula yang sudah penuh dengan murid yang sedang sarapan dengan makanan yang mereka sukai.

“tumben kau sedih. biasanya juga dia tidak memperdulikan mu dan kau bersikap biasa, bahkan kau malah gencar mengejarnya.”

“tapi tetap saja, na! hal itu sangat menyedihkan untuk ku yang sudah berjuang selama tiga tahun!” ucap haechan dengan sedikit dramatis. jaemin tertawa melihat melihat temannya seperti itu. mereka terus mengobrol bersama sampai tiba di tempat duduk, bahkan jaemin tidak melepaskan rangkulannya. tanpa mereka sadari, seseorang melihat mereka dengan wajah dingin dan tidak suka nya.

“selamat pagi, gembulkuuu!” baru saja duduk, haechan sudah di sapa oleh han jisung, salah satu roomatenya.

“pagi juga, jisung.” balas haechan murung. nampaknya matahari dari gryffindor ini masih sedih.

“kenapa sedih? apa karena jeno, lagi?” tanya jisung yang di jawab dengan anggukan lemas oleh haechan. kalau kalian tanya kenapa han jisung bisa tahu matahari dari gryffindor menyukai bongkahan es dari slytherin, itu karena hampir setengah penghuni hogwarts mengetahui fakta yang satu itu. jadi jangan heran.

jisung menundukkan badannya agar setara dengan meja di depannya, “psstt- kau tidak lupa kan dengan pesananmu pada ku? ayolah, jangan sedih!” ujar jisung sedikit berbisik.

“huh? memangnya aku pesan apa?”

jisung menghela nafas, 'amortentia' jisung hanya menggerakkan mulutnya tanpa bersuara. bahaya jika ia menyebutkan nama ramuan itu, bisa-bisa ia diintrogasi dan kena detensi.

“ah, aku ingat! apa sudah jadi?”

“sudah, nanti akan aku berikan saat jam makan malam.”


jam makan malam sudah hampir selesai. disinilah haechan sedang menunggu lee dari slytherin. aula sudah hampir sepi karena semua murid sudah beranjak pergi ke asrama masing-masing untuk beristirahat atau mengerjakan tugas.

melihat adanya pergerakan dari lelaki bermarga lee itu, haechan pun beranjak dari tempat duduknya dan mengikuti kemana perginya lelaki dengan surai blonde itu.

“hei, lee! lee jeno!” panggil haechan sedikit berteriak. orang yang dipanggilnya sama sekali tidak peduli dan terus berjalan.

“lee jeno, berhenti!” dengan nafas yang tersengal-sengal, haechan berhasil memberhentikannya dan berdiri tepat di depannya.

lee dari slytherin itu tetap dengan wajah dinginnya, “ada apa? jika tidak penting, menyingkirkan dari jalanku.”

“i-ini, aku ingin memberikan ini pada mu.” haechan menyodorkan sebuah kotak coklat —yang sudah diberi ramuan amortentia dari jisung— “tolong di terima, aku janji setelah kamu menerima ini aku tidak akan menganggu mu lagi.”

hening melanda mereka berdua sampai akhirnya jeno —lelaki dengan surai blonde— mengambil kotak yang di berikan padanya.

haechan senang bukan main, ia tersenyum lebar. “terima kasih! semoga kau menyukai— LOH KENAPA COKLATNYA BUANG?!” jeno membuang coklat pemberian dari haechan sesaat haechan belum menyelesaikan perkataannya.

“kau ini bodoh atau bagaimana sih.” ucap jeno dengan nada mengejek dan dingin sembari terus menatap lawan bicaranya tepat di mata.

percaya lah haechan sudah ingin menangis rasanya, matanya perlahan berkaca-kaca, “apa maksud mu?!” suara haechan meninggi seiring dengan emosinya. kecewa, kesal, sedih menjadi satu.

jeno berdecih, “kau itu bodoh. aku tahu kalau coklat itu sudah di beri ramuan amortentia.”

“b-bagaimana kau tahu...” haechan terkejut, sangat.

“tentu aku tahu. apalagi jika ada hubungannya dengan mu, lee haechan.”

“eh?” haechan terus mempertahankan wajah bingungnya itu sedari tadi.

jeno tertawa, gemas pikirnya. “hei, ramuan itu efeknya hanya akan membuat di pemakan terobsesi kepada pemberi. yang ada hanya cinta palsu. apa kau ingin aku mencintaimu dengan cinta palsu?” jeno perlahan tersenyun kecil saat melihat semburan merah menjalar di pipi haechan.

“i-itu—”

“sudah malam, lebih baik kau kembali ke asrama dan beristirahat lah selagi belum jam malam.” jeno melepaskan syal kebanggaan miliknya yang berwarna khas hijau dan perak.

“jaga kesehatan mu dan jangan lagi tertidur di perpustakaan sampai kena detensi dari para prefek.” ucap jeno sembari memasangkan syal miliknya ke leher haechan.

kini ada dua syal berbeda warna terdapat pada leher haechan.

“selamat malam, sunshine.” setelah mengusak rambut haechan dengan lembut. jeno pergi meninggalkan haechan yang wajahnya masih merah padam seperti strawberry di kebut nyonya sprout.

“ini pasti mimpi. aku yakin ini pasti mimpi.” monolog haechan sambil sesekali mencubit pipi gembilnya.

semua itu berhenti setelah ia mellirik syal khas slytherin berada di lehernya.

“HUAAAAAAA PAPAAA. AKHIRNYA PERASAAN ANAKMU INI TERBALAS.”

iredescent

sementara disisi lain. hansel dan reza lagi duduk di bangku taman kos-kosan. engga ada takut-takutnya padahal sekarang udah jam tiga pagi kurang lima belas menit.

udara malam begini juga engga bagus. tapi ya namanya juga anak muda, terobos aja lah. untung mereka pakai hoodie atau jaket sama celana training buat reza dan piyama buat hansel.

iya, hansel tuh pakai piyama tebal dan pakai hoodie. kalau reza, felix, dan gerhana pakai satu setel training dan jaket. dan yang lain pakai satu setel training dan hoodie. khas anak rumahan banget pokoknya.

hansel menoleh ke reza yang sedari tadi nunduk. hansel tau reza lagi engga baik-baik aja. “reza kenapa?”

merasa terpanggil, reza mengangkat kepala dan menghadap hansel. “engga apa-apa kok, hansel. cuma agak ngantuk aja.”

kini keduanya sudah duduk berhadapan.

“kalau ngantuk harusnya ke kamar aja bukannya kesini. lagian reza daritadi juga nunduk terus di dalam. mau cerita?”

reza tersenyum kecil. “engga apa-apa anceeel. ancel sendiri juga yang ngajak reza kesini, kenapa hayooo.”

“sebel sama jevano! masa hansel diliatin terus sama jevano, kalau nanti hansel beneran di rekrut masuk geng jevano gimana...” jelas hansel lalu cemberut pada akhir kalimat.

emang pas hansel sama reza di dalam ruang kumpul tuh diliatin terus. hansel diliatin sama jevano, sedangkan reza diliatin sama Ilhan.

gemas, reza mengusak rambut hansel. “hayoloo, nanti di rekrut terus hansel jadi nakal. tuh, nathan udah di sana, dadah hansel!”

habis ngeledek hansel, reza langsung lari secepat kilat ke kamarnya.

hansel menoleh ke belakang. bener aja di sana udah ada nathan jalan mendekat ke hansel. “rezaaaa ih!”

baru aja hansel berdiri, tangannya udah di genggam sama nathan. “hansel, mau ngobrol sebentar, boleh?”

iredescent

lihat eric berani ngajak pdkt sean di depan semua orang, nathan juga mau kayak gitu. ngajak hansel pdkt sekalian minta izin sama semua sahabatnya hansel.

nathan berdiri sambil sedikit loncat buat ilangin gugup.

“ini lagi, mau ngapain lo?” tanya jevais.

“liat dan saksikan.”

dengan pasti nathan mendekat ke arah hansel yang lagi ngobrol sama satu orang.

“hansel—”

baru juga panggil nama, eh hansel buru-buru keluar sama temennya yang nathan engga tau namanya.

“mau ngapain manggil hansel?”

di depan nathan sekarang udah ada satu cowok yang tadi siang dia lihat di taman fib. itu loh, yang ngobrol sama hansel sebelum nathan samper.

nathan mengusap tengkuknya gugup, “anu...”

“anunya siapa?”

“tolol.”

yang potong omongan nathan itu gerhana. sedangkan yang misuh itu rendra sambil menoyor kepala gerhana.

kini nathan menegapkan tubuhnya, “gue nathan jevano jenandra, mau ngeluarin kartu SIM buat salah satu dari kalian.”

“SIM?” buat siapa?”

“Surat Izin Mendekati buat hansel. gue langsung ngomong gini aja secara kalian sahabat hansel. gue izin mau deketin hansel. boleh?”

rendra, felix, reno, gerhana, yulio, dan arjuna sontak saling lihat satu sama lain. dan semuanya kasih kode rendra buat ngomong.

“kalau lo tanya soal izin, kita engga pantes buat kasih izin. harusnya lo ngomong langsung sama hansel karena yang mau lo deketin itu hansel. kita sebagai sahabat cuma bisa dukung semua keputusannya dan lindungin dia dari apapun. itu berlaku buat kita kita disini.”

antara lega dan belum, nathan tersenyum kecil. ia seneng ternyata hansel dikelilingi sama sahabat yang baik.

“janji, gue engga akan main-main sama hansel.”

“gue pegang janji lo. sekali lo sakitin salah satu dari kita, kita semua yang bakal maju buat bikin lo babak belur.”

iredescent

“aduh, permisi ya, maaf lama.” ucap arjuna ketika membuka pintu ruang kumpul agak kesusahan karena masing-masing kedua tangannya membawa satu bantal dan satu selimut besar.

setelah arjuna masuk, di belakangnya ada sean, reno, hansel, yulio dan yang lainnya sampai reza. mereka keliatan repot sama barang-barang bawaan. bantal, selimut besar dan kotak P3K untuk ngobatin yang habis adu jotos.

geng black wolf aka gengnya nathan langsung berdiri dari sofa pas liat penghuni kos pada masuk. tanpa di minta, mereka satu persatu mendekat dan mengambil alih barang bawaan. ya secara engga enak gitu, udah di tolongin, di kasih minum sama istirahat masa engga bantuin, sih?

“jadi ngerepotin gini. makasih banyak ya.” yafizan menaruh dua bantal dan satu selimut di atas sofa lalu tersenyum kepada seluruh penghuni kos.

“engga masalah sama sekali, kok.” kata rendra sambil menaruh satu kotak P3K di atas meja kecil.

nathan dan kawan-kawan kembali duduk di sofa, sedangkan penghuni kos cuma berdiri. sofanya engga muat tampung lima belas orang.

“ini ada air buat bersihin luka kalian ya. bisa obatin lukanya?” tanya reno setelahnya kembali dari dapur sama sean sambil bawa dua baskom kecil berisi air bersih.

rafi mengangguk cepat, “bisa dong. urusan obatin luka sendiri mah juga jagonya.” dengan cepat ia membuka kotak P3K dan mulai membersihkan lukanya. diikuti juga sama yang lain.

tapi ada satu orang yang cuma diem.

“woi ric, kenapa lo? bersihin ini cepetan takutnya infeksi.” omel jevais sambil toel lengan eric. maklum, calon dokter.

tiba-tiba aja eric berdiri dan berjalan cepat menuju sean yang lagi main handphone.

merasa seseorang mendekat, sean mengangkat kepalanya dan melihat cowok dengan wajah kebule-bulean di depan dia. “kenapa?”

“nama gue adhnan erico dhananjaya. lo lucu. gue mau kenal lo lebih jauh lagi. pdkt aja, gimana?.” eric berucap tegas dengan tatapan tak lepas dari sean.

semua orang di sana udah tahan nafas. terlebih lagi yang kenal betul sama sean.

“orang gila. gue engga mau.”

setelah menjawab pertanyaan dari eric, sean lantas pergi keluar dari ruang kumpul dengan kepala menunduk supaya tertutup tudung hoodie.

“yah, gue di tolak nih?”

eric engga tau aja kalau sebenarnya wajah sean memerah malu abis di tanya pdkt gitu sama crushnya sejak semester satu.

seorang pria berpakaian setelan kantor lengkap terlihat berjalan mengendap-endap menuju tempat tidur miliknya dan satu orang lainnya setelah ia menutup pintu kamar pelan.

meletakkan paper bag kecil berisi obat pada meja nakas, aresh melepas jas hitam yang ia gunakan lalu menggantungnya pada tempat gantungan baju. tak lupa ia melepas dasi bewarna senada. menggulung dengan rapi, setelahnya ia taruh di samping paper bagi kecil tadi. terakhir, melepaskan dua kancing atas kemeja putih yang ia kenakan dan menggulung kedua lengan kemejanya juga.

aresh melakukan semuanya dengan perlahan. tatapannya tak lepas dari sosok manis yang tertidur pulas berbalut piyama bergambar beruang dan selimut tebal menutupi hampir seluruh tubuh. hanya sampai batas dagu. bisa aresh lihat, wajah pucat dengan rona kemerahan pada pipi, beberapa bulir keringat serta anak rambut yang lepek.

menghela nafas perlahan, aresh naik ke atas ranjang. sedikt mengangkat selimut tebal tersebut lalu ikut masuk kedalam. kedua lengan kokohnya bergerak mendekap hangat suami manisnya dan mengecup lembut kening yang terasa panas itu. ya, seseorang yang tengah aresh dekap itu suaminya.

arsa.

membenarkan posisinya agar menyamping, satu lengan aresh menyelinap di belakang leher arsa untuk menjadikan tangannya sebagai bantal dan satu tangan lainnya bergerak mengarahkan kepala arsa untuk bersandar pada pundaknya.

tidak ada niatan untuk membangunkan arsa. aresh tak lupa sesekali mengusap rambut arsa, mengusap punggung kecil itu, memberikan kecupan ringan pada kedua pipi gembilnya, menyingkirkan poni lepek arsa lalu mengecupnya, lagi. aresh melakukan semuanya dengan lembut.

melihat arsa sakit seperti ini jelas membuat aresh sedih. saat awal sakit arsa masih bersikap seperti biasa. bawel, berceloteh banyak, cerewet, manja dan sejenisnya. tapi, kalau sudah seperti ini arsa akan banyak diam —tapi tetap ada bawelnya—, sorot matanya lemas, jauh lebih manja bahkan bisa menangis jika aresh tinggal.

sejak mereka pacaran saat kuliah, arsa beberapa kali jatuh sakit. bahkan ada satu kejadian dimana aresh sedang mengikuti rapat organisasi di kampus, tiba-tiba saja mendapat telfon dari arsa. kaget bukan main ketika ia mendengar arsa menangis kencang dan berkata “massss, hiks— mau peluk mas aresh! kepala adek pusing hUEEEEEE MASSSSS.”

tanpa babibu, aresh langsung pergi menuju rumah arsa. sesampainya disana, aresh justru mendapati arsa tengah tertidur pulas dengan memeluk erat boneka beruang pemberian darinya.

aresh tersenyum kecil ketika mengingat kejadian itu. malah, sekarang ia merasa sedang reka adegan, tapi dengan status yang berbeda saat ini dengan arsa.

dulunya sepasang kekasih, kini menjadi sepasang suami-suami.

merasakan pergerakan kecil dari arsa, aresh refleks mengusap punggung arsa. sesekali menepuknya pelan. “ssst, mas disini, sayang. mas disini.”

“mas...” arsa membenamkan wajahnya pada ceruk leher aresh, lalu mendusal perlahan disana dan memeluk tubuh suaminya itu dengan erat. bahkan sampai meremat erat kemeja aresh.

“mas jangan kemana-mana, ya.” kini arsa mengangkat kepalanya. membuka kedua mata bambi miliknya yang sedikit memerah dan berkaca-kaca lalu menatap aresh dengan tatapan memohon.

kalian lihat, kan? arsa saat sakit itu sangat manja.

lagi dan lagi, aresh mengecup kening arsa. “iya, sayang. mas disini. masih pusing, hm?” balas menatap lekat mata arsa, aresh benar-benar tak ada hentinya untuk memberi seluruh afeksinya pada suami manisnya itu.

arsa mempoutkan bibirnya. kedua matanya kembali menutup kala pening melanda kepalanya, “masih mas...” kepalanya juga kembali menyender pada bahu aresh.

“bobo lagi ya, little sun.” aresh sedikit mengusap lembut air mata yang keluar dari sudut mata arsa. “mas tetap disini. engga akan pergi.”

“janji ya, mas?”

“janji, sayang.”

iredescent

⚠ fight.

jam sudah menunjukkan pukul satu malam lewat empat puluh lima menit. tentu, orang-orang sudah berada di rumah, mengistirahatkan diri, tidur.

tapi tidak dengan dua gerombolan anak muda ini. di tengah jalan sepi, mereka saling memukul bahkan menendang atau sesekali menghindari dari orang yang mereka anggap lawan. tak ayal mereka mendapat satu, dua pukulan atau lebih.

“nathan, kita kalah jumlah. kalo kita engga kabur, bisa-bisa malah masuk ugd ini mah.” ucap eric ketika posisinya dekat dengan nathan.

tak lama, semua teman-temannya juga mendekat kearahnya. nathan dan teman-teman terkepung. okay, ini bukan hal yang bagus.

“makanya, engga usah sok jago lo semua. mending lo semua ngaku kalah aja terus minta maaf sama kita. sekalian sujud nih, di kaki gue.”

setelah si ketua dari geng sebelah itu berkata, semua anak buahnya tertawa terbahak-bahak seakan meledek nathan dan yang lain.

wajah nathan jelas menahan amarah. bukan cuma nathan, tapi semua.

“ada rencana?” tanya yafizan.

eric menghela nafas berat, “kayaknya sih engga ada. dari segi jumlah aja kita udah kalah, kita juga udah pada luka gini. maksa maju dijamin masuk rumah sakit.”

“kita kabur.”

rafi menggeplak lengan atas ilhan saat ilhan berceletuk. “lo gila? terus ini motor biarin disini?”

“bener kata Ilhan, kita kabur. lari. engga ada pilihan.” ucap nathan meyakinkan.

jevais mengangguk, “sekali ini aja kita kabur. hitungan kelima. satu, dua—”

“tolol, lima kebanyakan. tiga aja lah!”

kini jevais yang jadi sasaran rafi. kepalanya di toyor.

“ya udah tiga. TIGA!”

“HIYAAAAAAAA!”

brak

bukan, itu bukan suara dari geng nathan. nathan dan kawan-kawan juga engga jadi kabur. mereka kaget lihat bala bantuan datang.

ada tujuh orang. yulio dan gerhana bawa tongkat baseball, rendra dan reza bawa tongkat pramuka, reno bawa tongkat tennis, dan felix serta arjuna bawa teflon berukuran besar.

“SEMUA MAJUUUU!”

geng nathan kaget bukan main, apalagi geng sebelah yang berasa dapat serangan dadakan.

“YULIO BEGOOOO.” teriak jevais pas liat kembarannya itu yang teriak kode buat maju.

jevais maju untuk mendekat ke kembarannya, “WOI, YULIO! lo gila!?”

“lo yang gila! mau kena tongkat baseball gue?! MINGGIR.”

jevais auto menunduk ketika tongkat baseball yang diarahkan yulio melewati atas kepalanya dan langsung mengenai lawan yang hendak menyerang jevais.

nathan dan yang lain engga jadi kabur dan maju lagi buat bantu bala bantuan yang datang.

kini totalnya, tiga belas orang melawan dua belas orang.

namun di tengah keributan yang terjadi, tiba-tiba seseorang berteriak.

“SEMUA BERHENTI ATAU GUE TELFON POLISI!”

semua sontak berhenti dan melihat ke arah orang yang berteriak tadi. itu hansel dan sean.

sean kelihatan mau tarik hansel buat masuk lagi ke indoapril, tapi hansel tetep kekeh sambil pegang handphone miliknya di udara.

“jagoan mau tambah satu? boleh.”

satu orang lawan yang paling dekat dengan hansel sudah ambil ancang-ancang buat pukul hansel.

dia salah cari lawan.

hansel dengan sekuat tenaga menendang si lawan pada area wajah dengan telak sampai lawannya tersungkur dan pingsan.

“MUNDUR!” teriak ketua dari geng sebelah. langkah mereka cepat, satu orang membopong temannya yang pingsan lalu mendekati motor masing-masing dan langsung tancap gas meninggalkan lokasi.

“Yeaaaaay, menang! menang, menang, menang~ kita menangggg! sean kita menang, ayo semangat yuhuuuu! engga nyesel ikut papa latihan muay thai sama boxing!” hansel kelihatan seneng banget sambil joget-joget kecil terus peluk sean dari samping.

semuanya yang tersisa disana masih kaget lihat kejadian sebelumnya. sedangkan pelakunya asik selebrasi sendiri.

speechless.

mas kasir indoapril juga ikutan speechless.