⚠ mention kiss and kissing.
jeno membalikkan tubuhnya menghadap haechan yang terduduk di atas tempat tidur miliknya dengan balutan selimut tebal untuk menghalau angin malam menerpa tubuh mungilnya. jam sudah menunjukkan pukul 4 dini hari.
tatapan keduanya saling bertemu. ketika itulah, tanpa di sadari oleh mereka sendiri, kedua bola mata masing-masing sudah berubah warna.
jeno dengan warna emas berkilau dan haechan dengan warna biru —sebiru bulan purnama penuh. sebelum akhirnya berubah kembali ke warna asal.
sepasang mate itu masih bertahan dengan posisi masing-masing. ditemani suara kibaran gorden besar yang terkena udara luar serta cahaya bulan yang masuk dari balkon karena pintu balkon terbuka. keduanya hanyut mengagumi apa yang mereka lihat, berusaha menyelami pikiran pasangan mereka untuk mencari tahu apa yang sedang di fikirkan. terutama haechan.
sampai detik ini haechan agaknya masih belum percaya dengan apa yang terjadi. dalam semalam ia bertemu dengan makhluk penghisap darah yang memiliki taring tajam dan harus mengetahui takdir yang digariskan untuknya, bahwa ia adalah pasangan sehidup semati untuk penguasa dari bagian utara di kotanya.
“kenapa melamun, hm?” pertanyaan itu sukses membuat haechan tersadar dari lamunannya.
haechan sedikit mendongak melihat jeno sudah berada di hadapannya. jeno dengan senyum lembut serta satu tangannya mengusap lembut pipi haechan. oh, lihat! semburat berwarma merah muda perlahan menjalar pada pipi gembil si manis.
“s-siapa juga yang melamun, engga ada tuh!” sanggah haechan cepat lalu menolehkan kepalanya ke samping agar jeno tidak dapat melihat wajahnya. haechan malu.
kekehan gemas keluar dari bibir jeno. laki-laki yang lebih tua perlahan naik ke atas tempat tidur lalu duduk tepat di hadapan yang lebih muda.
merasa adanya tekanan dari depan, haechan justru menutupi wajahnya dengan selimut membuat seluruh dirinya tenggelam dan enggan menatap orang di hadapannya. “pergi sanaaa, jangan dekat-dekat!” ucap haechan dengan satu tangan mengibas didepan wajah jeno. seperti mengusir.
niat haechan hanya supaya jeno menjauh dan tidak melihat wajahnya yang memerah karena malu. tapi, sepertinya jeno salah tangkap.
ingat, jeno masih takut dan ragu untuk menjelaskan semuanya kepada haechan.
jeno yang tadinya ingin memeluk haechan pun urung. kedua tangannya perlahan turun dan mendarat di atas pahanya sendiri. senyumannya pun berganti menjadi senyum maklum namun tersirat kesedihan disana. “kamu.. takut sama aku? setelah kejadian tadi?”
“ENGGA!”
refleks, haechan memekik dengan kepala menyembul dari balik selimut begitu saja setelah mendengar pertanyaan jeno. membuat rambut jamurnya sedikit bergoyang dan beberapa anak rambut terlihat berantakan. gemas.
sedangkan jeno mengerjapkan kedua matanya kaget lalu mengangkat satu alisnya dan menatap lekat lawan bicaranya, “lalu?”
“m-maaf, tapi bukan begitu maksudku.. aku cuma uh- malu..” jelas haechan dengan nada pelan di akhir ucapannya sambil menunduk.
tak tahan. jeno pun menangkup kedua pipi gembil haechan dan mengarahkan agar hanya melihat kepadanya. “berhenti bersikap menggemaskan. ku cium mau?”
jeno berkata seolah tidak ada beban sama sekali. sedikit mendekatkan wajahnya pada haechan sembari menekan pipi yang lebih kecil membuat pipi haechan menekan bibirnya hingga mengerucut.
haechan panik. kedua mata bambi itu terlihat membola. “je-jewno!”
kembali terkekeh gemas sampai mengerutkan hidung, jeno melepas tangkupan pada pipi haechan lalu mendaratkan kecupan ringan di sana. “mengerti, manis.”
ingin sekali haechan memukul jeno saat ini. jika saja jeno tidak memeluknya erat dan dengan seenak jidat mengangkat haechan ke atas pangkuannya. jeno menyebalkan!
“kamu menyebalkan.” haechan mencebikkan bibirnya sebal lalu menyenderkan kepalanya pada pundak kiri jeno.
jeno membuka selimut tebal yang menutupi haechan, menyelipkan satu tangannya untuk memeluk erat pinggang ramping haechan, dan tangan lainnya mengelus surai coklat haechan. “aku tau, aku memang menyebalkan.”
“lebih menyebalkan lagi kenapa kamu engga kasih tau aku lebih awal kalau aku ini mate kamu.”
“maaf, aku cuma takut.”
haechan dapat merasakan pelukannya semakin erat. ia pun membalas pelukan jeno lalu mengelus lembut punggung yang lebih tua darinya.
“engga ada yang perlu di takutkan. aku mau cerita sedikit boleh?” tanya haechan dan jeno hanya mengangguk untuk mengiyakan.
“dulu, nenek pernah cerita sama aku. nenek bilang, saat aku dewasa nanti aku akan tau siapa pasangan ku untuk selamanya.”
sedikit memberi jeda, haechan mengangkat kepalanya dari pundak jeno dan beralih menatap wajah jeno.
“awalnya aku fikir nenek cuma bercanda aja. lagipula, di dunia ini mana ada sih orang yang langsung bisa tau siapa pasangannya untuk seumur hidup. tapi setelah ketemu kamu, aku tau kalau kamu orang yang maksud nenek.”
“gimana kamu bisa tau?”
“dari warna bola matamu, jeno. warna emas.”
jeno terkejut bukan main, “kamu.. bisa tau warna mata ku?”
haechan mengangguk kecil. mengalungkan kedua tangannya pada leher jeno, “nenek yang kasih tau. katanya kalau bisa lihat warna mata emas, itu pasti mate ku. nenek juga bilang kalau sebenarnya nenek menikah sama kakek yang ternyata sama kayak kamu, werewolf.”
“tapi aku sama sekali engga bisa cium aroma werewolf dari kamu..”
tertawa kecil, haechan mencubit pelan pipi jeno. jeno yang kebingungan seperti sekarang adalah hal paling gemas!
“aku ini half-werewolf. daddy menikah sama papi yang cuma manusia biasa. dan kenapa kamu engga bisa cium aroma werewolf dari aku, itu semua ulah daddy. daddy engga mau orang jahat tau kalau aku ini half-werewolf.”
sekarang jeno dapat bernafas lega, setidaknya ia tau kalau haechan tidak akan takut padanya dan tidak akan menolaknya sebagai mate. toh, mereka ini sama.
“aku bersyukur sama daddy john yang udah tahan jiwa werewolf kamu.”
“kok gitu?”
melingkarkan kedua tangannya pada pinggang haechan, memeluknya dengan posesif dan membenamkan wajah pada ceruk leher haechan lalu menghirup aroma bunga peony dan leci yang menguar dari sana. “engga di tahan aja, vampire udah incar kamu. apalagi kalau engga di tahan? aku yakin dari dulu udah banyak serigala lain yang incar kamu.”
saat jeno memeluk pinggangnya erat, haechan membalasnya dengan memeluk leher jeno sambil sesekali mengusap rambut hitam legam jeno.
“tapi, jeno—”
“aku suka kamu. dari awal kita ketemu. aku juga udah tau kamu mate ku dari hari itu.”
“jeno denger dulu—”
“aku engga peduli kamu bilang apa. pokoknya aku suka kamu. setelah ini jangan kemana-mana sendirian, jangan pulang sendiri terutama pas malam, harus aku yang jemput. aku engga mau serigala lain ambil kamu.”
haechan tau, kini jeno sedang dalam mode posesif. tapi di mata haechan, jeno kelihatannya menggemaskan.
“okay, serigala tampan, perintah di terima.”
“jadi kamu terima aku jadi mate kan, haechan?” jeno mengangkat kepalanya dan menatap haechan.
haechan mengangguk cepat, “jelas! apa itu perlu ditanyakan?” kini jeno yang menggeleng pelan untuk menjawab pertanyaan haechan.
“i love you.” ucap jeno cepat dan langsung memberi kecupan manis diatas bibir hati haechan.
keadaan haechan? diam. bengong.
“gemas banget sih, sayang. besok langsung nikah aja gimana?”
“JUNG JENO!”
END.