monokrowm

iredescent

⚠ fight.

“bangsat.” umpat nathan ketika melihat segerombolan orang menghadang ia dan teman-temannya.

nathan refleks mengentikan laju motor Ducati Panigale V4 hitam miliknya. begitu juga dengan dengan yafizan, ilhan, dan eric juga menghentikan motor masing-masing.

melepas helm full face masing-masing, lantas nathan dan teman-teman turun dari motor mereka dan jalan mendekati anak-anak yang menghadangnya.

“lo semua mau apa lagi? udah jelas di sirkuit kalah, engga terima?” ucap nathan.

salah satu anggota dari geng sebelah itu mendekat dan menatap remeh nathan, “bukannya engga terima. cuma heran aja, anak-anak lo itu keliatan cupu dan engga pantes buat menang. gue yakin lo semua curang. pake jampi-jampi apaan tuh, bos.”

“jaga mulut lo, anjing.”

satu pukulan mendarat pada rahang kiri lawan bicara nathan. bukan, itu bukan nathan yang pukul, tapi ilhan.

“sialan lo. semuanya maju!”

berawal dengan satu pukulan, kini menjadi puluhan pukulan serta tendangan.

iredescent

“oke, cukup sampai sini aja. jangan lupa besok sore jam 5 kita kumpul lagi disini, kecuali buat para mc ya, terimakasih semua.”

satu per satu orang disana mulai meninggalkan tempat. beberapa orang terlihat masih mengobrol, bercanda atau membereskan berkas yang dipakai saat rapat tadi dan beberapa orang juga bergegas keluar hendak mengurus hal satu dan lainnya.

reno menghampiri hansel yang membereskan barang miliknya. “hansel, pulang sama siapa? maaf ya, engga bisa pulang bareng. harus ngurus beberapa hal lagi.”

“engga apa-apa renoo, nanti di jemput sama gerhana, kok.”

“bagus kalo gitu. hati-hati ya, duluan anceeel!” ucap reno sambil cubit pipi kanan hansel terus di tarik gemes itu pipi setelahnya reno kabur gitu aja sambil ketawa.

“RENOOOO!” hansel spontan teriak begitu pipinya ditarik terus dicubit. engga sadar aja ada orang disamping kirinya yang daritadi perhatikan interaksi hansel sama reno.

ralat. perhatiin hansel doang.

hansel menghembuskan nafas sebal dengan bibir sedikit mengerucut dan satu tangan mengusap pipinya yang tadi dicubit reno. sesekali ngedumel sendiri.

sadar diperhatikan seseorang, hansel menoleh ke samping kiri, “apa sih liat liat?!— eh, jevano hehehe.”

tertawa canggung sambil merutuki kebodohannya sendiri, hansel langsung menunduk. bisa-bisanya hansel bentak jevano, ini semua salah reno!

tidak mendapatkan respon sama sekali dari jevano, hansel mengangkat kepalanya dan lihat jevano. aneh, jevano engga kelihatan marah tapi malah lihatin hansel terus sambil sesekali ketawa gitu.

hansel jadi takut, ini jevano kesambet apa gimana. mana udah mau magrib gini.

“jevano, maaf.. tadi engga maksud bentak gitu—”

“manis.”

“eh?”

“pulang bareng, yuk. anak manis engga boleh pulang sendirian, nanti dibawa pergi sama om om.” ucap jevano dan langsung berdiri dengan tas yang tersampir dibahu kanannya.

jevano kelihatan banget pede bakal pulang sama hansel.

sontak hansel ikut berdiri, “maaf, engga bisa. hansel pulang sama—”

mengangkat satu alisnya, jevano potong omongan hansel dengan pertanyaan. “pulang sama siapa?”

“ih dengerin duluuu, belum selesai ngomong tau!” sebel hansel dan engga sadar sambil hentakin satu kaki gitu. bibirnya mengerucut gemas serta kedua alis menukik.

pengen kelihatan galak tapi jatuhnya malah gemes.

cowok dari jurusan arsitektur itu terkekeh kecil melihat tingkah hansel. ini beneran udah semester 3 atau masih kelas 3 sd, sih? batin jevano.

“okay okay, silahkan di lanjut, hansel.”

“hansel udah di jemput sama gerhana— eh, itu gerhana! dadah, pulang duluan yaa jevano. hati-hati di jalan!”

hansel langsung berlari ke arah pintu saat ia lihat gerhana baru sampai di depan ruangan tempat rapat. setelah itu, keduanya terlihat pergi menjauh.

terus, jevano gimana?

bengong.

padahal jevano udah tanya tips cara pdkt yang baik dan benar, how to mendekati doi, kiat kiat mendekati gebetan, step by step mengincar pujaan hati. semua itu by ilhan ft. jevais dan eric.

tapi kali ini, buat nathan jevano jenandra, selamat anda belum beruntung. tolong coba lagi ya.

iredescent

“ck,” nathan sedikit berdecak menatap datar layar ponsel yang menampilkan pop up pesan dari yang katanya teman yafizan sesaat ia sampai di fib.

menatap sekeliling. dimana ia harus bertemu dengan hansel hansel itu? bahkan reno ini tidak memberikan fotonya—

ting!

—oh, bagus. segera nathan membuka pesan dari reno agar cepat menemukan hansel dengan berjalan mendekati taman.

namun tiba-tiba nathan berhenti sambil terus menatap layar ponsel yang menampilkan foto si hansel hansel itu.

'ANJIR MANIS BANGET?!'

kini pandangannya mulai beredar ke seluruh penjuru taman untuk menemukan si manis dengan cepat.

gotcha! nathan menemukannya. si manis terlihat berdua dengan temannya, mungkin? mereka terlihat mengobrol dengan seru. nathan berdiri tak jauh dari lelaki manis —yang ia duga bernama hansel— dengan terus memperhatikannya.

memperhatikan bagaimana si manis terus berceloteh menanggapi temannya, bagaimana wajahnya terlihat sebal dengan bibir mencebik karena menunggu ia datang, mungkin? sampai akhirnya wajah itu terlihat memohon karena temannya pergi.

oh, tuhan. tolong ingatkan nathan kalau ia tadi sempat tidak tertarik dan beranggapan cukup menjadi partner mc lalu selesai. nyatanya ia mulai tertarik kepada si manis.

nathan mengantungi kembali ponselnya, berjalan pelan tapi pasti ke arah orang yang terus ia perhatikan setelah temannya itu pergi. berdehem sedikit agar menghilangkan kegugupan yang tiba-tiba melanda, “ekhm, permisi. hansel?”

“huh? siapa?” perhatian si manis kini beralih kepada sosok yang baru saja ia lihat. dengan mata melebar kaget dan mengerjap polos.

“gue nathan. nathan jevano jenandra, arsitektur. salam kenal.” tangan nathan mengulur didepan hansel.

hansel masih mengerjapkan mata heran, perlahan ia menjabat tangan nathan. “hansel. arsalan hansel bramuda, ilmu komunikasi. salam kenal juga, eum, jevano?”

nathan mengangguk kecil lalu segera melepas jabatan tangan mereka setelah tiga detik. wajahnya ketara gugup, tapi dimata hansel, wajah nathan sekarang terlihat dingin.

okay, itu pertama kalinya seseorang memanggilnya dengan nama jevano, bukan nathan.

“s-silahkan duduk.” ucap hansel pelan. kini ia menunduk sembari memainkan ujung kemeja nya. ketara ia cukup gugup.

sebenarnya, hansel bukan orang yang gugup untuk bertemu orang baru. sedikit informasi yang ia dapat dari rendra dan yulio, partner mc nya ini salah satu anak geng motor. siapa coba yang engga takut? kalau tiba-tiba dijadikan bulan-bulanan kan bisa, aduh, engga usah di bayangin deh.

loh, yulio tau darimana? fyi lagi nih, yulio juga punya kembaran. jevais namanya. jevais sendiri kan temannya nathan.

lelaki didepannya terus memperhatikan si manis lalu tersenyum kecil, 'lucu juga nih kalau gue jahilin sedikit.' pikir nathan.

lagi lagi nathan berdehem cukup kencang sampai hansel terlonjak kaget dan mengigit bibir bawahnya.

nathan hanya menggeleng kecil terkekeh pelan. melepas jaket kulit hitam miliknya menyisakan kemeja berwarna hitam dengan garis-garis putih melekat pas pada tubuhnya, menyisir kembali surai hitam legam miliknya kebelakang sampai akhirnya nathan duduk dihadapan hansel hanya di batasi oleh meja bundar kecil.

hal itu tak lepas dari pengelihatan hansel. sedari tadi hansel melirik nathan, mulai dari melepas jaket kulit hitam sampai netra keduanya bertemu.

mata bambi lah yang pertama kali memutuskan kontak mata mereka setelah tiga detik. lalu memalingkan wajahnya ke kanan guna menghindari tatapan dari mata elang dihadapannya. entah kenapa pipinya merasa panas ditatap seperti itu.

nathan mengerutkan hidung karena gemas dengan si manis. 'bener kata eric, anak ini manis banget.'

“saya calon partner mc kamu di festival fib nanti. reno bilang dia nanti kesini, mungkin sekitar 10 menit lagi.” dengan nada tegas sekaligus memecah keheningan, nathan menumpu dagu dengan satu tangan di atas meja. tatapannya tak lepas sedikit pun dari hansel.

sedangkan hansel semakin gugup dengan terus mengalihkan pandangan dari nathan yang tak lepas menatapnya.

“o-oh, kamu partner mc itu toh,” ucap hansel pelan dan mengangguk. “ya, tadi reno udah ngomong kok sama hansel. k-kalau boleh tau jevano semester berapa? eh, bener jevano kan, ya? atau biasa dipanggil yang lain?”

cukup, nathan engga kuat lagi.

nathan mengusak lembut rambut hansel. seperti dugaannya, helai rambut bewarna coklat itu terasa halus.

hal itu membuat hansel mengangkat kepala hingga hansel dapat melihat wajah nathan sedang tersenyum kecil hingga kedua matanya melengkung layak bulan sabit.

oh, astaga, pipinya bertambah panas sekarang.

“saya semester 3 sama kayak kamu. panggil jevano aja, engga apa-apa kok, saya suka.”

uluran tangan itu perlahan berhenti dan turun tapi tidak dengan tatapannya. kembali menumpu di atas meja dan menunggu si manis manis menjawab.

hansel hanya diam. ia gugup, bahkan ia dapat mendengar dengan jelas detak jantungnya yang terdengar sangat ribut seperti boom-boom-boom-boom.

yang dapat hansel lakukan hanya mengangguk pelan dan berkata 'iya' sebagai jawaban. bahkan saat ia berkata 'iya' pun suaranya terdengar gagap.

aih, sepertinya ada yang sedang salah tingkah.

“tapi, sih, saya lebih suka dipanggil sayang.”

hansel kaget bukan main. ia langsung menoleh ke nathan dengan kedua mata membola kaget.

iredescent.

kini hansel dan rendra sedang berjalan menuju fib, fakultas ilmu dan bahasa. sepanjang jalan keduanya tak berhenti mengobrol atau sesekali menyapa mahasiswa atau mahasiswi yang mereka kenal. seperti satu ini.

“GERHANA!”

tak tanggung-tanggung, hansel berteriak cukup keras untuk memanggil salah satu teman satu kosnya yang sedang duduk di pinggir danau kampus.

merasa terpanggil, gerhana menoleh ke arah hansel. “cieeee yang mau ketemu calon pacar kiw kiw.”

“berisik!” hansel sebal. engga di chat, engga ketemu langsung, hansel dan gerhana pasti bakal ribut banget.

belum lagi kalau ketemu sama arjuna. aduh, trio anak ilmu komunikasi jadi satu. bayangin sendiri coba.

gerhana sama sekali engga merasa hansel itu menyeramkan, malah jatuhnya jadi menggemaskan. “wle wle wleee hansel mau ketemu calon pacar— ADUH SAKIT ANJIR!”

“bisa ga sih lo sehari engga godain hansel. heran gue.”

itu reza, pelaku penggeplakan kepala gerhana. di belakang reza ada felix dan yulio. mereka bertiga ikut duduk di samping gerhana.

“rezaaa, itu gerhana di geplak lagi dongg.” teriak hansel, lagi. sedangkan rendra yang di sampingnya cuma geleng-geleng atau sesekali ketawa liat tingkah temen-temennya.

“dah gila lo ye— lo sampe mau geplak gue lagi, nanti gue aduin papa.” ancam gerhana kepada kembarannya, reza.

reza engga merasa ancaman gerhana itu seram, “lo ngadu sama papa nanti gue juga ngadu sama papa.”

“lo berdua ngadu ke papa, gue juga ngadu nih?” ucap felix di antara keduanya.

fyi, gerhana, felix dan reza ini kembar tidak seiras. tidak seiras ya, bukannya seiras. yang seiras mah upin, ipin, sama apin.

kembar tiga itu lanjut ribut sedangkan yulio yang di sampingnya cuma senderan ke pohon lalu tidur.

hansel sama rendra gimana? ya mereka lanjut jalan lagi setelah liat para kembar itu ribut.

di saat hansel dan rendra menjauh dari tempat kembar pramudiharja. tiba-tiba sebuah suara menghentikan langkah mereka terutama hansel.

“HANSEL NANTI KALAU UDAH KETEMU PARTNER MC JANGAN SAMPE KESEMSEM YA HAHAHAHAHA”

ingin tau siapa yang berteriak itu? bukan, bukan gerhana. tapi gerhana, felix dan reza.

dengan semburat merah menghiasi pipinya, hansel berjalan cepat dengan kaki menghentak-hentak kesal meninggalkan rendra yang ketawa ngakak dibelakangnya.

kembar gila! batin hansel.

⚠ mention kiss and kissing.

jeno membalikkan tubuhnya menghadap haechan yang terduduk di atas tempat tidur miliknya dengan balutan selimut tebal untuk menghalau angin malam menerpa tubuh mungilnya. jam sudah menunjukkan pukul 4 dini hari.

tatapan keduanya saling bertemu. ketika itulah, tanpa di sadari oleh mereka sendiri, kedua bola mata masing-masing sudah berubah warna.

jeno dengan warna emas berkilau dan haechan dengan warna biru —sebiru bulan purnama penuh. sebelum akhirnya berubah kembali ke warna asal.

sepasang mate itu masih bertahan dengan posisi masing-masing. ditemani suara kibaran gorden besar yang terkena udara luar serta cahaya bulan yang masuk dari balkon karena pintu balkon terbuka. keduanya hanyut mengagumi apa yang mereka lihat, berusaha menyelami pikiran pasangan mereka untuk mencari tahu apa yang sedang di fikirkan. terutama haechan.

sampai detik ini haechan agaknya masih belum percaya dengan apa yang terjadi. dalam semalam ia bertemu dengan makhluk penghisap darah yang memiliki taring tajam dan harus mengetahui takdir yang digariskan untuknya, bahwa ia adalah pasangan sehidup semati untuk penguasa dari bagian utara di kotanya.

“kenapa melamun, hm?” pertanyaan itu sukses membuat haechan tersadar dari lamunannya.

haechan sedikit mendongak melihat jeno sudah berada di hadapannya. jeno dengan senyum lembut serta satu tangannya mengusap lembut pipi haechan. oh, lihat! semburat berwarma merah muda perlahan menjalar pada pipi gembil si manis.

“s-siapa juga yang melamun, engga ada tuh!” sanggah haechan cepat lalu menolehkan kepalanya ke samping agar jeno tidak dapat melihat wajahnya. haechan malu.

kekehan gemas keluar dari bibir jeno. laki-laki yang lebih tua perlahan naik ke atas tempat tidur lalu duduk tepat di hadapan yang lebih muda.

merasa adanya tekanan dari depan, haechan justru menutupi wajahnya dengan selimut membuat seluruh dirinya tenggelam dan enggan menatap orang di hadapannya. “pergi sanaaa, jangan dekat-dekat!” ucap haechan dengan satu tangan mengibas didepan wajah jeno. seperti mengusir.

niat haechan hanya supaya jeno menjauh dan tidak melihat wajahnya yang memerah karena malu. tapi, sepertinya jeno salah tangkap.

ingat, jeno masih takut dan ragu untuk menjelaskan semuanya kepada haechan.

jeno yang tadinya ingin memeluk haechan pun urung. kedua tangannya perlahan turun dan mendarat di atas pahanya sendiri. senyumannya pun berganti menjadi senyum maklum namun tersirat kesedihan disana. “kamu.. takut sama aku? setelah kejadian tadi?”

“ENGGA!”

refleks, haechan memekik dengan kepala menyembul dari balik selimut begitu saja setelah mendengar pertanyaan jeno. membuat rambut jamurnya sedikit bergoyang dan beberapa anak rambut terlihat berantakan. gemas.

sedangkan jeno mengerjapkan kedua matanya kaget lalu mengangkat satu alisnya dan menatap lekat lawan bicaranya, “lalu?”

“m-maaf, tapi bukan begitu maksudku.. aku cuma uh- malu..” jelas haechan dengan nada pelan di akhir ucapannya sambil menunduk.

tak tahan. jeno pun menangkup kedua pipi gembil haechan dan mengarahkan agar hanya melihat kepadanya. “berhenti bersikap menggemaskan. ku cium mau?”

jeno berkata seolah tidak ada beban sama sekali. sedikit mendekatkan wajahnya pada haechan sembari menekan pipi yang lebih kecil membuat pipi haechan menekan bibirnya hingga mengerucut.

haechan panik. kedua mata bambi itu terlihat membola. “je-jewno!”

kembali terkekeh gemas sampai mengerutkan hidung, jeno melepas tangkupan pada pipi haechan lalu mendaratkan kecupan ringan di sana. “mengerti, manis.”

ingin sekali haechan memukul jeno saat ini. jika saja jeno tidak memeluknya erat dan dengan seenak jidat mengangkat haechan ke atas pangkuannya. jeno menyebalkan!

“kamu menyebalkan.” haechan mencebikkan bibirnya sebal lalu menyenderkan kepalanya pada pundak kiri jeno.

jeno membuka selimut tebal yang menutupi haechan, menyelipkan satu tangannya untuk memeluk erat pinggang ramping haechan, dan tangan lainnya mengelus surai coklat haechan. “aku tau, aku memang menyebalkan.”

“lebih menyebalkan lagi kenapa kamu engga kasih tau aku lebih awal kalau aku ini mate kamu.”

“maaf, aku cuma takut.”

haechan dapat merasakan pelukannya semakin erat. ia pun membalas pelukan jeno lalu mengelus lembut punggung yang lebih tua darinya.

“engga ada yang perlu di takutkan. aku mau cerita sedikit boleh?” tanya haechan dan jeno hanya mengangguk untuk mengiyakan.

“dulu, nenek pernah cerita sama aku. nenek bilang, saat aku dewasa nanti aku akan tau siapa pasangan ku untuk selamanya.”

sedikit memberi jeda, haechan mengangkat kepalanya dari pundak jeno dan beralih menatap wajah jeno.

“awalnya aku fikir nenek cuma bercanda aja. lagipula, di dunia ini mana ada sih orang yang langsung bisa tau siapa pasangannya untuk seumur hidup. tapi setelah ketemu kamu, aku tau kalau kamu orang yang maksud nenek.”

“gimana kamu bisa tau?”

“dari warna bola matamu, jeno. warna emas.”

jeno terkejut bukan main, “kamu.. bisa tau warna mata ku?”

haechan mengangguk kecil. mengalungkan kedua tangannya pada leher jeno, “nenek yang kasih tau. katanya kalau bisa lihat warna mata emas, itu pasti mate ku. nenek juga bilang kalau sebenarnya nenek menikah sama kakek yang ternyata sama kayak kamu, werewolf.”

“tapi aku sama sekali engga bisa cium aroma werewolf dari kamu..”

tertawa kecil, haechan mencubit pelan pipi jeno. jeno yang kebingungan seperti sekarang adalah hal paling gemas!

“aku ini half-werewolf. daddy menikah sama papi yang cuma manusia biasa. dan kenapa kamu engga bisa cium aroma werewolf dari aku, itu semua ulah daddy. daddy engga mau orang jahat tau kalau aku ini half-werewolf.”

sekarang jeno dapat bernafas lega, setidaknya ia tau kalau haechan tidak akan takut padanya dan tidak akan menolaknya sebagai mate. toh, mereka ini sama.

“aku bersyukur sama daddy john yang udah tahan jiwa werewolf kamu.”

“kok gitu?”

melingkarkan kedua tangannya pada pinggang haechan, memeluknya dengan posesif dan membenamkan wajah pada ceruk leher haechan lalu menghirup aroma bunga peony dan leci yang menguar dari sana. “engga di tahan aja, vampire udah incar kamu. apalagi kalau engga di tahan? aku yakin dari dulu udah banyak serigala lain yang incar kamu.”

saat jeno memeluk pinggangnya erat, haechan membalasnya dengan memeluk leher jeno sambil sesekali mengusap rambut hitam legam jeno.

“tapi, jeno—”

“aku suka kamu. dari awal kita ketemu. aku juga udah tau kamu mate ku dari hari itu.”

“jeno denger dulu—”

“aku engga peduli kamu bilang apa. pokoknya aku suka kamu. setelah ini jangan kemana-mana sendirian, jangan pulang sendiri terutama pas malam, harus aku yang jemput. aku engga mau serigala lain ambil kamu.”

haechan tau, kini jeno sedang dalam mode posesif. tapi di mata haechan, jeno kelihatannya menggemaskan.

“okay, serigala tampan, perintah di terima.”

“jadi kamu terima aku jadi mate kan, haechan?” jeno mengangkat kepalanya dan menatap haechan.

haechan mengangguk cepat, “jelas! apa itu perlu ditanyakan?” kini jeno yang menggeleng pelan untuk menjawab pertanyaan haechan.

“i love you.” ucap jeno cepat dan langsung memberi kecupan manis diatas bibir hati haechan.

keadaan haechan? diam. bengong.

“gemas banget sih, sayang. besok langsung nikah aja gimana?”

“JUNG JENO!”

END.

⚠ senapan.

jeno tidak bisa berfikir jernih sekarang. disaat ia dikelilingi oleh para vampire yang menodongkan senapan berisi wolfsbane padanya. bisa saja kan wolfsbane itu meluncur tepat mengenainya tanpa dapat jeno cegah?

jeno sama sekali tidak khawatir tentang itu. toh, malam ini bulan purnama biru menampakkan diri. malam ini pula kekuatan para werewolf bertambah berkali-kali lipat. terutama jeno sang putra dari pack terbesar, tentu kekuatan jauh lebih kuat dari werewolf lain. jika terkena wolfsbane, jeno bisa menyembuhkan dirinya dengan cepat.

tapi tidak dengan haechan. sebenarnya jeno bisa langsung menyerang para vampire itu dengan transformasi menjadi serigala, hanya saja jeno tidak ingin haechan melihatnya berubah menjadi sesosok menyeramkan bagi haechan. jeno takut saat fokusnya tertuju untuk menyerang para makhluk penghisap darah itu, haechan akan dibawa pergi entah kemana dan lagi jeno tidak ingin haechan —miliknya— pergi setelah melihat siapa ia sebenarnya.

remasan kuat terasa pada punggung jeno. sedikit menoleh ke belakang, mendapati haechan sedang meremas kuat kemeja yang jeno kenakan. aura ketakutan kembali menguar dari tubuh haechan.

“jeno.. takut..”

sadar atau tidak, satu geraman berhasil lolos keluar dari bibir jeno setelah mendengar suara pelan dari haechan.

pandangan jeno kembali mengarahkan pada sunwoo. kedua bola mata berwarna emas itu tepat menatap lekat pada kedua bola mata merah darah dihadapannya.

sunwoo tampak tenang dan tersenyum remeh, seolah tidak terintimidasi dengan tatapan jeno sedikit pun. “tenang, kawan. kelihatan marah sekali, sih. aku sama sekali tidak melakukan apapun kepada mate manis mu itu.”

“ucapan para vampire tidak bisa di percaya selamanya. tidak mungkin kau tidak melakukan apapun kepada mate ku sedangkan aku melihatnya ketakutan seperti sekarang!” suara jeno terdengar keras dan menggelegar seakan memenuhi ruas jalan tempat dimana mereka berada sekarang.

dengan nafas terengah begitu juga rahang menutup kuat menahan amarah, “ku peringatan padamu, kim sunwoo. kau sudah bertindak jauh. aku tidak akan memaafkan mu sedikit pun. dan aku, jung jeno, akan menghabisi mu setelah ini.”

raut wajah sunwoo perlahan berubah. yang tadi memasang wajah angkuh, kini berubah menjadi takut. sedikit mundur beberapa langkah hingga posisinya berjejer dengan para pengikutnya.

“ugh, aku takut sekali..” ucap sunwoo.

namun dengan sekedip mata, senyum licik dan angkuh kembali muncul. sembari menggerakkan isyarat tangan untuk para pengikutnya, “habisi si serigala payah itu. lalu bawa si manis padaku.”

persekian detik, kebulan asap muncul seiring sunwoo berubah menjadi kelelawar kecil lalu pergi begitu saja dan suara pelatuk dari segala arah.

nampak siap menargetkan jeno.

kedua tangan mungil perlahan tampak melingkar pada pinggang jeno dan perlahan naik menuju dada kiri jeno, seakan mencoba melindunginya. itu tangan haechan.

“haechan—”

“ku mohon jangan terluka..”

“haechan, aku—”

SRASH

“JENO!”

teramat takut, kalut, cemas, dan khawatir. jeno tidak pernah merasa seperti ini. bahkan jantungnya terasa ingin jatuh ke perut saat ia sampai di cafe dan mendapati haechan tidak ada.

salah satu pegawai terakhir bilang, haechan tadi terlihat terburu-buru pergi tak lama setelah ia keluar dari cafe.

perasaan jeno semakin kalut ketika ia mendapat balasan dari haechan tetapi bukan haechan yang membalas.

jiwa serigala dalam dirinya perlahan menunjukkan diri. perasaan ingin menghabisi siapapun yang berani mendekati mate, siapapun yang berani membawa pergi mate, dan perasaan takut kehilangan mate.

ini salah jeno. salahnya tidur dan lupa menyetel alarm hingga terlambat menjemput haechan.

marah. kini kedua bola mata jeno sudah berkilat berwarna emas, pertanda jiwa serigalanya sudah muncul.

terus melajukan motor ninja miliknya di atas kecepatan rata-rata. jika saja suara motor tidak terdengar, kalian mungkin bisa saja mendengar suara geraman tertahan yang keluar dari mulut jeno.

pertigaan lalu berbelok ke kanan. sebentar lagi jeno sampai. semakin dekat, semakin tak karuan perasaan jeno. perlahan ia dapat mencium aroma haechan. peony dan leci serta aroma ketakutan yang pekat.

“j-jeno..”

sesampainya ditempat, jeno langsung memakirkan motor nya asal. ia tidak peduli, pikirannya hanya tertuju pada haechan.

langkahnya terlihat terburu-buru mendekati toko bunga yang jaemin maksud. disana haechan tengah duduk didepan toko bunga dengan wajah tenggelam pada kedua lututnya.

“haechan. haechan, kamu bisa dengar aku?”

ia memegangi kedua pundak disaat tubuh mungil itu terlihat gemetar.

memberanikan diri, jeno membawa haechan kedalam pelukannya. kedua tangan kokohnya melingkar apik menyelimuti tubuh mungil haechan dengan erat. saat itu lah terdengar suara isakan tertahan keluar dari bibir si manis. salah satu tangan jeno mengarahkan kepala haechan untuk terbenam pada ceruk lehernya, tepat dimana feromon miliknya berpusat. sesekali tangan yang lain mengusap kepala atau punggung haechan bergantian untuk menenangkannya.

jeno berjanji akan menghabiskan kim sunwoo setelah ini.

⚠ mention of blood.

entah perasaan haechan saja atau memang kenyataannya, malam kali ini terasa jauh lebih gelap.

angin berhembus cukup kencang, refleks haechan mengeratkan hoodie yang ia pakai serta kupluknya, membuat haechan tenggelam dan terlihat kecil.

terus menyusuri jalan hingga ia sampai pada pertigaan jalan. dari sini cukup belok ke kanan lalu berjalan sektar 300 meter.

haechan kembali melanjutkan perjalanan dengan kepala mendongak melihat langit malam, meningkat jalan malam ini sepi. bahkan sangat sepi.

gelap gulita dengan hiasan awan putih atau abu-abu. perlahan awan bergerak terhembus angin dan menampilkan bulan purnama berwarna biru seolah-olah ingin memamerkan warna indahnya kepada haechan.

sontak haechan berhenti sejenak untuk melihat bulan purnama paling indah yang pernah ia lihat. pantulan cahaya bulan dengan tepat memantul apik dan tepat pada haechan terutama pada kedua mata bambi miliknya. seakan haechan adalah bintang utama malam ini.

pandangan dan pikiran haechan terlalu fokus pada bulan purnama biru yang ia lihat, tanpa sadar terlihat seorang lelaki berjalan mendekatinya. terlampau dekat malah.

“wah, aku tidak menyangka sama sekali kalau mate dari jung jeno ini benar-benar manis.”

haechan terkejut bukan main saat mendengar suara tepat disamping telinga kirinya. terlihat laki-laki dengan wajah pucat serta rambut hitam legam.

laki-laki itu semakin mendekati haechan yang membuatnya harus mundur beberapa langkah. tingkah laki-laki itu sangat aneh, ia terus berusaha seperti mengendus atau menghirup sesuatu.

“darahmu sangat manis, boleh aku mencicipinya sedikit?”

haechan baru saja keluar dari cafe tepat pukul sembilan malam. sesuai pesan dari jeno yang akan menjemputnya pukul sembilan malam, haechan pun berusaha tepat waktu supaya lelaki pemilik eyes smile itu tidak perlu menunggu lama. tapi, sudah sepuluh menit jeno tidak menunjukkan batang hidungnya.

saat haechan ingin mengirim pesan ke jeno untuk menanyakan dimana ia sekarang, tiba-tiba saja pesan dengan nama unknown muncul. penasaran, haechan membaca pesan itu dan tak lama jari-jarinya bergerak membalas pesan tersebut.

anehnya, itu dari renjun. sahabat haechan.

haechan awalnya merasa ia sedang mendapatkan pesan penipuan. dimana sahabatnya itu bisa saja melakukan prank. tapi dimana ia melihat jam pada handphone yang menunjukkan pukul sembilan malam lewat lima belas menit, ia yakin sahabatnya tidak main-main.

tanpa babibu dan tanpa mengabari jeno, haechan langsung meluncur ke tempat yang renjun katakan.

tanpa tau juga resiko yang akan ia dapat.

setelah selesai berbalas pesan dengan jaemin, jeno langsung saja meletakkan benda persegi panjang miliknya itu di atas meja nakas sebelah kanan tempat tidur.

menghela nafas pelan, ia berjalan menuju balkon apartemen. menggeser pintu lalu menyibak gorden besar yang menutupi pemandangan kota pada sore hari.

pandangannya kini mengarah ke atas. langit sore yang berwarna jingga dengan sebagian berwarna biru cerah. awan putih bersih cantik yang selalu menemani langit di kala sendiri. sempurna, bukan?

jeno termenung. pandangannya masih ke langit, tapi tidak dengan isi kepalanya. saat ini isi kepalanya tertuju pada seorang lelaki manis pegawai cafeyang hanya 3 blok dari letak apartemen miliknya dan kembarannya ini.

berjalan mendekat pagar pembatas balkon dengan kedua tangan menumpu disana, pandangan lelaki bermarga Jung itu semakin jauh, begitu juga dengan isi kepalanya.

senyum jeno perlahan mengembang hampir membuat kedua matanya tertutup. memikirkan bagaimana lucunya pertemuan pertama dia dengan si manis pegawai cafe.

masih ingat bagaimana wajah panik dan lucu si manis saat tak sengaja menumpahkan segelas americano dingin ke kemeja putih milik jeno. saat lelaki didepannya itu terus meminta maaf, tapi jeno hanya diam memperhatikan wajah pegawai itu dan tak lama ia mencium wangi bunga peony serta buah leci yang segar dan hey, siapa sangka kalau ternyata si manis pegawai cafe itu adalah mate nya.

sejak saat itu jeno terus mendatangi cafe dimana haechan —si manis pegawai cafe— itu bekerja dan melakukan pendekatan.

entah sebuah keberuntungan atau tidak, mate dari jaemin juga bekerja di sana. bahkan ia adalah pemilik dari cafe itu.

tapi sangat disayangkan. di saat jaemin sudah memberi tau tentang siapa dia sebenarnya kepada renjun —mate jaemin— justru jeno masih takut untuk memberi tau siapa ia sebenarnya kepada haechan.

tentang ia dan jaemin. saudara kembar dari keluarga Jung, sang pemimpin pack werewolf paling berkuasa di kota itu.