Chapter 3 — Sense

Terkadang, ada beberapa hal yang lebih baik tetap menjadi sebuah rahasia.

Youngjo menyentuh meja, “seseorang sebelumnya menaruh pensil disini,”

“Di kantin ada yang sedang memakan dimsum,” kemudian Youngjo menatap Wheein.

“Anda merupakan staff tetap The Bridge sejak 2 tahun yang lalu.” Kemudian iya menutup mata.

“Potensi dapat bangkit dalam keadaan yang tidak dapat disangka. Bisa saat kita tidur, makan, ataupun belajar.”

“Excelent.” Youngjo membuka matanya.

“Kamu mendengar isi pikiran saya dengan sangat tepat,mendapat informasi secara akurat dengan pengliatan, mencium dan meraba dengan tepat juga. Potensimu sudah berkembang dengan sangat baik Youngjo. Terus pertahankan, jika berhasil kamu bisa membuka tahap baru dalam potensimu.”

“Baik Ms.”

Hari ini memang giliran Youngjo yang di test mengenai potensinya oleh Wheein. Setelah selesai, ia langsung kembali ke asrama.

Youngjo menatap langit sore kala itu. Sekarang sudah masuk hari ke lima dia tinggal bersama yang lain.

apakah ini akan berakhir dengan baik?


“Gue pulang.” Katanya begitu masuk dan hampir berteriak.

Bukan hantu, tepatnya dia shock melihat Hwanwoong rambutnya warna pink.

“Reaksi lo sama persis kayak Keonhee sih,” kata Geonhak yang menimbulkan tawa dari Hwanwoong.

“Kok, ganti warna?” Hwanwoong menunjuk buku yang berada di meja kopi.

“Tadi ada kurir, datang membawa perlengkapan dan atribut baru khusus untuk kita. Termasuk buku peraturan.”

Youngjo menatap buku tersebut dan kemudian, informasi mengenai buku tersebut muncul di pandangannya.

“Boleh mengakses sekolah di jam malam, tidak ada aturan pakaian ataupun rambut namun harus tetap menggunakan almet sekolah, boleh mengakses bagian private perpustakaan, istirahat lebih dahulu, bolos lebih dari enam, apa-apaan ini kenapa kita seperti dispesialkan?”

Hwanwoong dan Geonhak saling menatap satu sama lain.

“Eum kak?”

“Jo, lo barusan gunain potensi lo ke benda mati?”

Youngjo terdiam, dan seketika matanya langsung menangkap beragam informasi dari berbagai benda di ruangan tersebut. Ia langsung berkedip beberapa kali sebelum akhirnya semua itu menghilang.

“Lo, oke?” Geonhak memegang bahu Youngjo, sementara Hwanwoong langsung berdiri dari sofa, menghampiri mereka.

“Gue gapapa. Cuma, kok? Gue gak nyangka,”

“Potensi lo kan?” Youngjo mengangguk.

“Tadi Ms Wheein bilang. Ketika kita sudah melatih potensi kita dengan baik, potensi tersebut dapat membuka perkembangan yang lebih baru. Mungkin ini yang beliau maksud. Gue bisa ngeliat informasi dari benda mati sekarang.”

Setelah itu Youngjo berjalan ke dapur, menyeduh teh dan kembali untuk duduk di sofa.

Hwanwoong yang masih ada di ruang tv memilih ikut duduk di sofa.

“Gue baik-baik aja woong. Lo jangan khawatir,” Hwanwoong sedikit kaget yang membuat Youngjo tertawa kecil.

“Kak, biasain jangan langsung nembak pas orang mau ngomong. Biarin aja dia ngomong dulu, gue masih suka kaget sama kebiasaan lo itu.”

“Ah iya, maaf.”

Hwanwoong mengangguk, kemudian meninggalkan Youngjo, yang menatap kepergian si cowok berambut pink.

Ada satu. Satu hal yang Youngjo sesali saat ini.

kenapa potensi gue harus berkembang?

Youngjo ingat jelas hari tersebut. Dirinya sedang asik mengambar pemandang di buku sketsanya. Sebelum kepalanya seketika sakit dan iya, denging tersebut muncul.

Namun setelah itu, dirinya kembali tersadar dan melanjutkan menggambar, mengabaikan kejadian yang baru terjadi.

Mana pernah dia menyangka 2 hari kemudian dia tiba-tiba tau bahwa tetangganya naksir kakaknya karena mendengar isi pikiran tetangganya.

Youngjo mengira bahwa mungkin sebatas itu potensinya. Namun seiring berjalannya waktu, kemampuan tersebut berkembang. Dari telinga, mata, hidung dan terakhir perabanya alias tangan.


“Youngjo, KIM YOUNGJO!”

Youngjo tersadar dari lamunannya. “Maaf pak.”

“Bapak tau kamu adalah murid program To Us. Namun bukan berarti kamu dapat seenaknya tidak menyimak pelajaran.”

“Maaf pak.”

Sejak kemarin mereka mulai wajib mengenakan almet khusus murid program To Us dan Youngjo juga baru sadar, almet tersebut memang baru dirilis.

Ada 5 murid program To Us di kelasnya selain dia dan Geonhak.