Daisy

Hah hah

Kino memegang dadanya, nafasnya tidak beraturan. Keringat dingin terus mengalir, matanya kembari berair.

BRAK!

“No, lo gapapa?” Tanya Hongseok panik. Disusul Wooseok yang datang memberikan air kepada Kino.

“Gue gapapa kak.” Jawab Kino pelan, sungguh pelan.

Hongseok menepuk pelan punggung Kino. Sungguh, dia benar-benar khawatir. Dia dapat mendengar jelas Kino berteriak dalam tidurnya.

Dan sialnya hanya mereka bertiga saat ini di kosan.

“Gue temenin deh, seok lo kalo mau balik ke kamar gapapa deh,”

“Gak deh kak, gue ikut nemenin aja takut kenapa-kenapa lagi.”

Kino hanya tersenyum tipis sambil mengucapkan terima kasih walaupun sangat pelan.

mimpi buruk, lagi.

memori itu terus berdatangan.

berhenti, aku mohon.

Kino hanya menatap miris pantulannya di cermin. Kantung mata yang semakin terlihat jelas, kulitnya yang semakin pucat. Benar-benar hidup segan mati tak mau.

Jika ada definisi cinta gila, mereka harus memasukkan nama Kino di dalamnya.

Kalo kata Shinwon, “lebay lo.” Namun melihat adiknya beneran bertransformasi dari cowok yang nyengar nyengir karena cinta berubah jadi mayat hidup karena cinta juga,

Ya, lebay bukanlah hal yang bagus untuk diucapkan sekarang.

Kino begitu mencintai Kirana, benar-benar cinta bahkan sudah sampai tahap terlalu cinta sampai buta dengan segalanya. Ia benar-benar meluangkan apapun untuknya. Apapun dia lakukan untuk Kirana.

Namun, semua itu bertepuk sebelah tangan.

5 bulan yang lalu, Kino menemukan rumah Kirana telah kosong. Tidak ada catatan apapun, bahkan salam perpisahan. Semuanya semu.

Kirana bagaikan hilang ditelan bumi.

Saat Kino mencari tau informasi, nihil. Bahkan temannya sekalipun tidak ada yang tau kemana perginya Kirana.

Syok? Jelas.

Setelah kejadian itu Kino sudah bagaikan orang gila. Terbangun di tengah malam, berteriak karena memori-memori yang terus menghantuinya.

Bagaikan petal bunga daisy yang terus berguguran layaknya kewarasannya.

kamu,

kenapa meninggalkanku?

Tatapan Kino kosong, menatap tembok putih kamarnya.

aku sudah mencintai sebisaku namun inikah balasannya?

Air mata kembali jatuh.

Sungguh, Kino tidak mengerti.

Apa dia melakukan kesalahan?

Apa dia kurang baik?

Seharusnya dia tidak sebaik ini.

Iya.

Wanita hanya mempermainkan perasaannya. Membolak-balikan hatinya. Bukan kah dia bisa melakukan hal yang sama?

aku sudah tidak peduli.

kuharap kamu sudah pergi jauh.

aku harap kamu tidak pernah bahagia, sama sepertiku yang kehilangan dirimu.

4 bulan kemudian.

“Kenapa gak ada satupun yang cerita sama gue?”

“No, kita aja baru tau kejadiannya 1 minggu yang lalu. Lo gak tau seberapa susahnya kita buat bilang ini ke lo.”

“TAPI GUE UDAH NYALAHIN DIA BERBULAN-BULAN! GUE UDAH MENGATAKAN BAHWA DIA HARUS MENDERITA KAYAK GUE! GUE BAHKAN BILANG GUE UDAH GAK PEDULI SAMA DIA LAGI!”

Kino langsung terduduk di depan pusara sambil menangis.

Juyeon menepuk bahu Kino, “kita bakal tungguin lo di mobil. Nangis sepuasnya, keluarin emosi lo.” Juyeon, Vernon dan Minho meninggalkan Kino sendiri bersama pusara yang tertulis nama lengkap Kirana.

“Maafkan aku. Gak seharusnya aku mengatakan semua itu padamu.”

aku senang bisa mengenalmu.

terima kasih sudah membangun banyak memori indah bersama.

terima kasih telah datang di hidupku walaupun tidak dalam waktu yang lama.

cintaku, bahagialah.

karena kebahagianmu merupakan kebahagianku juga.

Kino meletakkan sekuntum bunga daisy, kemudian pergi.

tidurlah yang nyenyak, cintaku.

end.